"Ya ampun. Kisah yang romantis sekali, seperti novel," komentar Arlin.
Agmi jadi panas dingin. Novel? Apa maksudnya si Arlin nggak percaya sama cerita dia gitu? Yah, jangankan Arlin. Agmi aja merasa kalau kisah cintanya dan Reno hasil karangannya itu memang terlalu alay.
Ponsel Agmi di dalam saku berdering "Ah, maaf, Kak. Aku angkat telepon dulu," izin Agmi. Tenyata itu adalah panggilan dari Reno.
"Keluar sekarang aku ada di depan," titah cowok itu langsung.
"Eh? Sekarang?" Agmi memandangi spaghetti pesanannya yang masih tersisa separuh. Waduh sayang banget nggak bisa dibungkus yak?
"Iya buruan!" titah Reno.
"Iya, sebentar," desah Agmi akhirnya.
Telepon diputuskan begitu saja. Agmi menoleh pada Arlin yang menatapnya dengan penasaran. "Siapa?" tanya wanita itu.
"Mas Reno jemput saya di depan, Kak," jawab Agmi.
"Reno? Ajak saja dia masuk lalu kita makan bareng," kata Arlin dengan raut ceria.
Agmi kebingungan dalam hati. Dia harus memberikan alasan apa untuk pergi?
"Ah, maaf, Kak. Kami mau menemui, Presdir Wijaya dan istrinya. Kami sudah janji jadi harus buru-buru," dusta Agmi akhirnya. Kalau dia pakai alasan pekerjaan begini Arlin tidak mungkin menahannya, kan?
"Oh, Presdir Wijaya? Ada urusan apa?"
"Eng, kerja sama. Kami mau membuat konten promosi untuk butiknya." Agmi tidak bohong sih. Sebenarnya konten promosi itu sudah dibuat kemarin setelah acara nonton.
"Oh begitu, maaf ya aku mengajakmu pergi tanpa tahu kamu ada kesibukan," kata Arlin.
"Ah, tidak apa. Saya juga mohon maaf tidak bisa menemani Kakak. Saya pergi permisi dulu, Kak."
"Iya, hati-hati ya."
Agmi bersalaman dengan Arlin, kemudian melangkah menuju mobil Reno yang terparkir di depan kafe. Wajah Reno tampak begitu kaku ketika Agmi menyapanya.
"Kamu habis bicara apa aja dengan dia?" tanya Reno.
"Dia menanyakan awal pertemuan kita," jawab Agmi. Rasanya dia lega juga sih terlepas dari Arlin yang tatapannya penuh kecurigaan itu.
"Lain kali kalau dia mengajakmu lagi jangan mau!" tegas Reno.
"Aku usahakan," jawab Agmi ragu-ragu.
Reno menyalakan mesin mobilnya. Mereka segara pergi dari kafe itu. Sementara itu dari dalam kafe, Arlin menatap mobil Reno yang menjauh dengan tatapan dingin.
***
Rendi memandangi foto Arlin yang tersenyum dengan background pantai itu. Dua bulan yang lalu, saat itu Arlin mulai bersikap sangat dingin padanya. Sama sekali tidak ada senyuman yang menyambutnya ketika dia pulang. Bahkan wanita itu tidur di kamar putrinya. Tapi kenapa dia bisa tersenyum bahagia seperti ini di foto ini? Kepada siapa senyuman itu dia tujukan?
Rendi menghela napas dan menyandarkan badannya pada sofa di ruang istirahat OK. Lagi-lagi dia begini. Reno bilang dia terlalu over thinking. Namun Rendi sama sekali tidak bisa menghilangkan kecurigaannya pada foto itu. Rendi bahkan menghubungi Nurani untuk meminta jadwal jaga residen penyakit dalam dua bulan yang lalu. Arlin memang sempat mengambil libur selama tiga hari dengan menukar jadwalnya dengan Nurani. Adik sepupunya bilang, waktu itu Arlin lelah dan ingin liburan sebentar ke Malang.
Rendi membuka situs pencari google dan mengetikan kata kunci pantai di Malang. Ternyata ada tujuh belas pantai di sana di sana. Rendi membuka foto masing-masing pantai dan berusaha mencocokannya dengan latar belakang di foto Arlin. Ada satu foto yang cukup mirip yaitu Pantai Tiga warna. Sesuai namanya ada gradasi tiga warna pada pantai itu biru, hijau dan merah kecoklatan.
Rendi membaca deskripsi tentang pantai itu. Pantai itu adalah kawasan konservasi hutan mangrove. Ada batasan jumlah pengunjung setiap hari yaitu maksimal seratus pengunjung. Ada pemeriksaan yang sangat ketat sebelum masuk. Barang-barang milik pengunjung yang berpotensi menjadi sampah akan dicatat. Rendi termenung. Jika seketat ini pasti ada catatan nama pengunjung, kan? Barangkali Rendi bisa tahu Arlin pergi ke pantai itu dengan siapa. Rendi memegangi dagunya. Dia harus memastikannya.
***
Up!
Pantai tiga warna cantik, kan?
Btw ada sedikit revisi di time linenya ya...
Jadi Arlin keguguran itu 8 bulan lalu.
Hubungan dia dengan Reno renggang 6 bulan lalu.
Dua bulan lalu masih pergi ke pantai.
***
Numpang promo lagi. Kuy mampir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terpaksa Menikahi Dokter (Republish)
Romance"Ayo kita nikah." Agmi terdiam sejenak. Sepertinya ada yang salah dengan pendengarannya. Apa mungkin karena dia kelaperan banget otaknya jadi agak geser ya? "Apa, Dok?" tanya Agmi akhirnya. "Ayo kita nikah," ulang Reno lagi dengan senyuman manis ban...