Penggalan | 8

75 2 0
                                    

-----

Bagian: Arundaya

Thanks Igor udah mau nemenin lari pagi muterin kelurahan. Batinku dalam hati sambil terus lari dibelakang Igor teman satu kostan yang beda lantai.

Berhubung Rio pulang kampung, Sabtu pagi ini olahraga bareng Igor- si Mas pegawai bank yang tampan itu. Bagaimana nggak tampan kalau sedari tadi baik para teenager hingga Emak-emak bermata keranjang sibuk lihat dia. Meski Igor biasa aja, tanpa mengumbar senyum, langsung sukses mengalihkan fokus aktivitas mereka.

Igor udah sampai duluan di pos satpam kostan sengaja duduk di lantai untuk merilekskan kedua kakinya. Aku yang ngos-ngosan ikut duduk nggak jauh darinya. Langsung dia sambut dengan air mineral dalam gelas. Aku yakin dia ambil dari persediaan minum satpam, ya sedekat itu memang hubungan kami dengan para petugas keamanan disini.

Thanks Gor.”

Igor hanya berdehem, bergerak membuka kaosnya yang basah kuyup penuh keringat.

“Habis ini ngapain lo Ar?”

“Ha? Oh gue mau ngisi seminar siang nanti.”

“Aji gile... Bangga gue Ar punya soib kayak lo. Sampai saat ini nggak ada tuh gue lihat kesombongan didiri lo.”

“Ah bapak bisa aja." Aku berusaha mengalihkan. "Eh pak penghuni cewek pada mupeng sama tuh badan...” Sepertinya dia nggak sadar sama beberapa cewek disini yang pada lihatin Igor telanjang dada seperti ini.

Sontak si Igor langsung mendongak keatas menuju bangunan kostan ini. Lalu tanpa mempedulikan lebih lanjut dia kembali meminum air mineralnya hingga tandas seketika itu juga. Fine! Itulah Igor, pria Batak yang nggak mau ambil pusing masalah yang nggak wajib di masukin ke pikiran.

“Mau balik?”

“Kuy.”

.....

Sekarang aku berada di salah satu pusat perbelanjaan tempatku mengisi seminar dengan tema “Young, Passion and Success”.

Aku baru sampai langsung mendudukkan diri disalah satu kursi kosong dimana ada namaku melekat disana. Tak jauh dari tempatku ada Zefanya yang sedang dirias oleh staf acara ini. Aku tersenyum menyapanya yang benar-benar cantik dengan balutan busana batik hasil rancangannya.

“Mbak Arun mau dimake up sekalian?”

“Ha? Hmm” Masih berfikir.

“Sekalian biar lebih cetar dan on di depan kamera cyinn

Akupun mengangguk setuju karena si Mbak yang sedikit memaksa. Memangnya aku kurang on apa? Lusuh? Cantik nggak harus full make up kan guys? Oke lah aku ngikut aja si Mbak berbehel biru ini, tapi dengan satu syarat dong,

“Mbak, tapi jangan tebal-tebal ya?”

“Siap cyinn...”

To be honest guys aku nggak suka make up tebal seperti kebanyakan perempuan diluaran sana. Ngerasa nggak nyaman aja diwajah, merasa lebih berat dan bakal menutup pori-pori yang harusnya bisa leluasa mengeksresikan keringat tanpa harus dihalangi oleh make up. Itu sih pemikiranku.

Meraba RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang