Prolog

42.1K 2.4K 23
                                    

Sungguh, aku tidak pernah menyangka kalau aku dan si tengik mulut cabai ini bakalan akur. Hingga kini kami bisa duduk berdua sambil mengobrol di atap kosan sambil makan ringo ame—permen apel khas Jepang—yang manisnya tidak ngotak itu, sambil melihat bintang di langit Jakarta yang hanya tersisa satu atau dua karena polusi membuat benda yang sebagian besar massanya terdiri dari hidrogen itu entah minggat ke mana.

Aku mengalihkan pandanganku dari langit lalu dan kembali menatap Bayu yang baru saja bicara.

“Tapi serius, gue nggak nyangka kalo kita bakal ketemu lagi dan akhirnya satu kosan. Jadi, mari sebut saja ini takdir.”

Dan ucapan pria itu sontak membuat aku ngakak habis-habisan.

“Meh, takdir! Gue lebih percaya lo adalah stalker gue daripada takdir!”

Namun, mungkin ini memang takdir.

Sebuah takdir yang tidak akan pernah bisa dihindari oleh siapapun sekeras apapun mereka semua lari dan sembunyi. Ada yang datang hanya untuk singgah sebentar, ada yang pergi lalu ditakdirkan kembali. Namun, apakah semua memang harus sesakit ini? Yang lain bahagia, yang lain terluka begitu hebatnya.

PS : Ini cerita terbaru Bayu x Dewi, ya!

Selamat membaca! Semoga lebih suka versi yang ini😆

Sa,
Xoxo.

fortnight.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang