Author POV
.
.
Selama perjalanan pulang kembali ke kamar rawat inap, pikiran Boruto dikelabui oleh bayang-bayang ekspresi Shikadai yang menasehatinya. Kenapa tiba-tiba semua orang bersikap aneh kepadanya? Memangnya, apa ia berbuat kesalahan? Sudah beberapa dari teman-temannya yang menanggapi tentang dirinya sama. Jangan lukai Sarada...
'Apakah aku begitu?' batinnya frustasi. Langkahnya berhenti. Kepalanya mendongak ke atas, kepalanya panas mendengar ocehan mereka. Itu sangat mengganggu. Jakunnya naik turun, tangannya mengusap wajahnya kasar.
"Huh, inilah alasannya aku tidak ingin berurusan dengan wanita... " Gumamnya pelan. Melanjutkan langkahnya dengan kedua tangan dimasukkan kedalam saku celana.
Tepat di depan pintu, Boruto bergeming. Sedikit gugup, tapi ia berhasil membuka pintu perlahan-lahan. Di depan jendela, ia dihadapi dengan pemandangan punggung dari wanita yang selama ini mengganggu pikirannya.
"Osoi... Aku menunggumu lama, lho" Panggil Sarada diikuti kepalanya menoleh ke belakang ke arah tubuh pemuda itu berdiri.
"A-Ah, tadi ada s-sedikit urusan dengan Shikadai..." Jawab Boruto kikuk, ia mengusap belakangnya tak gatal. Sial, jangan sampai aku terpojok.
"Souka... Ngomong-ngomong soal tadi di taman–" Kata Sarada menggantung kalimatnya. Kepalanya kembali menatap jendela yang menampilkan pemandangan luar.
"Huh?" Tiba-tiba Boruto diam, penasaran dengan kelanjutan dari ucapan sahabatnya.
"– Aku utang dulu ya" Lanjut Sarada dengan tersenyum simpul. Namun bukan kalimat itu yang boruto tunggu. Mukanya ditekuk mendengar Sarada yang ternyata membahas perihal tidak penting.
"Tidak, anggap aja aku tadi mentraktirmu" Jawab Boruto dingin membuang muka ke arah lain. Dan sialnya, kepalanya malah beralih ke toilet yang terbuka menampilkan tanktop milik istrinya. Haruskah pemandangannya seperti itu?
Entah kenapa, jawaban dari suaminya itu membuat wanita Uchiha itu tersenyum kecil. Kedua tangannya yang masih berfungsi ia gunakan untuk memutar kursi rodanya menghadap ke tubuh pria Uzumaki itu.
"Wah, jarang sekali. Ada apa denganmu? Tiba-tiba berubah seperti..." nada Sarada memelan melihat Boruto yang berdiri dengan tatapan tegang. Karena penasaran, Sarada pun ikut mengarahkan pandangannya ke arah pandang pria itu.
Matanya membelak, pipinya bersemu merah. Kedua tangannya mengepal kuat. "Yappari..." gumam Sarada dengan aura mencengkram.
Merasakan hawa aneh, bulu kuduk Boruto tiba-tiba berdiri. Dengan gerakan enggan, ia berusaha menatap kembali istrinya yang sudah dalam mode monster. Ia meneguk ludahnya kembali, nyawanya telah terancam.
"Anta wa hentai... Baka no Boruto!!!" Teriak Sarada sembari memajukan tubuhnya hendak menghajar pria di depannya, hingga melupakan kondisinya sendiri.
Grkkk!
Sarada tertegun, kakinya terjepit diantara pijakan kaki kursi roda yang ia duduki. Tubuhnya oleng ke depan. Boruto yang cekatan langsung menangkap tubuh Sarada. Sedetik saja, dahi putri Uchiha itu berdarah. Sarada masih bergeming, berusaha merilekskan tubuhnya yang bereaksi terkejut. Untung saja suaminya itu menangkapnya.
"Sekarang, siapa yang pantas disebut bodoh, hah?!" Bentak Boruto dengan rahang mengeras. Namun Sarada hanya diam menatap Boruto, masih dengan ekspresi terkejut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sarada's Destiny [Hiatus]
FanfictionSINOPSIS Uzumaki Boruto yang merupakan Putra sulung dari Nanadaime Hokage sekaligus pahlawan kebanggaan Desa Konohagakure harus menghadapi masa depan yang buruk karena kesalahannya yang tidak bisa dianggap remeh. Pahlawan ini dengan mudahnya dikala...