30. Progres Minimum

2K 177 74
                                    

Author POV



Sepasang seloji muda itu kini tengah menikmati suasana ramainya penduduk Konoha. Di terik matahari yang masih segar, banyak orang-orang berlalu lalang dengan kesibukan mereka masing-masing. Ya, hari ini hari yang sangat sibuk bagi setiap orang yang ingin mencapai kepuasannya sendiri.

"Apa keberadaanku terlalu mencolok?" Tanya Sarada merunduk malu, pasalnya dirinya menjadi pusat perhatian bagi ibu-ibu yang sibuk memilih buah pada salah satu kios dekat mereka.

"Jangan dipikirkan, perempuan memang seperti itu. Selalu berpikir yang negatif, tidak seperti kami kaum pria yang selalu berpikir positif" Sarada menggigit bibirnya geram, bukannya dihibur malah menghina.

"Yah, walaupun begitu selera kami lebih tinggi daripada kalian..." Ujar Sarada tak mau kalah, mengangkat dagunya angkuh.

"Terserah kau saja... Padahal seleramu sendiri juga rendahan" Jawab Boruto yang kemudian mengubah nada bicaranya menjadi lirih di akhir kalimat. Bisa melayang nyawanya jika sampai terdengar.

Suasana kembali hening, Boruto merasa tidak nyaman dengan suasana seperti ini. Berasa hubungan mereka terasa asing. Tapi jika dipikir-pikir, dari tadi pagi ia belum mengisi perutnya sama sekali. Matanya celingak-celinguk berusaha menulusuri tempat, apakah mereka sudah dekat dengan tempat tujuan.

"Hei, Sarada... Sebenarnya kau mengarahkan kita kemana?" Tanya Boruto.

"Perutku lapar, Toko Dango sudah buka sekarang" kata Sarada bernada dingin.

"Haaaahh... Kenapa kau tidak bilang lapar? Kita bisa makan di Kaminari Burger tadi..." Ujar Boruto dengan wajah lesuh.

"Apa kau tidak bosan makan makanan yang monoton terus? Sekali-kali cobalah yang lebih bervariasi" Jawab Sarada menatap jengah akan respon Boruto yang berlebihan.

"Jangan salah, perpaduan antara kentang dan hamburger adalah–" Kukuh Boruto dengan memasang raut muka bangga, namun ucapannya terhenti saat melihat tatapan horor yang dinyalangkan sahabatnya. Bibit jiwa sakura telah muncul...

"Urusai, mulutmu seperti ibu-ibu. Mulai sekarang, hari ini juga kau harus mengurangi konsumsi makanan junk food. Wakarimasu ka? Boruto-sama?" Hawanya tiba-tiba menjadi hitam, bulu kuduk Boruto merinding memandang raut muka gadis– ralat, wanita Uchiha itu  yang seperti ingin menelannya hidup-hidup.

"Ha–Hai" Jawabnya putus asa pada akhirnya.












********____*******____*******


Di taman Senju, tepat di bawah pohon besar cocok bagi mereka yang hendak menikmati Camilan atau Snacks dengan pemandangan alam yang menyegarkan. Indra pengecap itu tak hentinya mengunyah dango yang baru saja dibeli oleh suaminya. Sayangnya, suaminya merunduk sedih. Pasalnya, uang hasil upah misi kemarin kini habis dalam sekali makan. Untung saja, masih ada tabungan dalam dompet.

Isterinya itu mengerjainya saat berada membeli dango, dimana sandiwara dimainkan. Memasang mimik muka memelas, dan mengambil kesempatan dengan kondisi tubuh yang duduk di kursi roda. Rasanya akan sangat memalukan jika sampai dirinya tidak menuruti permintaan si Uchiha di sampingnya ini.

"Heh... Kau diam saja? Dango-nya enak lho, Arigato' ne.." Ucap Sarada dengan nada yang dibuat-buat.

"Kenapa aku harus mengajakmu tadi?" Gumam Boruto menggerutu dengan kepala tertunduk menatap rumput hijau yang dipijaknya.

"Apa? Kau tidak ikhlas? Kau marah ya?" Tanya Sarada dengan memasang tampang tanpa dosa menatap suaminya dengan kepala ditolehkan ke kanan.

"Tidak, aku sangat bersyukur bisa menyenangi istriku..." Jawab Boruto dengan raut penuh kebohongan, tentu saja Sarada menyadarinya. Dirinya juga menikmati momen seperti ini, tanpa sadar ia menahan senyum.

Sarada's Destiny [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang