35. Permulaan

3.6K 214 125
                                    

Boruto POV

.


.


Sekarang kami berada di kamar kami, walaupun awalnya sedikit menyebalkan jika harus berbagi. Tapi aku tidak memungkiri pula, jika aku sudah mulai nyaman dengan adanya Sarada di sana. Kenapa aku bilang di sana? Karena aku tidur di sofa, sedangkan dia enak-enakan tidur diatas kasur yang empuk. Aku masih waras, mementingkan egoku untuk lebih baik memilih tidur di sofa daripada mengucapkan kata maaf– Karena aku sudah mengatakannya tadi.

Tapi kalau dipandang-pandang, Sarada memang cantik walaupun tak secantik Iin-chō. Ya, bisa dibilang perbandingan kecantikan mereka sekitar satu banding dua. "Sarada..."


"...." Namun sunyi yang aku dapatkan, apa ia marah? Padahal niatku tadi hanya ingin berusaha untuk menasehatinya saja. Aku yakin dia belum tidur, karena tidak mungkin seseorang dapat tidur dengan posisi yang sama selama satu jam. Tepat sekali, istriku tengah memunggungi ku.

"Sarada... Oi, Kikoeta?" Kali ini aku sedikit meninggikan suaraku. Ketegasan sangat diperlukan untuk menghadapi perempuan-perempuan yang keras kepala.

"....." Namun lagi-lagi ia tidak menyahut, aku menggeram kesal. Dahiku mengerut. Aku semakin menarik selimut tebal yang menjadi satu-satunya tamengku menghadapi dinginnya air malam. Gadis itu berniat menyiksaku, ia membuka jendela kamar selebar-lebarnya.

"Aku tau kau belum tidur, jangan pura-pura... Hei, aku minta maaf soal tadi. Tapi aku ingin kau juga memikirkan posisiku sekarang, sangat sulit menerima orang yang selama ini menjadi sahabatmu bahkan musuhmu–"


"Aku tidak mempermasalahkannya, jadi lebih baik. kau diam. dan biarkan aku tidur..." mulutku mengatup mendengar penjelasannya dengan penekanan disetiap kata diakhir kalimat.  Namun seketika aku sedikit tersenyum, melihatnya yang merajuk seperti sekarang mengingatkanku pada dirinya yang dulu.


"Huft... Baiklah, selamat malam. Tsuma..." Kataku pasrah, namun aku sedikit menambahi bumbu merica agar kalimatku terdengar semakin kuat. Dan sesuai apa yang kupikirkan, ia langsung berbalik– lebih tepatnya hanya kepalanya saja yang menatapku dengan pandangan terkejut.

"Ada apa? Bukannya kau ingin tidur?" Aku menyeringai, mendengar ucapan ku sarada langsung merubah raut mukanya menjadi pias seketika.


"Tidak. Tidak ada..." Ia memalingkan mukanya kembali, dan kembali lagi memunggungi ku.

Aku hanya bisa tersenyum miring, mataku terpejam menikmati semilir angin malam yang tidak nyaman. Semakin ku eratkan selimut tebal ini, karena aku tidak ingin bangun dalam kondisi masuk angin. Besok Ayah memanggilku untuk misi yang lebih tinggi, akhirnya impianku terwujud. Tak lama kemudian, kegelapan semakin menyertaiku. Membawaku masuk ke dalam dunia mimpi.

.


"Boruto...." Seseorang memanggilku, suara yang terdengar familiar. Namun aku berusaha untuk mengenyahkannya dari pikiran ku. Tidak ada yang boleh mengganggu mimpi yang indah!

"Boruto...." Sial, Lagi-lagi! Aku tidak tahan lagi, segera mungkin aku membuka mataku. Dan yang kulihat hanyalah warna putih, seakan-akan tidak ada warna lain yang boleh masuk. Tapi, dimana aku?

"Boruto...." Aku mendengarnya, segera ku tolehkan kepalaku ke belakang mencari sumber suara tersebut. Namun tidak ada apa-apa disini. Hanya ada kekosongan saja.

"Boruto...."

.

"Dare?!"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 02, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sarada's Destiny [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang