Sarada POV.
.
Keesokan harinya, setelah kejadian penyerangan Otsutsuki di rumah sakit konoha yang mengakibatkan kerusakan di sebuah rawat inap sehingga Boruto harus membayar biaya kerusakan dan tagihan rumah sakit yang diganda lipatkan. Mengingatnya membuatku terkikik geli, melihat wajahnya yang menatap sedih pada tabungannya yang ludes. Gomenē, baka Boruto. Aku pasti akan menggantinya dilain waktu nanti...
Dan sekarang, disinilah kami. Kembali ke kediaman yang hangat, penuh dengan kenangan-kenangan pahit dan menyenangkan. Aku harap akan ada perbedaan setelah ini. Aku mendengar suamiku menghelah nafas panjang, sepertinya ia lelah terus-terusan mendorong kursi roda yang ku tempati.
"Apa kau lelah? Kau bisa istirahat di kamar..." Tawarku tanpa menunggu respon darinya.
"Tidak perlu, lagian masih banyak yang harus dibersihkan. Kita meninggalkannya selama 3 hari, aku teralu sibuk untuk mengeceknya" Tolak Boruto halus, aku mendongak memandangnya yang tengah fokus pada bagian rumah yang berdebu.
"Kau benar, maaf aku tidak bisa membantumu" Ujar ku menunduk sedih menatap kedua kakiku yang hanya bisa diam ditempat, kapan mereka akan bisa berfungsi? Aku rindu menjalankan misi.
Aku merenung, dan terperanjat kecil merasakan sapuan halus dipuncak kepalaku. Saat mendongak, Boruto tersenyum sembari menunjukkan deretan giginya memberikan kata-kata semangat. "Daijōbu, kau sudah melakukan yang terbaik... Sekarang, serahkan tugas rumah padaku"
Aku membalas senyumannya, tanganku bergerak menggapai tangan besarnya kemudian ku alihkan agar menyentuh pipiku. Aku mulai menyukai sensasi ini, lebih hangat dari sebuah ciuman. Bahkan kedua mataku sampai terpejam karena terlalu menikmatinya. Selang beberapa menit, aku memutuskan untuk kembali menatapnya.
"Kalau begitu, aku akan membuat makan malam. Setelah kau bersih-bersih, kita bisa makan bersama-sama" ekspresinya langsung terkejut, namun ia langsung merubah ekspresinya menjadi sumringah.
"Wakatta, Yosh!!! Mari kita mulai!!! Kagebunshin no jutsu"
Bush!!
Bushh!!!
Bushh!!
Bushh!!
Empat bunshin Boruto, muncul di sekitarku. Pipiku memerah melihat pose kedatangan empat bunshin itu dengan gaya. Bahkan jujur saja, mereka lebih keren daripada Boruto yang asli. Astaga, mereka terlalu sempurna untuk Boruto yang ceroboh.
"Hmm, kenapa kau menatap kami seperti itu? wajahmu memerah..." Ujar salah satu bunshin dengan intonasi dingin, kedua tangannya di lipat di depan dada.
"Huh? Oh, Ma-maaf... Bu-bukan apa-apa kok. Hahaha..." Kataku sambil mengibas-ngibas tangan ke udara. Bodohnya aku! Akan sangat tidak elit, jika sampai sebuah bunshin memergokiku!
"Hey, hentikan... Jangan menggoda Istri– maksudku, Sarada terus-ttebasa!" Bentak Boruto dengan muka masam, tangannya menunjuk-nunjuk bunshinnya tanda penuh peringatan.
"Hah? Aku tidak menggodanya, memangnya kanapa jika aku melakukannya? Bukankah kita semua berhak?" Protes bunshin tadi dengan datar. Aku menghelah nafas panjang, mendengar pertengkaran mereka berdua. Bagaimana bisa Boruto bertengkar dengan dirinya sendiri? Sungguh aneh... Tunggu dulu! Apa?! BERHAKK!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Sarada's Destiny [Hiatus]
Fiksi PenggemarSINOPSIS Uzumaki Boruto yang merupakan Putra sulung dari Nanadaime Hokage sekaligus pahlawan kebanggaan Desa Konohagakure harus menghadapi masa depan yang buruk karena kesalahannya yang tidak bisa dianggap remeh. Pahlawan ini dengan mudahnya dikala...