16

915 166 17
                                    

Happy reading




Song Recomendation : Breath-LeeHi


Shasha berjalan mendekat ke arah Winter yang masih terdiam di depan gudang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Shasha berjalan mendekat ke arah Winter yang masih terdiam di depan gudang. Kakinya masih kaku takut untuk memasuki ruangan tersebut.

Ruangan yang lumayan gelap, dingin dan jauh dari kerumunan anak-anak lainnya, jarang pula yang mengetahui tempat itu.

"He!. Lo lumpuh apa gimana sih?!, jalan masuk aja gabisa!." Shasha menarik tangan Winter mendorong tubuh gadis itu hingga tersungkur di lantai.

"Arghh,"

"Lebay!. Gitu doang kesakitan cih," Jina membuang ludahnya ke arah dekat Winter.

"Ingat ya babu. Lo harus turutin semua permintaan  gw!."

"Dan kalau sampai ada yang tahu tentang masalah ini, gw ga segan-segan nyebarin isi di amplop itu!."

Winter mengangguk pasrah. Dia benar-benar tidak bisa membantah dan melakukan hal lain, semuanya pintu rasanya terkunci untuk keluar dari masalah ini.

Jina dan Jena baru saja datang bersama satu nampan makanan dan juga satu ember air.

"Kasih," ujar Shasha, langsung di turuti kedua temannya itu.

"Makan tuh!. Jadi babu juga butuh tenaga!." ujar Jena memberikan nampan tersebut, nampan yang hanya berisi makanan sisa dari mereka bertiga.

Bahkan setiap orang yang kelaparan juga tidak akan memakan makanan seperti itu, makanan yang sudah tercampur dengan sampah-sampah tulang dan ditambah dengan air kamar mandi.

"G-gw udah makan," tolak Winter.

Shasha tertawa mendekat ke gadis itu, kemudian berjongkok untuk menyamakan tinggi mereka.

Srakkkk

"S-sha sakit Sha," rintih gadis  saat Shasha menjambak rambutnya membuat beberapa helai berjatuhan rontok.

"Berani ya lo bantah omongan gw!."

Winter ikut menahan rambutnya kesakitan "Tapi itu udah ga layak di makan Sha."

"Gw ga perduli. Gw gak ada rasa kasihan sama sekali untuk lo!."

"Hee! Babu lo denger gak?!," tanya Jina menendang pelan tulang kering kaki gadis yang tersungkur itu.

"Makan itu SE KA RANG!." Tatapnya  tegas kemudian melempar nampan nasi, membuat isi nya berhampuran di lantai.

Pranggg

"Jilatin tuh lantai!, abisin makanan nya,"

"Kalau bisa sampai bersih!."

Mereka tertawa bersama melihat keadaan Winter saat ini. "Di makan ya Winter cantik," ujar Jina

MUSIM DINGIN [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang