11. Eleven ✔

7.4K 761 27
                                    

votmentnya jangan lupa yeorubun~~

🌱🌱🌱🌱🌱🌱🌱🌱🌱🌱🌱🌱🌱🌱🌱🌱

Ayleen menghela napas panjang. Ia menatap pasrah pada keadaan di dalam rumahnya. Dapur berantakan, ruang tengah yang penuh sampah camilan, hingga barang-barang yang berserakan di lantai.

Kalau saja Ayleen hidup dalam dunia tiga dimensi ataupun animasi. Pasti sudah ada tanda perempatan siku di wajahnya. Ah dan jangan lupakan asap yang mengebul dari kepalanya.

Ingin rasanya Ayleen memaki atau mungkin menangis. Keadaan rumahnya sungguh di luar ekspektasinya. Ayleen jadi merasa kasihan pada asisten rumah tangga yang akan membereskan kekacauan yang terjadi. Kenapa bisa secara kebetulan besok adalah jadwal asisten rumah tangga datang ke rumahnya untuk bersih-bersih. Kan Ayleen jadi merasa tidak enak. Memang asisten rumah tangga yang di sewanya datang satu minggu dua kali. Karena Ayleen hanya perlu orang untuk membantunya merawat rumah. Bukan untuk ia jadikan babu atau pembantu. Yah walaupun hampir mirip sih.

Rasa-rasanya Ayleen ingin menangis kencang. Hari liburnya bukannya tenang malah terasa berat. Ia seperti sedang mengurus anak-anak taman kanak-kanak saat ini. Apalagi jumlah nya yang memang cocok sekali untuk di jadikan satu kelas.

Kemarin malam Chenle menghubunginya kalau ia akan datang ke rumah Ayleen bersama hyung nya. Ayleen kira hanya satu dua orang yang ikut. Tapi ternyata pagi tadi ia dikejutkan dengan kedatangan dua puluh tiga orang termasuk Chenle. Yang membuat rumah Ayleen seketika berubah menjadi seperti tempat penitipan anak.

Awalnya mereka semua diam dan tenang-tenang saja. Namun entah bagaimana lama kelamaan malah menjadi semakin rusuh. Hilang sudah image cool mereka yang selama ini Ayleen tahu saat di depan kamera.

Chenle bersama Mark sedang membawa Blackie jalan-jalan. Sedangkan Ayleen ditinggalkan bersama dua puluh satu member yang lain.

Walaupun cukup dekat dengan beberapa member sub-unit NCT. Namun Ayleen tentu saja belum hafal dengan semua membernya. Menghafalkan sebagian saja sudah menguras banyak energi. Entahlah, saat ini baru dua puluh tiga member. Tidak tahu tahun kedepannya, mungkin bisa mencapai puluhan member. Ayleen ingat sistem NCT yang tidak memiliki batasan anggota. Yang artinya akan selalu ada yang baru.

"Noona gwenchanha?" tanya Jisung, sang maknae NCT.

Ayleen hanya bisa menatap Jisung lembut. Walaupun usia mereka tidak terpaut banyak. Tapi Jisung memang memanggil Ayleen dengan Noona. Katanya karena Chenle juga memanggilnya begitu. Dan di antara semua member, yang memanggilnya Noona memang hanya mereka berdua sih. Yang lain hanya memanggil namanya saja. Begitu pula sebaliknya, Ayleen memanggil nama mereka tanpa embel-embel Oppa atau apapun. Ia lebih memilih untuk mengikuti American style untuk memanggil nama mereka. Mungkin untuk saat ini begitu. Karena ia memang belum mengenal terlalu dekat semua member. Mungkin kalau mereka sudah lebih dekat Ayleen akan mempertimbangkan untuk memanggil yang lebih tua dengan panggilan Oppa dan sejenisnya.

"Gwenchanha." jawab Ayleen dengan senyum kecilnya.

"Kami kembali." suara nyaring Chenle memenuhi sistem pendengaran Ayleen begitu ia masuk ke dalam rumah.

Chenle langsung menghampiri Ayleen dan menyerahkan kunci Blackie. Ia tersenyum lebar seakan tidak bersalah sudah meninggalkan para membernya di rumah Ayleen.

"Gomawo Noona. Lain kali pinjamkan Blackie padaku ya." ucap Chenle.

Ayleen menatap sinis pada bocah di depannya. Kalau saja Chenle bukan orang yang ia anggap seperti saudara sendiri. Sudah pasti Ayleen tidak akan segan-segan untuk memukul wajah yang menjadi aset berharganya sebagai idol itu.

Manager [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang