27. Find You

576 81 7
                                    

Maukah kau menikah denganku?

Sebuah ingatan terus berputar layaknya film yg ditayangkan dalam otaknya seiring Kepala jennie berdenyut nyeri.

Samar samar wajah chanyeol kini memenuhi pikirannya.

Bukan, dia seperti bukan Chanyeol

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bukan, dia seperti bukan Chanyeol. Dia seorang pria desa yg berpakaian sederhana. Tapi kenapa wajahnya sangat mirip dengan Chanyeol? Dia terlihat sangat muda. Dan gayanya berbeda 180 derajat.

"Jennie??"

Suara Kai memecahkan seluruh film yg terputar di dalam pikirannya. Ia sadar kembali. Denyutan berangsur angsur mereda.

"Kau tidak apa apa? Kepalamu sakit?" ujar Kai khawatir.

Jennie menggeleng. "Mungkin disini sedikit panas, jadi kepalaku sedikit pusing" Alibi Jennie.

Mendengar itu, Kai buru buru untuk mengajak Jennie masuk kembali ke masionnya. Kai mengajak ke ruang yang lebih sejuk.

Entah kenapa rasa canggung memenuhi ruangan tersebut. Kai jadi ragu untuk melanjutkan percakapannya.

Jennie kini terlihat gelisah, apa karena ucapannya yang terlalu mengejutkannya?

Kai berdehem, memecah keheningan.

"Maaf, kamu sudah terkejut dengan pernyataanku tadi" Kai menelan salivanya. 

"Kai.. aku butuh waktu untuk menjawabnya. Aku tidak mungkin mengambil keputusan ini sendiri, aku perlu membicarakannya dengan Nenek dan Kakekku. Ku harap kau mengerti". Padahal sama sekali bukan itu yang mengganggu pikirannya saat ini.

Kai menghela napas lalu mengangguk setuju. "Baik Jennie, aku akan menunggu jawabanmu". Kai menatap dengan harapan.

Jennie merasa ia sudah lama menghabiskan waktunya di Masion Kai, dan sudah saatnya ia pulang. Jennie berpamitan pada Taeoh, dan seperti biasa ia akan merengek mencegah Jennie pulang, Untungnya Kai dapat mengatasinya. 

Kai menyuruh supirnya untuk mengantar Jennie hingga rumahnya, Berkali kali Jennie menolak tapi Kai kekeuh untuk mengantarkannya. Jennie tak dapat berbuat apapun, ia menurut.

Sejak kejadian di taman, Jennie lebih sering melamun. Saat masih di masion, Beberapa kali Kai menangkap Jennie yang tidak fokus. Dan kini Jennie termangu, menatap keluar jendela mobil Kai. Menatap bangunan-bangunan tinggi kota dan hingar bingar kesibukan masyarakat kota.

Sudah tak terhitung lagi Jennie menghela napasnya, banyak hal yang kini memenuhi pikirannya. Tentang lamaran Kai dan... bayangan Chanyeol. 

Kenapa bisa bisanya, saat Kai mengungkapkan perasaannya, ia terbayang Chanyeol. Tapi seingatnya ia merasa tak pernah bertemu Chanyeol sebelumnya. Tapi kenapa bayangan tadi seperti familiar baginya?.

Mobil kini melaju ke arah sebuah kantor, kantor yang ia rindukan. Itu adalah kantor Chanyeol.

Jantungnya berdegup dua kali lebih cepat, dan matanya menyusuri setiap sudut yang ia bisa lihat dari mobilnya. Dalam hati kecilnya ia ingin melihat Chanyeol, melihatnya walau sekilas. Tapi Tuhan sepertinya tidak mendengar doanya. Mobil melaju lagi setelah lampu jalanan berubah menjadi hijau, melewati kantor tersebut.

Jennie tidak akan tahu bahwa Chanyeol sangat sibuk di ruang kerjanya saat ini. Nyaris tak ada waktu untuk beristirahat, siang dan malam. Ia perlu menguruskan banyak hal sejak kejadian pegawainya membawa kabur uang perusahaan. Ia hampir gila menghadapinya. Sahamnya semakin turun, dan ia tak bisa menghandlenya, semua diluar kendali. 

Semakin hari, semakin memburuk tak terkendali. Beberapa kerjasama terpaksa dibatalkan demi keseimbangan perusahaan. Tentu, Chanyeol mengalami kerugian yang tidak sedikit.

Sehun juga ikut andil dalam hal ini, Chanyeol tidak sanggup hanya bekerja seorang diri.

"Ini laporannya, sudah kuperiksa".

"Baik, simpan disana. Aku ingin berdiskusi denganmu Sehun"

Sehun duduk dihadapan kakaknya. Jemari Chanyeol bertaut, matanya serius menatap Sehun.

"Tak ada cara lain. Kita butuh suntikan dana yang besar. Jika tidak secepatnya, gaji pegawai akan telat. Kita tahu bahwa jam kerja mereka ditambah dua minggu terakhir. Pasti akan ada Demo di kantor ini. Dan kita menghindari itu". Chanyeol memperlihatkan grafik keuangan kantor mereka.

"Tapi darimana kita dapat suntikan dana sebesar ini disaat perusahaan kita tidak stabil seperti ini? Mereka semua tidak ada mengambil resiko".

"Ya aku tahu itu. Tapi tidak ada salahnya untuk mencoba". Chanyeol berusaha optimis. Semua paati ada jalan keluarnya "Siapkan ruang rapat sekarang. Kita harus merundingkan ini".

Sehun mengangguk, setuju. "Omong-omong, bagaimana nasib Irene setelah ini? Apa kita akan terus nyekapnya?"

"Iya, Sampai aku mendapat informasi darinya. Dia sangat konsisten, tidak memberi informasi apa apa hingga saat ini. Jadi terpaksa aku harus melakukan sedikit kekerasan padanya".

"Aku tidak menyangka dia salah satu mata mata yang dikirimkan mereka di perusahaan ini"

Chanyeol menghela napas "Tidak ada yang menyangka. Dia adalah salah satu pegawai yang sangat loyal padaku selama ini. Tapi dibalik itu semua ia punya rencana lain. Mulai sekarang kita harus lebih hati hati, aku yakin masih ada mata mata yang mereka simpan disini"

Sejak malam dimana Chanyeol manangkap basah Irene yang sedang menelpon seseorang yang mencurigakan, Chanyeol pun langsung mengamankannya bersama bukti rekaman telepon yang ia dapatkan. Tapi sayang, musuhnya tidak bodoh. Nomor yang digunakannya adalah nomor sekali pakai, jadi tidak akan ada jejak yang tersisa.

Chanyeol membereskan berkas berkas untuk kepentingan rapat dan bangkit dari kursinya. "Ayo. Kita tidak punya banyak waktu" Chanyeol melangkah duluan keluar dari ruang kerjanya.

.
.
.
.

Malam hari, Jennie duduk menonton televisi yang ada diruang tamu. Nenek dan kakeknya sudah satu jam yang lalu tertidur pulas.

Jennie merengkuh kedua lututnya, menopang dagu diatasnya. Menatap kosong layar yang menyala. Satu satunya sumber pencahayaan diruang tamu saat ini.

Sejak tadi ia menonton saluran berita. Bukan, Jennie bukan karena ingin mengetahui kabar terkini di kotanya, tapi ia hanya ingin melihat seseorang.

Sudah seminggu headline tentang perusahaan Chanyeol terus ditayangkan. Mengenai turunnya saham, perusahaannya limbung dan lain lain.

Layarnya menayangkan sosok yang ia ingin lihat akhir akhir ini. Chanyeol yang terlihat dilayar kaca menjawab pertanyaan pertanyaan yang dilontarkan para wartawan. Ia tidak pernah kehilangan wibawanya. Tapi wajah lelahnya tak luput dari perhatian Jennie.

Dulu Chanyeol tidak setirus itu, garis garis wajahnya sangat terlihat kontras. Sudah berapa hari ia tidak tidur? Sudah berkali Chanyeol melewatkan makan siangnya?

Dada Jennie terasa sesak. Membayangkan keadaan Chanyeol saat ini. Kenapa ini begitu nyesakkan baginya.

Air mata mengalir dipipinya, ia tak mampu membendungnya lagi. Ia terus terisak.

Sekejap ia berpikir, kenapa aku menangis?

Ada sesuatu dihatiku yang mendesak kuat, tapi ia tidak mengerti. Seperti ada tali yang mengikat dirinya dengan Chanyeol.

Apa Aku mencintainya?

Secara tidak sadar ia meremat kalung hatinya. Menggenggam erat, menyalurkan semua emosinya.

Pada kenyataannya hatinya tak akan pernah melupakan apa yang terjadi di masa lalu, sayangnya otaknya tak bisa mengingat itu.

-TBC-

Maaf kalo ada yg Typo.. Semoga kalian enjoy bacanya. Terimakasih masih setia baca cerita ini dan mau menunggu lama. I love u guys ❤💝💖. Aku sekarang coba buat "nabung" chapter biar gak telat update lagi. Doakan ya guyss 🙏🙏

FIND YOU (CHANYEOL X JENNIE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang