Perayaan

924 76 4
                                    

Happy 1st anniversary, De.
Maaf ya,
gak bisa bikin kata-kata romantis,
tapi Mas sayang kamu pake banget.

Video berakhir. Sebuah video singkat berisi tulisan anniversary di jendela pesawat yang disusun dari magnet alfabet dengan latar pemandangan kota dan kabut-kabut awan. Sesederhana itu, namun mampu membuat Sakina tertawa dalam haru. Dia mengembalikan ponsel dalam genggaman kepada empunya. Sakina masih menatap pria yang sedang menunduk malu di hadapannya. Pria pemalu yang selalu punya kejutan istimewa untuknya. Andai saja waktu itu dia tidak melihat isi kamera Sakina, mungkin tidak akan ada hari ini.

"Ini magnet kulkas?"

Pria itu mengangguk dengan tawanya. "Iya."

Satu tahun yang lalu Sakina melihat tulisan Fayyaz di buku tulis Fisika miliknya saat sedang mengikuti kelas. Gegara tulisan tersebut, suasana hati yang melemah menuju jam pulang kembali membara. Kelas Fisika hari itu terasa berbeda karena tulisan tangan Fayyaz. Sepulang sekolah Sakina langsung menghubungi Fayyaz soal tulisannya.

Maksudnya apa coret-coret di buku orang?

Cuma ingin jujur tentang perasaan. Jawab Fayyaz di balik telepon.

Langkah Sakina terhenti saat melihat seseorang di depan gerbang sekolah sedang bersandar di motor-menatapnya dengan senyuman seraya memegang ponsel di telinganya.

Tahu dari siapa sekolahku di sini?

Sakina melanjutkan pembicaraannya sambil terus berjalan ke arah orang itu. Tepat di depannya, Sakina berhenti. Mereka saling menurunkan telepon genggam sebelum akhirnya menjatuhkan senyuman.

"Dari Umi. Aku lupa Sakina-ku masih SMA," ujar seseorang diiringi tawa-yang tak lain adalah Fayyaz.

"Sakina-ku?" Sakina menaikkan satu alisnya.

"Mulai hari ini jadi Sakina-ku, mau ya?" Ajak Fayyaz.

"Syaratnya banyak, yakin sanggup?" Tanya balik Sakina.

"Aku selalu yakin dengan pilihanku, juga segala resiko di baliknya. Ayo naik!"

Dunia pramugara dan pelajar memang sangat berbeda, namun takdir membuat mereka bersama. Entah apa yang membuatnya bisa menjatuhkan hati dan pilihan pada seorang remaja yang masih kekanakan bernama Sakina ini.

Hubungan mereka yang sudah terjalin satu tahun tak selalu berjalan baik. Apalagi di saat abi dan umi tahu anaknya berpacaran. Mereka diam seribu bahasa setelah nasihatnya tidak didengar oleh Sakina, namun tiga hari kemudian semuanya membaik seperti semula. Umi bilang, tugasnya sebagai orang tua hanya berusaha menjadi yang terbaik, mengingatkan ketika salah melangkah, dan yang terakhir selalu mendoakan kebaikan untuk anaknya.

"Tapi apapun alasannya, pacaran tetap tidak bisa dihalalkan dalam ajaran agama yang kita anut, Kina. Abi harap kamu bisa menjaga kepercayaan Abi dan Umi," tambah Abi.

Perayaan satu tahun pertama mereka ditemani oleh tugas sekolah Sakina. Hal itu bukan suatu masalah bagi Fayyaz, dia justru senang jika Sakina tidak melupakan tanggung jawabnya sebagai seorang pelajar. Fayyaz memandang langit pantai yang hampir jingga dari jendela kafe.

Sakina merentangkan tangannya. "Alhamdulillaah," dia menghela napas lega.

"Sudah selesai?" Tanya Fayyaz memastikan.

Portrait of Destiny (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang