Kisah Kasih Remaja

840 60 1
                                    

Arloji menunjukkan pukul 06.50 WIB. Semakin banyak siswa yang baru datang memasuki sekolah. Beberapa ada yang menuju parkiran dengan motornya, ada juga yang langsung berjalan menuju kelas seperti Sakina. Langkah Sakina yang dibalut flat shoes hitam mulai memasuki koridor sekolah. Gedung bertingkat dua yang mengelilingi lapangan itu memiliki cat berwarna abu tua dengan paduan warna abu muda di setiap tiangnya. Kerumunan siswa yang memenuhi mading menarik perhatian. Sakina mendekat dengan tote bag yang masih tersampir di bahu.

"Anjir pacar lu ganteng banget, Sakina. Langgeng ya ...."

"Serius lu pacaran, Kin?"

"Anak rohis kok pacaran?"

"Yah patah hati deh gue ...."

Bla bla bla

Telinga Sakina terasa penuh dalam sekejap. Suara-suara mereka berhasil memasuki ruang di sana. Beberapa orang menatapnya sinis. Sakina segera mencopot foto-fotonya bersama Fayyaz saat di PIK waktu itu dari mading. Mata Sakina tetiba perih dan mulai berbinar. Sakina bergegas meninggalkan kerumunan tanpa hati-hati sehingga membuat dia menabrak tubuh seseorang.

"Sakina? Lu kenapa?" Tanya seseorang penuh khawatir seraya memegang bahunya.

Mereka masih menyuarakan ucapan-ucapan yang membuat Sakina tidak nyaman mendengarnya, meskipun sebagian ada yang mendukung hubungannya dengan Fayyaz.

"Banyak bacot lu pada! Mau pacaran atau nggak itu hak Sakina! Hidup, hidup dia, kenapa lu yang ribet sih?!" Pekik seorang pria yang masih berdiri tegak di hadapannya.

Sakina tak dapat menahan lagi, tangisnya pecah dalam diam. Dia hendak berlalu tanpa memedulikan pria di depannya itu. Jalannya lunglai dan hampir jatuh. Pria itu segera menuntunnya menuju UKS. Sesampainya di sana, dia langsung meletakkan tas Sakina di atas kursi dan membaringkan Sakina di kasur.

"Mau minum dulu?" Tanyanya pelan.

Sakina mengangguk seraya menunjuk tasnya. Pria itu mengambil tumbler di sana, kemudian membantu Sakina untuk minum.

"Zalia udah tau kalau lu pacaran?"

Sakina menyeka mulutnya yang masih basah, lalu memasukkan tumbler itu kembali ke dalam tasnya. "Udah. Gue cuma cerita ke dia. Maaf ya, gue gak cerita ke lu, Jac. Gue cuma takut semakin banyak orang tau, semakin aneh-aneh tanggapannya. Dan sekarang ... malah kejadian."

"It's oke, gue paham kok."

Tetiba Zalia datang dari balik pintu. Dia ingin menemani Sakina sekaligus menyampaikan pesan bahwa Sakina diminta untuk menemui pembina dan ketua rohis di jam istirahat nanti.

"Yaudah gue ke kelas dulu ya, kan udah ada Zalia anaknya pak Husein," pria itu terbahak-membuat mata sipitnya seketika menghilang.

"Jacob!!! Awas lu ya! Gue aduin bapak gue nanti!" Pekik Zalia kepada Jacob yang berhasil kabur.

Zalia dan Jacob sudah lama menjadi sahabat Sakina. Zalia selalu sekelas dengannya sejak di sekolah dasar sampai SMP, sementara Jacob adalah tetangganya sejak lahir-yang baru satu sekolah saat SMA. Hubungan mereka tetap akrab layaknya saudara, meskipun Zalia dan Jacob berbeda jurusan dengan Sakina.

Portrait of Destiny (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang