Moving On

584 57 3
                                    

Pembelajaranku telah sampai pada bab mengikhlaskan. Mengikhlaskan tentang kamu yang akan menjauh bersama tanya dan sapa. Selamat menikmati angkasa baru penuh bintang.

"Ini orang fotogenik banget ya," mata Sakina terfokus pada layar kameranya.

Zalia cepat-cepat menelan steak di mulutnya dan mengintip siapa yang sedang dilihat Sakina. Hari ini Jacob mentraktir mereka di sebuah restoran steak ternama dengan pemandangan kota yang cantik. Jacob yang baru saja tiba dari toilet dibuat penasaran oleh percakapan mereka berdua.

"Alih profesi dari bidan ke paparazi nih?" Ledek Zalia.

"Siapa sih?" Tanya Jacob.

"Hafy," sahut Sakina dengan senyuman tanpa berpaling dari kamera.

"Hafy atlet bulutangkis itu? Lu udah move on?" Jacob memotong steaknya.

Sakina diam tak menjawab. Dia sendiri tak tahu mengapa semenjak Hafy muncul di layar kameranya saat di hutan kota, hari-harinya menjadi selalu terhias oleh Hafy selama satu bulan penuh ini? Terlebih karena pertemuan-pertemuan kecil mereka di tempat yang sama kembali terulang setelah turnamen badminton waktu itu.

"Udah jangan dipandangin terus Sa, doain aja di sepertiga malam," usul Zalia.

"Dia aja belum tahu nama gue."

"Ya kan lu udah tahu nama dia, sebut aja namanya di setiap doa lu. Siapa tahu jadi, kan?" Zalia tersenyum.

"Awas kalau patah hati lagi, nanti lama lagi move on-nya," pesan Jacob.

***

Di suatu siang Sakina melewati lorong klinik menuju parkiran, dia hendak keluar untuk makan siang. Langkahnya terhenti saat dia berpapasan dengan seorang pria yang pernah singgah lama di hatinya. Fayyaz Rayanza. Seketika tubuhnya mematung dengan tatap tak percaya.

Sakina pikir perasaannya telah tergantikan oleh yang baru, tapi mengapa setelah melihat Fayyaz lagi, rasa itu seolah hidup kembali? Apakah Fayyaz masih amat dicintainya? Ternyata selama dua tahun ini, namanya masih bertahta di hati Sakina meski tanpa temu dan sapa. Semua pertanyaan dan rindu tentang dirinya seakan meluntur saat Sakina menangkap Fayyaz tepat di manik matanya yang kecoklatan.

Mas Fayyaz, apa dia kesini untuk memperbaiki hubungan kita?

Apakah ini sebuah pertanda bahwa istirahat mereka sudah cukup? Mungkin ini saatnya hubungan mereka kembali berjalan ke tahap serius setelah istirahat panjang.

Tetiba Sakina teringat akan perkataan Zalia. Dia sadar, dulu dia masih terlalu kekanakan untuk memaknai semuanya.

Mas Fayyaz bohong, katanya dia akan menanggung segala resikonya, tapi apa?

Ini bukan tentang resiko Sa, justru kak Fayyaz begini karna dia sayang sama lu. Dia gak mau lu dan dia terus-terusan berada di hubungan yang bergelut dosa.

Sekarang Sakina pasti tidak akan menolak lagi jika Fayyaz kembali mengajaknya menikah. Dia sudah siap.

"Sa ... Sakina?" Ucap Fayyaz menegaskan.

Hhhhhhhh

Lagi-lagi Fayyaz membuatnya kecewa. Padahal telinganya sangat merindukan panggilan 'De' yang dulu terucap dari bibir Fayyaz untuknya.

Tak lama seorang suster mendorong seorang wanita di kursi roda dengan perut besar yang sedang merintih kesakitan. Suster itu membawanya menuju ruangan bersalin.

Portrait of Destiny (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang