(2) A Team!

43 10 0
                                    

By Nova

**


Saat aku kecil, ayah selalu menekankan untuk tidak pernah mendekati sesuatu yang memicu bahaya. Tapi, saat dewasa. Aku bukan hanya mendekati yakni menjadi bagian dari kelompok yang dapat dipastikan sangat berisiko dan sumber pemicu bahaya. Kata-kata ayah yang selalu kupegang erat, seakan lenyap dan hangus begitu saja.

"Disini blackswam. Melaporkan, ganti."

Suara walki-talki yang selayaknya seperti suara radio mulai bergemuruh membuat sebuah melodi yang menunjukkan nada sambungan. Aku segera menajamkan Indra pendengaranku,

"Disini Eagle. Laporan dipersilahkan, ganti." balas seseorang diseberang. Aku segera mendekatkan walki-talki kearah wajah,

"Disini blackswam, melaporkan target sudah berada ditempat sasaran, ganti." jelasku seraya memandang kearah sebuah mobil BMW seri yang tentunya bukan dimiliki oleh orang biasa.

"Disini Eagle, menerima laporan. Komandan, tim alpha siap meluncur, ganti"

Aku memutar malas bola mataku. Salah satu anak buahku ini memang sedikit pelupa. Padahal aku selalu mengingatkan untuk menggunakan nama inisial saat sedang bertugas. Tujuannya tentu saja untuk menjaga identitas diri dari musuh dan orang asing. Aku jadi meragukan bagaimana dia bisa menjadi bagian tim khusus intelegensi.

Ya. Itulah pekerjaan ku menjadi komandan tim alpha, salah satu tim khusus badan Intel Indonesia. Dan semua yang berhubungan dengan bahaya adalah tugas harian kami.

"Disini blackswam. Aku akan menghukummu setelah ini, laporan selesai. Ganti."

Aku segera mematikan sambungan dan berfokus pada target kami yakni seorang bandar narkoba sekaligus hackers dunia bawah yang menjadi incaran sejak bertahun-tahun. Jujur aku sangat penasaran dengan wajahnya, karena dia bekerja hampir tanpa mengotori tangan. Tentu saja bawahannya yang akan mengurus bagian itu. Dan dengan segala taktik dan cara kami berhasil membawa orang itu masuk dalam jebakan kami.

Tatapan ku semakin menajam bersiap dengan sedikit gerakan kearah target. Disana target sedang dalam posisi dirayu oleh orang suruhan kami yang menyamar.

"Eagle. Bersiap, kita akan segera menyergap,"

Aku membalas dengan sebuah anggukan, "Lion, aku akan memimpin." aku segera merayap kearah lawan dengan meminimalisir suara derap yang kaki

Aku sedikit bahagia mengetahui bahwa target adalah seorang laki-laki. Segera aku mengarahkan senapan tepat di jantung pria berusia pertengahan 30 tahunan itu.

_Dor... Dor... Dor...._

Sial!

Ternyata mereka lebih terencana, seranganku berakhir pada tiga bodyguard yang sekarang sedang di fase sekarat. Dengan suara tembakan itu, pertanda pertandingan yang sesungguhnya dimulai.

"Alpha. Bersiap! Eagle, Zero, Scorpio, kearah samping. T-rex, Aladin, kearah belakang Aku dan Thunder menyerang dari depan. Kerjakan!" Earpodes yang terpasang di telingaku, mulai aktif.

"Baik, Kerjakan!" jawab mereka serempak. Aku segera mempersiapkan senjata, memberi sedikit kode dengan rekan kerjaku Thunder.

Dengan sekali sergap kami menembakan rentetan peluru yang langsung membuat musuh kalang kabut. Sayangnya mereka mempunyai persiapan yang tak kalah ampuh. Semua timku, hampir kewalahan.

_"Komandan! Sepertinya mereka membawa orang yang lebih banyak. Ini diluar target"_

Oh Shit!

Rasanya aku ingin mengumpat sekarang, kenapa disaat seperti ini peluruku malah habis!

Aku segera berguling dibelakang tembok tepat dibelakang mobil target.

"Aladin, siapkan rencana cadangan. Aku akan masuk kedalam mobil target. Namun aku butuh peluru tambahan, posisi sekarang dibelakang mobil" jelasku seraya merogoh saku mengambil senapan cadangan yang memang kupersiapkan untuk hal mendesak seperti ini

_"Saya menuju tempat anda. Sir!"_

Aku mengamati bagasi mobil yang terbuka lebar.  Andaikan aku tidak kehabisan peluru pastinya kesempatan emas ini tidak akan terbuang sia-sia.

Dentuman senjata yang terus silih berganti membuat emosiku memuncak!

Aku segera menyergap mobil dan langsung masuk kedalam bagasi. Selangkah lagi sampai....

"Taktik yang menyegarkan komandan. Namun tidak cukup puas untuk menjebak diriku"

Sebuah ujung pistol berada tepat dibelakang kepalaku. Tak lama suara langkah kaki sepatu mendekat kearahku

Suara anggun itu... sepertinya aku mengenali suara ini!

"Ya, kau pasti mengenalku lalu kenapa kau tidak tertarik untuk melihatku. Berbalik lah komandan!"

Ada dua cara untuk mengakhiri pertempuran ini. Pertama, menjadi pengecut dan menyerah kepada musuh. Itu berarti aku telah gagal dan semua perjuanganku terbuang sia-sia. Atau... mengorbankan diri sampai titik darah penghabisan.

Mataku memicing kesegala arah mencari keberadaan timku. Kerja bagus Aladin! Mereka semua telah berada diposisi,

Aku membuang semua senjataku, mengangkat kedua tangan keatas pertanda aku menyerah. Lalu kemudian aku berbalik,

"Bagaimana terkejut dengan semua siasatku Komandan Diadreo Abdi Prahaga?"

Walaupun sedikit terkejut karena ternyata target merupakan seorang wanita, tapi kebolehannya dalam melacak id dan nama lengkapku perlu diacungi jempol. Aku tersenyum,

"Oleh karena itu kau mendekatiku, Bu Praya? aku tidak terlalu menyukai serangan yang terencana." balasku dengan ekspresi meremehkan

Praya tertawa, "kau cepat tanggap ya Abdi. Sayangnya kau kurang pintar mengenal lawan, membusuklah di neraka Abdi!"

_Dor!_

Serempak dengan tembakan timku melemparkan bom asap yang dapat memudarkan penglihatan kecuali dengan menggunakan kacamata khusus yang tentu saja sudah terpasang di helm pelindung kami. Sedangkan aku berguling kedepan untuk menangkap Praya yang mulai kesulitan melihat.

Dengan sekali sergap aku menangkap Praya, mengunci pergerakannya dan timku segera mematahkan serangan lawan.

Setelah berhasil memborgol tangan Praya aku sengaja mendekatkan wajahku ke telinganya,

"Kau sangat cantik Praya, sayang kau tidak terlalu pintar menebak keadaan. Setelah kau keluar dari jeruji, ayo kita selesaikan kencan yang terlewat kemarin"

Praya membuang muka kearah lain, dan aku rasa dirinya sedang mengupati diriku sekarang dalam hatinya.

Aku menampilkan senyuman lebar, segera berbalik menuju markas besar.

"Alpha Team finished! Back to markas!"



End

CACTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang