(20) Aku Iblis Pelindungmu

19 10 0
                                        

By Nadya

**

Galen averroes, siapa yang tidak mengenalnya? Remaja yang menginjak kelas tiga sma itu berniat membalaskan dendamnya pada Fay, adik kelasnya yang kini menginjak kelas sepuluh. Kedua orangtua Fay mati karena kecelakaan. Dan Galen merasa, ini tidak adil. Kedua orangtua Fay mati dengan mudahnya, namun masih menyisakan segelintir uang untuk anaknya. Sedangkan dirinya? Harta Kedua orangtuanya diperas, dan kedua orangtuanya mati dengan cara yang tragis.

Iris matanya menunjukkan kebencian, terlebih ketika melihat dua pasangan sejoli dihadapannya. Tak lain, adalah Fay dan Dylan, sahabatnya.

Namun ini berbahaya. Mengapa dirinya merasa kesal bukan main? Terlebih, ketika ia melihat Fay menegak botol minum dari Dylan yang sudah dicampur obat perangsang.

Hei, ini memang rencananya. Namun mengapa dadanya terasa terbakar? Darahnya serasa mendidih, saat melihat tangan Dylan mulai meraba lutut Fay yang tak tertutup rok.  Tangannya menarik kerah belakang Dylan, lalu membanting lelaki itu ke tanah.

Sial. Dia kehilangan kendali.

Ia menghantam tulang pipi Dylan berkali kali, dengan tangan kanan dan tangan kirinya secara bergantian. Namun, amarahnya semakin meluap saat melihat sudut bibir Dylan tertarik, "Lo yang udah jatuh ke perangkap lo sendiri, Len."

Mendengar hal itu, Galen kembali mengepalkan tangannya dan menghantam pipi Dylan tanpa ampun.

Ya, Galen benci mengakui jika dirinya kalah dan sudah jatuh cinta dengan Fay.

Emosinya semakin meluap, tatkala mengetahui jika Fay lebih memilih Dylan daripada dirinya. Untuk pertama kalinya, Galen merasakan bagaimana rasanya ditolak oleh seorang gadis yang bahkan tidak ada istimewanya sama sekali. Harga dirinya serasa diinjak. Amarahnya menggelegak, kali ini, entah karena apa.

Melihat wajah Dylan yang sialnya tetap tampan, Galen kembali mengarahkan pukulannya kearah wajah pria itu. Menghantam tulang hidungnya tanpa ampun, hingga ia merasa tulang hidungnya yang mancung sudah retak, "Gue benci wajah lo yang sialnya tetap tampan walaupun tulang hidung lo udah retak." Ia meludah dan berdiri hanya untuk mengarahkan kaki-kakinya menjejakki kedua tangan Dylan, "Ga akan pernah gue biarin lo inget bagaimana rasa halusnya lutut Fay."

Galen baru berhenti saat dilihatnya telapak tangan Dylan mulai membiru karena ulahnya. Remaja itu berdiri, merogoh saku celananya dan mengeluarkan telefon genggam miliknya. Tak lama, sirine polisi berdatangan.

Sial. Ia harus segera kabur.

Ia melirik kebawah, tempat Dylan sudah berbaring ditanah dengan keadaan mengenaskan. Wajahnya sudah lebam dengan luka terparah di hidungnya yang sudah tak berbentuk lagi. Sialnya, pria itu masih menarik sudut bibirnya, dan membuka mulutnya.

Ingatkan Galen untuk membunuhnya saat pria itu selesai berbicara nanti.

"Gue sudah menduga kalau ini bakalan terjadi. _You are lost._ Lo jatuh cinta sama Fay, musuh lo sendiri. Lo kalah. Lo bahkan jatuh cinta sama anak, dari pembunuh kedua orang tua lo."

"Persetan, bajingan!" Lalu, Galen menginjak dada dan perut pria itu berkali kali, hingga Dylan tak sadarkan diri.

Galen mengalihkan tatapannya pada gadis yang sudah menggeliat bak cacing kepanasan namun memberhentikan langkahnya saat menatap Dylan yang sudah tak sadarkan diri.

"Kamu pembunuh!!" Teriakannya sarat akan emosi yang menggebu-gebu. Tangannya memukul dada Galen berkali kali. Dan, sirine polisi semakin mendekat.

Tak ada pilihan, Galen harus membawa gadis ini bersamanya.

Namun, terlambat.

Polisi melesatkan peluru yang menembus tepat ke arah Perut bagian kirinya.  Tidak. Dia tidak boleh mati.

Galen berlari dengan Fay dalam pelukannya, kakinya menjejaki lorong-lorong sempit, mengabaikan rasa sakit diperutnya dan memberhentikan sebuah taxi. Ia menyuruh supir taxi itu berjalan tanpa arah, hingga akhirnya mobil mereka memasuki hutan.

Sesampainya ditengah hutan, ia menemukan sekumpulan gubuk yang ia yakini sebagai rumah-rumah para penjaga hutan.

Ia akan mengasingkan diri disini, bersama Fay. Ia tak mungkin kembali ke kota, mengingat ia sudah menjadi buronan polisi. Lagipula, Fay akan aman bersamanya dari Rival bisnis kedua orangtua Fay yang ingin membalaskan dendamnya  pada Fay.

Jika Galen tertangkap, mungkin ia akan turut serta membunuh Fay nanti. Namun, disisi lain Galen merasa bahwa dia adalah iblis pelindung bagi Fay.  Karena itu, Galen tidak boleh mati. Hanya Fay-lah yang mampu membunuhnya.




End

CACTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang