By Lina
**
Langit tampak menghitam disertai gemuruh yang begitu kencang, bagai kentut yang menggelegar. Suasana terlihat sunyi dan sepi seolah tempat tidak berpenghuni yang tidak pernah ditinggali.Terlihat surai panjang dengan bola mata berwarna hazel tengah melesatkan pelatuknya pada target yang dituju.
Kini, terjadi peperangan antar gangster di tempat sepi itu. Tentunya mereka memilih tempat itu agar tidak terlihat oleh pihak yang tidak bertanggung jawab melaporkan mereka ke polisi.
Bukan karena takut terhadap polisi, namun mereka terlalu malas berurusan dengan aparat negara itu.
Kembali kepada gadis tadi, dia terlihat puas karena berhasil melumpuhkan korbannya yang sudah mati rasa oleh dirinya.
"Dalam 20 detik kau mati," ucap gadis itu. Q, gadis yang kerap dipanggil oleh teman gangster. Q bernama lengkap Queen Zesya itu menatap korbannya sambil tersenyum sinis.
Hingga beberapa detik kemudian, korbannya itu sudah terkapar dengan tubuh yang tidak bernyawa lagi.
Melihat pemimpin mereka yang sudah dilumpuhkan oleh Queen membuat mereka ketakutan setengah mati. Tidak dapat dipungkiri mereka menyesali telah memancing singa tengah tidur.
"Pemimpin kalian sudahku lumpuhkan."
Mereka semakin menggigil menatap pemimpin mereka sudah membiru bagai terkena racun mematikan diseluruh tubuhnya.
"Bawa mereka ke rupe," ucap Queen sambil menatap salah satu bawahannya dan diangguki oleh salah satu bawahannya.
Rupe tidak lain dan tidak bukan adalah singkatan dari _rumah penyiksaan_ . Queen selalu menaruh tawanannya disana, mereka akan merasakan penyiksaan yang begitu menyakitkan. Dimulai dari siraman besi yang dilelehkan, penembakan peluru dijantung hingga mati, hukuman gantung, pancung, hingga tubuhnya dimakan oleh piranha.
Tidak sampai disitu, para tahanan tidak diberi makan dan minum. Membuat mereka mati mengenaskan karena kelaparan.
"Jery perintahkan yang lainnya agar hilangkan jejak kita, aku tak mau ada yang mengetahui pertempuran ini," ucap Queen.
"Baik Q," balas Jery sambil menganggukkan kepalanya.
Setelah semua urusannya beres, Queen menaiki mobilnya dan melajukannya dengan kecepatan sedang.
Matanya melirik kepada arloji ditangannya, terlihat jarum pendek mengarah kepada pukul 7 pagi.
"Ternyata sudah lama aku bertarung hingga tidak terasa waktu berlalu begitu cepat."
Mobilnya dia berhentikan di area gedung pendidikan menengah atas, tempatnya menimba ilmu sekaligus menyembunyikan identitasnya.
"Neng Zesya udah kesini aja atuh, masih pagi ini teh neng," ucap satpam yang bertugas di gerbang sekolahnya.
"Iya mang ehehe," ucap Queen sambil menatap satpam sekolahnya itu kikuk.
Queen selalu dipanggil Zesya disekolahnya. Dia hanya memiliki satu sahabat yang selalu menemaninya hingga kini.
Mobilnya dia arahkan ke parkiran sekolah, diapun keluar menuju kamar mandi untuk berganti baju selepas bertempur tadi.
"Huhh selesai," gumam Queen.
"Zebra woy!!" teriakan menggelegar dari seorang gadis berkaca mata sambil berlari ke arah Queen.
"Diem dugong!" ucap Queen sambil menatap Lesya yang sudah Queen anggap sebagai adiknya sendiri.
"Ehehe kemana aja lo?" tanya Lesya sambil menatap manik hazel milih Queen.
"Gue abis ketiduran di mobil jadi bablas dehk sampe pagi," jawab Queen yang tentunya berbohong pada Lesya.
"Dodol ihk masa sampe ketiduran di mobil, lain kali jangan ulangi lagi!" ucap Lesya sambil menatap Queen khawatir.
Queen hanya membalasnya dengan senyum terbaiknya kepada sahabatnya itu. Tentunya dia sangat beruntung memiliki sahabat seperti Lesya yang selalu mengkhawatirkannya setiap saat tanpa kenal lelah dalam bentuk apapun.
End