(8) Rahasia Xavier

17 9 0
                                    

By Gilda

**

Xavier, lelaki yang terkenal sopan dan lembut, memiliki warna kulit yang kecoklatan dan rambut keriting.

Xavier memang sangat populer di sekolahnya, kenapa? Tentu saja karena ketampanannya.

Semua orang pasti mempunyai rahasia besar kan? begitu pula dengan Xavier, siapa sangka anak semanis Xavier akan berubah menjadi makhluk bertubuh besar ketika meminum pil khusus yang Xavier dapatkan dari ayahnya.

Dan sekarang Xavier sedang berjalan kaki dari sekolahnya menuju rumahnya.

"Cup cup cup anak orang kaya kok pulang ke rumah jalan kaki pft" ucap suara yang asalnya ntah darimana.

Langkah Xavier terhenti "Lo siapa?" tanya Xavier pelan.

"Yaampun, setega itu kah lo sampe ga tau suara gue?" Tanya suara itu.

"Adrian?" tebak Xavier asal.

"Yah ketauan, ga seru deh" ucap adrian sambil keluar dari tempat persembunyiannya.

"Ngapain lo lewat gang sepi gini? lo kan ogah banget lewat jalan kaya begini" Tanya Xavier.

"Gue gamau basa basi, kasih pil nya sekarang" ucap Adrian.

"Pil apaan?" Tanya Xavier sedikit gugup.

“Gausah banyak omong, cepet kasih pil nya” Jawab Adrian sambil mengepalkan tangannya.

“Pil apa?!” Tanya Xavier lagi dengan nada yang sedikit keras.

Lama kelamaan Xavier membuat Adrian kesal, tidak lama kemudian Adrian melayangkan tinjunya kepada Xavier.

Xavier terjatuh kebelakang karena tinju yang dilayangkan oleh Adrian, Xavier pun merasa kesal dengan apa yang diperbuat oleh Adrian, lalu Xavier tidak segan segan memelintir tangan Adrian.

Adrian menginjak keras keras kaki Xavier lalu menendang wajah Xavier sembari memegang kedua tangan Xavier kuat.

"Lo kenapasih?! tinggal ngasih pil nya aja batu banget!" bentak Adrian.

"Lo gatau dampaknya apa!" jawab Xavier sambil membentak.

"Lagian lo tau tentang pil itu darimana hah?!" Tanya Xavier sedikit berteriak.

"Lo pikir gue gadenger pas lo sama lucian bahas tentang pil itu? lagian bodoh banget bahas hal sepenting itu di sekolah" Ucap Adrian.

"Gue gaakan mau ngasih pil itu sampai kapanpun" Ucap Xavier yakin.

"Apaansi kok lu batu banget, gue ga peduli dampaknya apa jadi mending langsung kasih aja deh gausah panjangin masalah" Ucap Adrian kelewat kesal.

"Sekarang gue tanya lagi, buat apa lo mau pil itu?" Tanya Xavier mencoba untuk tidak emosi.

"Gue bisa nguasain dunia dan ngelakuin apa yang gue suka" Ucap Adrian sembari tersenyum miring.

"Kenapasih lo haus banget sama kekuasaan?!" Tanya Xavier sambil meninggikan nada bicaranya.

"Ya suka suka gue dong!" Bentak Adrian.

Xavier sadar bahwa pegangan tangan Adrian mulai melemah dan langsung memelintir tangan Adrian (lagi) lalu memukul punggung Adrian sedikit brutal.

KREKK

"ups kayaknya punggung lo patah deh" ledek Xavier.

Lalu Xavier berusaha keluar dari gang sepi itu walau matanya tidak bisa melihat dengan jelas karena dipukul oleh Adrian.

Adrian merasakan sakit yang luar biasa pada punggungnya tetapi Adrian masih sanggup menahannya.

Adrian mencari cari pistol di kantong celananya, setelah mendapatnya Adrian mencoba berjalan sedikit lalu meletakkan ujung pistol di punggung Xavier.

"Lo jalan lagi, gue tembak" Ancam Adrian.

"Apa apaan" kesal Xavier, namun Xavier tetap memberhentikan langkahnya karena tau Adrian tidak main main.

"Lo mau pil? ambil" Ucap Xavier sambil merogoh saku nya lalu mengeluarkan sebuah botol berisi pil dan menjatuhkannya.

"Gue udah muak, pake bawa bawa pistol pula" kesal Xavier.

Adrian menjatuhkan pistolnya sambil mengambil botol itu dan membuka tutup botol itu dengan terburu buru lalu mengambil salah satu pil dan langsung mengunyahnya.

Tak lama kemudian Adrian merasakan tubuhnya menjadi sangat panas, Adrian berpikir pilnya berhasil sampai akhirnya kaki Adrian terlihat berapi api.

"HEH INI KAKI GUE KENAPA?!?" Tanya Adrian panik.

"ya lagian si dikasih tau batu banget" Ucap Xavier santai.

Berlahan lahan tubuh Adrian hanya tersisa abu, sementar Xavier terlihat biasa saja karena ini bukan pengalaman pertamanya.

Xavier mengambil pistol yang dijatuhkan oleh Adrian dan juga botol yang berisi pil, lalu pergi dari gang itu seolah olah tak terjadi apa apa dan tanpa saksi mata.



End

CACTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang