By Fuad
**
Pengepungan benteng Arthan di utara Rosalio berjalan menegangkan.
Malam itu, sepuluh ribu prajurit kerajaan Erno menyerbu benteng kuno Arthan yang dijaga oleh Panglima Armand Vermanford penguasa Lipus. Sebelumnya, pasukan Erno sudah mengepung benteng tersebut selama tiga bulan sepuluh hari. Namun, berkat pemetaan jalur logistik yang cerdas dari Armand, usaha mereka hampir tak membuahkan hasil. Hal ini pun membuat panglima Erno, Gilliam de Perlon menyegerakan penyerbuan setelah membangun lima ketapel raksasa.
Suara terompet berdengung memekakkan telinga, dan prajurit-prajurit Erno yang terbagi rapi beregu berjalan serempak menuju benteng itu. Batu-batu besar melayang di atas kepala mereka, dilepaskan oleh ketapel-ketapel raksasa, namun hanya mengenai bagian depan benteng dan dua tembakan meleset jauh. Beberapa regu mendorong sebuah ram besar yang atapnya dibuat oleh kulit binatang dan dibasahi air.
Panglima Armand yang berdiri di atas benteng segera memerintahkan pasukan pemanah untuk bersiap. Dia juga menyeru kepada beberapa regu yang membawa minyak panas untuk segera bersiap.
"Tarik!" dan para pemanah menarik anak panah mereka.
"Bidik!"
"Tembak!!"
Pasukan pemanah segera melepas anak panahnya, membuat hujan kematian bagi siapa saja insan yang malang. Akan tetapi, hujan anak panah itu malah membuat semangat pasukan Erno berkobar, dan menyerbulah mereka dengan buas. Satu persatu prajurit Erno berguguran, namun jumlah mereka seakan tak pernah habis.
Beberapa prajurit yang membawa tangga berhasil sampai di dasar benteng. Mereka segera memasang tangga kayu tersebut, agar prajurit yang lainnya bisa mendaki dan merebut benteng.
"Lempar minyak panasnya!" teriak Armand kepada prajuritnya.
Lima sampai delapan tungku besar minyak panas ditumpahkan menyasar prajurit Erno yang berusaha mendaki tangga. Banyak yang berteriak kesakitan lalu berjatuhan. Prajurit lain yang hendak naik langsung disambut tembakan anak panah.
Saat Panglima Armand sedang mengontrol penjagaan tembok, seorang prajurit memanggilnya buru-buru.
"Tuan Armand, ramnya sudah sampai di depan gerbang!"
Panglima itu mengangguk pelan. Sudah ada sedikit helai putih di rambutnya, dan begitupun kematangannya dalam berperang.
"Perintahkan regu yang di atas gerbang untuk melempar minyak panas dan api!" Prajurit tadi langsung berteriak menyampaikan perintah komandannya.
Beberapa detik kemudian, terdengar suara berdentum dari arah gerbang. Armand segera menengok.
"Apa yang terjadi?"
Salah satu prajurit menyahut, "Sir, ramnya dibasahi oleh air. Cukup sulit untuk membakarnya!"
"Bawa api lebih banyak! Kita takkan membiarkan Erno brengsek itu membobol benteng kita! Pertahanan Rosalio ada di tangan kita!"
Pertempuran terus berlangsung dengan brutal. Beratus-ratus mayat prajurit Erno bertumpukan di dasar benteng, dan tetap saja masih banyak yang berdatangan. Beberapa batu besar terlontar dan membuat lubang di beberapa bagian dinding, ada pula yang tepat masuk dan membunuh prajurit Rosalio.
Angin membawa bau minyak dan daging yang terbakar. Pekikan dan raungan prajurit membahana bersahutan.
Ram yang tadi menggedor gerbang terus-terusan kini berhasil terbakar. Gerbang Arthan masih kokoh berdiri meskipun bolong di sana di sini.
Sebegitu kokoh pertahanan benteng Arthan di bawah komando Armand Vermanford. Dari pihaknya cukup banyak prajurit yang berjatuhan, namun itu tak sebanding dengan beratus musuh yang telah dihabisi. Dia harap itu akan membuat pasukan Erno berhenti menggempur, dan benar saja.
Setelah tiga jam penyerbuan, Gilliam de Parlon menarik pasukannya. Dia juga memerintahkan prajuritnya untuk membawa mayat rekannya yang tergeletak di dasar benteng.
Di dalam benteng Arthan, sorak sorai menggema. Semua yang selamat bersukacita atas kemenangan mereka malam itu. Ini akan menghentikan invasi Erno pada Rosalio, pikir mereka. Berita kemenangan pun segera dikirimkan pada Yang Mulia Raja Willard III penguasa Rosalio.
***
Dua minggu kemudian, di balairung istana Rosegard. Yang Mulia Raja Willard III dikejutkan dengan sebuah berita. Benteng Arthan telah dikuasai Erno, semua prajurit termasuk Panglima Armand Vermanford dari Lipus dinyatakan tewas. Sebab kematian tidak jelas, tapi menurut penuturan sang kurir ada suatu hal mengerikan yang terjadi di sana.
End

KAMU SEDANG MEMBACA
CAC
Cerita Pendek"Are u ready to lost in CAC?" .... Highrank: #1 antologicerpen