By Ichsan
**
Tidak ada yang tau, bahwa cowok polos seperti Cakra Fredel Maximilan adalah seorang gangster yang beraksi di gelapnya malam. Dia adalah cowok berkaca mata bulat, yang selalu berangkat pagi, dan akrab disapa Max. Wajah manis yang di sisipi kaca mata bulat itu, membuatnya semakin terlihat culun.Ditambah lagi dengan celana abu-abu kedodoran yang ia kenakan, semakin menegaskan bahwa ia adalah siswa yang tidak spesial dalam hal-hal yang berkaitan dengan kenakalan remaja.
Tapi siapa sangka, saat malam tiba, kepribadiannya berubah 180 derajat berbeda. Di gelap dan dinginnya udara kota Bandung, ia dikenal dengan nama Cakra, si ketua genk motor Ginting Wars. Siapa yang tidak kenal dengan Genk motor satu ini,
aksi mereka kerap kali meresahkan warga sekitar.Mereka sering konvoi dan beradu dengan Genk motor lain. Seperti malam ini. Jam tangan hitam yang melingkar di pergelangan tangan Cakra, sudah menunjuk tepat ke angka dua belas. And now, it's time to fight!
"Berpencar sekarang!" Cakra memberikan perintah yang tidak boleh dibantah. Barisan motor yang berjumlah sekitar dua puluhan itu mulai memenuhi jalan raya.
Sebagian dari mereka bergerak ke kiri dan memasuki jalanan yang lebih kecil, dan sebagian lagi tetap mengiringi laju motor milik Cakra. Rombongan mereka mengenakan jaket hitam berbahan jeans, dengan logo *_The Tiger Beetle_* di punggung dan dada sebelah kiri. Suara dan asap kenalpot memecah keheningan malam.
Dari arah yang berlawanan, terlihat sekelompok Genk motor yang tak kalah banyak jumlahnya. Mereka mengenakan jaket kulit berwarna hitam dengan logo *wolf*. Tidak salah lagi, merekalah rival Ginting Wars, Salazar Wolf. Mereka adalah genk motor sekolah tetangga. Pemimpin mereka juga tak kalah hebat. Siapa lagi kalau bukan Devon. Malam ini pertarungan kedua Genk motor itu akan berlangsung.
"Woyy!!! Ini adalah wilayah Ginting Wars!! Kita sudah sepakat!!!" Teriak Cakra dengan lantang.
Memang pertarungan ini di picu oleh pelanggaran kesepakatan. Kedua Genk motor itu sudah membuat perjanjian, bahwa mereka mempunya batas wilayah masing-masing. Sampai salah satu dadi anggota Salazar Wolf melanggarnya. Dan itu bukan kesalahan yang bisa dianggap sepele.
"Kami tidak peduli dengan perjanjian sampah itu!!" Jawab Devon dengna angkuh. Hal itu jelas memancing amarah Cakra.
"SERANG!!!"
Seperti sekumpulan kuda yang di lepaskan dari kandangnya, anggota Ginting Wars pun berlari ke arah barisan anggota Salazar Wolf. Pertarungan dua Genk motor itu yang sama-sama hebat itu tak berlangsung sengit. Jumlah mereka yang nyaris imbang menjadi salah satu penyebabnya.
"Maju lo njing!!!" Devon mendekati Cakra.
Tanpa pikir panjang, Devon melayangkan satu bogeman ke pipi Cakra. Hal itu sukses membuat Cakra meringis sakit, sambil mengelap pipinya yang mengeluarkan cairan berwarna merah. Tapi bukan Cakra namanya jika ia tidak bisa membalas dengan cara yang lebih sakit. Cakra berhasil melayangkan tinjunya ke arah wajah Devon. Tepat mengenai hidung milik Devon. Tak butuh waktu lama, cairan yang sama keluar dari lubang hidung Devon. Namun, dengan jumlah yang lebih banyak.
Dor! Dor! Dor!
Suara misil yang di tembakan ke langit. Tentu saja hal itu spontan membuat panik semua orang. Tak terkecuali Devon dan anak buahnya. Sambil memegangi hidungnya Devon menyuruh agar anak buahnnya mundur. Bagaikan semut yang terguyur air hujan, mereka semua lari berhamburan ketika mendengar sirine mobil polisi kian dekat.
Untung saja Cakra dan Ginting Wars berhasil pergi meninggalkan lokasi itu tepat waktu. Meski banyak anggota yang terluka, malam itu mereka pulang dengan membawa kemenangan.
End