By Diva
**
IVI adalah sebuah bidang rahasia yang dibentuk oleh negara dan bergerak untuk membasmi kejahatan dunia. Sama seperti kepolisian namun IVI jauh lebih unggul di atasnya. Mereka sangat rahasia bahkan agen-agen yang bekerja pun identitasnya dirahasiakan demi keamanan keluarga. Tak jarang beberapa orang yang mengabdikan diri ke IVI menggugurkan nyawanya dalam menjalankan misi.Kantor pusatnya berada di Rusia, namun letak pastinya tak ada yang tahu kecuali mereka yang bekerja di sana.
Tepat di gedung ini, mereka tengah sibuk melacak teroris yang melarikan diri dari penjara mereka. Bagaimana bisa? Pasti ada seseorang dari IVI yang bekerja dengan teroris tersebut. Namun seseorang itu akan menjadi tujuan akhir mereka. Teroris itu harus ditangkap secepatnya agar tidak ada lagi korban yang berjatuhan seperti Minggu lalu, di salah satu pusat perbelanjaan yang terdapat di negara yang sangat maju itu, Singapura.
Para pekerja sangat fokus dengan komputer-komputer yang ada di depan mereka. Mereka hanya melacak bagian Asia Tenggara, karena teroris itu perginya tak akan jauh. Sebab baru semalam ia melarikan diri.
"I got the position, Sir!"
Mendengar teriakan seorang wanita yang lahir di Nagoya, Jepang, sontak mereka semua langsung mengerubungi wanita itu. Sang direktur atau pemimpin besar IVI dengan kepala botak yang ia agung-agungkan membelah puluhan manusia yang ada disitu dengan tongkat panjangnya dan sebatang rokok yang terselip diantara kedua bibir hitamnya seperti arang.
"Pergi bekerja sebelum gaji you, you, you, saya potong!" ancamnya dengan bahasa setengah Melayu dan Inggris. Semua menatapnya malas, keadaan sedang genting tapi bos botak satu ini malah membahas gaji.
"Di mana?" Matanya memicing melihat layar komputer yang menunjukkan beberapa titik biru di berbagai belahan dunia.
"Mana satu ini? Semua ada birunya." Wanita itu memukul jidatnya. Pusing dengan kelakuan bosnya yang satu ini. Kenapa orang ini menjadi bos, batinnya mengeluh pada Tuhan.
"Not that one, Sir. But this computer. See this red dot? In Brunei Darussalam. I finished tracking him down and he's on a stealth ship to get into the country without a passport." Direktur bernama Abdull itu mengangguk-angguk paham.
"Baiklah, Mrs. Shirou. Segera kirim beberapa agent ke sana. Tapi sebelum itu, melapor ke badan keamanan mereka dulu. Don't publish your arrival so that the people there won't worry." Wanita yang kerap disapa Yuki itu mengangguk paham.
"Yes, Sir. I'll be there in a few minutes."
Abdull hanya mengangguk dan memanggil Jake sang bawahan yang sangat ia andalkan sebelum Yuki.
"Go and temani Mrs. Shirou ke penjahat itu. Jangan sampai kena terluka," ucapnya tegas membelakangi Jake sambil menghembuskan asap rokoknya.
Pria berkebangsaan setengah Indonesia-Rusia itu mengangguk patuh dan berkata dengan tegas, "baik, Sir!"
Ia segera pergi dan menyusul Yuki yang berada di ruang penyimpanan senjata.
Yuki...
wanita itu, sangat berapi-api.
Ambisinya dalam membasmi kejahatan sangat besar. Sedari kecil ia memang ingin menjadi agen rahasia seperti ini.