2. Kebangkitan

78 16 3
                                    

Santosa merasa dirinya telah tertidur begitu lama saat kesadaran perlahan-lahan terkumpul. Kesadaran itu mulanya berasal dari kepala, lambat laun merambat turun menuju ke rongga dada hingga mencapai sepasang tungkainya. Tubuh Santosa terasa ringan saat lelaki paruh baya itu menggeliat, merasakan setiap anggota tubuhnya berderak dan merenggang. Samar-samar rasa sakit akibat tusukan di beberapa bagian tubuhnya berkedut mengingatkannya pada kejadian yang baru saja menimpanya.

Alih-alih mendapatkan ketenangan dari kebangkitannya, Santosa justru dihadapkan pada mimpi buruk lain. Setelah kelopak matanya terbuka sempurna, pemandangan ganjil justru terpampang di hadapan, hingga membuat lelaki paruh baya itu mengerjap selama bermenit-menit penuh tanda tanya. Segala sesuatu di sekitarnya kini terlihat bernuansa monokrom; hitam, putih, abu-abu dengan gradasi warna yang berbeda-beda. Tidak ada warna lainnya sejauh mata memandang. Pun tidak ada suara yang tertangkap pendengarannya kala itu. Santosa merasa dirinya bagaikan terjebak di dalam televisi besar yang seringkali disaksikannya di balai desa saat menonton acara layar tancap beberapa tahun lalu.

Sejauh mata memandang pula, Santosa tak menemukan satu makhluk pun selain dirinya yang tengah duduk bernaung di bawah satu-satunya pohon besar berwarna abu-abu tua yang tumbuh di tempat itu. Santosa mengerang saat merasakan luka di bahunya yang berdenyut kala ia menggeser tubuh. Rupanya kejadian mengerikan semalam bukanlah mimpi. Para ninja benar-benar menyerangnya dengan brutal. Namun, anehnya, Santosa tidak mati atau setidaknya ia pikir ia belum mati.

Asumsi-asumsi yang berkecamuk di dalam kepala Santosa lantas mendorongnya untuk menunduk dan mengamati luka-luka di sekujur tubuh yang menggelap kehitaman. Untuk pertama kali dalam hidup, Santosa berharap dapat melihat merah pekat menyembul di antara luka yang nyaris membusuk. Akan tetapi, pengharapan itu sia-sia belaka. Sisa-sisa darah yang menempel pada baju lusuhnya pun berwarna hitam pekat. Bau anyir darah yang tercium samar-samar dan bias cahaya yang membuat luka itu tampak berkilat, meyakinkan Santosa jika lukanya belum kering. Akan tetapi, mengapa segala sesuatunya terlihat hitam putih tanpa warna? Apakah matanya bermasalah Akibat serangan para ninja semalam?

Dengan jari-jemarinya yang gemetaran, Santosa meraba kelopak matanya, mencari luka atau memar yang mungkin meninggalkan jejak. Setelah tak menemukan luka, ia lantas mengedipkan mata beberapa kali, berharap agar pandangannya dapat kembali seperti semula. Namun, bagaikan mencari jarum dalam tumpukan jerami, yang lelaki itu lakukan, sekali lagi, hanyalah kesia-siaan belaka. Pemandangan di hadapannya tak juga berubah.

Santosa mulai frustrasi. Ia mencengkeram rambut pendeknya yang berantakan, kemudian menarik-nariknya serupa orang linglung. Sepasang tungkainya menendang tanah dengan kasar dan tak tentu arah.

Di tengah kepanikannya, tiba-tiba, suara rintihan lirih sayup-sayup tertangkap pendengarannya. Santosa sontak bergeming, menghentikan tingkahnya sesaat agar dapat menangkap suara lebih jelas.

Suara itu mendadak hilang. Namun, dari sudut matanya, Santosa mendapati sebuah pergerakan dari rerimbunan ilalang di salah satu sisi jalan. Punggung Santosa refleks menegak. Matanya dibelalakkan lebar-lebar agar dapat melihat lebih jelas. Santosa yakin jika bukan angin yang menyebabakan rimbun ilalang bergerak.

Tak perlu waktu lama, sosok yang dinanti segera menampakkan diri di hadapan Santosa. Sesosok makhluk mirip manusia merangkak keluar dari rapatnya ilalang dengan gerakan yang janggal dan postur yang tak lazim. Sosok itu kurus. Tulang-belulangnya mencuat di beberapa sisi tubuh, sementara rambut hitam panjang yang kusut menjadi tirai penutup wajah. Sepasang lengannya maju lebih dulu, melewati jalanan berbatu dengan kerikil tajam tanpa sedikit pun terlihat terganggu. Sepasang lututnya menggilas tanah dengan gerakan patah-patah yang kelewat ganjil seolah terdapat tulang-belulangnya yang tidak berada pada posisi normal. Sosok perempuan itu mengenakan gaun putih lusuh yang terlihat compang-camping di beberapa bagian.

After the Death (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang