Hurtle

21 0 0
                                    

Aku memasuki rumah yang nampak sepi, tidak ada seorang pun yang menyambut kedatanganku seperti biasa. Meski tidak lama kemudian Eomma keluar dari kamar dan menghampiriku yang sedang menyiapkan Samgyetang yang baru saja aku beli.

"Ternyata kau. Dimana istrimu ?" Tanya Eomma

"Dia di rumah. Eomma sudah makan ?"

Eomma menggelengkan kepala dan tersenyum tipis.

"Pantas saja Se Hyun selalu kemari."

"Eomma sungguh berterima kasih padanya. Dia sangat perhatian pada Eomma dan Hyo Rin. Geundae Ho Jun-a, Hyo Rin belum makan sejak kemarin, tolong kau bawakan makanan ini ke kamarnya." Pinta Eomma

"Araseo, tapi setelah aku menemani Eomma makan."

Aku menarik kursi di sampingku untuk Eomma duduki, setelah memastikan beliau makan hingga selesai, aku mengantarnya ke kamar agar dapat kembali beristirahat. Sejujurnya banyak hal yang masih ingin aku bahas dengannya terlebih mengenai Noona, namun kondisi fisik Eomma masih terlihat lemah dan juga aku masih harus mengantarkan makanan untuk Noona yang berada di lantai atas.

"Noona." Aku membuka pintu kamarnya yang tidak terkunci

Dia masih mengenakan setelan piyama dan melihat ke arahku dengan tatapan kosong.

Noona duduk di lantai dan bersandar di salah satu sisi tempat tidur. Aku segera duduk di sebelahnya usai menaruh makan siang di atas meja riasnya.

"Kau pasti sudah tahu apa yang ingin aku katakan." Ucapku usai duduk di sampingnya, "Makanlah !" Aku menoleh

"Aku tidak lapar." Jawabnya pelan

"Aku tidak menerima alasan apapun."

Noona tidak membalas ucapanku, dia terlihat akan terus berdiam diri jika aku tidak memaksanya makan.

"Aku suapi." Usulku

Aku hendak berdiri untuk mengambil piring makanan.

"Siapa kau ?" Ucapnya dingin

Jelas itu bukan sebuah pertanyaan untuk ku jawab, itu terdengar seperti ejekan.

"Ya ! Bae Hyo Rin !" Seruku

Aku kembali terduduk dan melupakan tindakan yang baru akan aku lakukan.

"Aku sama terkejutnya sepertimu. Kita hidup bersama selama ini. Ayah dan Ibu kita sama, dan kau selalu berperan sebagai Kakakku. Lalu dalam sehari Aku kehilangan Ayah dan Kakakku." Ucapku dengan ekspresi kesal

Noona masih terdiam tanpa menoleh.

"Ini juga berat bagiku." Sambungku

"Ini aneh." Ucap Noona seperti bergumam, "Aku ingin menangis karena Appa pergi, namun aku tidak memiliki hak untuk itu. Siapa aku ?" Noona memalingkan wajahnya

Aku menarik Noona ke dalam pelukanku.

"Aku juga ingin menenangkan Eomma atau menangis di pelukannya, namun sepertinya aku hanya akan menjadi beban. Ho Ju-a, otteokhae ?" Noona mulai menangis dengan histeris

Aku mengelus rambut Noona. Mendengarnya menangis membuat hatiku sakit.

"Kau pun bukan adikku." Ucap Noona dalam isakkannya

"Kau benar, kita orang asing. Seandainya sejak awal aku mengenalmu sebagai orang asing." Aku menyesali nasibku

"Aku harus pergi dari sini !"

BAETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang