Rejection

19 0 0
                                    

Musim gugur menjadi masa penilaian yang penting untuk pertandingan baseball sebelum memasuki masa rehat panjang di musim dingin dan sahabatku So Jin sangat suka menonton pertandingan baseball secara langsung.

"Ya ! Kau menonton pertandingan baseball semalam ?" Tanya So Jin

"Ani." Jawabku singkat

"Bagaimana dengan kalian ?" Tanya So Jin pada dua orang di depan kami

"Jangan tanya kami. Aku dan Yoon Su bermain games hingga pagi hari." Jawab Dae Han

"Aku bisa gila. Tidak ada yang bisa aku ajak bicara mengenai baseball disini !" So Jin bersandar di kursi

"Kami disini untuk belajar, bukan membicarakan pertandingan baseball." Tegur Dae Han

"Ya ! Siapa yeoja itu ?" Tiba-tiba So Jin mengalihkan fokusnya pada seseorang yang baru memasuki kelas

"Dia seorang hobae, mungkin kekasihmu mengenalnya." Jawab Yoon Su menegur So Jin

So Jin berdecak mendengar ucapan Yoon Su.

"Fokuslah." Ucapku

"Kau yang harus fokus, setiap hari selalu memeriksa ponsel. Memang siapa yang akan menghubungimu. Cepat berhenti menatap layar ponselmu !" Tegur So Jin

Aku segera tersadar dan memasukkan ponsel ke dalam saku celana.

Aku memang menjadi sering memperhatikan layar ponsel seiring dengan intensitas pertemuan yang semakin berkurang dengan Noona. Sebenarnya waktu magangnya sudah berlalu, namun kini dia sibuk menyiapkan resume untuk keperluan mencari kerja sehingga jadwalnya di kampus sering sekali mendadak berubah. Oleh karena itu, aku merasa khawatir jika saja Noona membutuhkan bantuan atau sekedar mengabariku.

•••

Memasuki malam pergantian tahun banyak perayaan yang dilakukan di penjuru kota. Keluargaku tidak terbiasa merayakan di luar rumah, saat aku berinisiatif untuk mengajak Noona merayakannya ternyata dia sudah memiliki janji dengan orang lain. Akhirnya aku pergi bersama Yoon Su dan Dae Han ke salah satu klub malam, sedangkan So Jin akan pergi bersama kekasihnya.

"Seperti biasa." Ucapku pada Yoon Su yang akan memesan minuman

Setelah meminum beberapa gelas, kami bertiga bergabung dengan kerumunan orang di tengah gemerlap lampu yang diiringi musik keras. Aku menikmati alunan musik tersebut dan sedikit berbincang dengan orang asing yang berada di sekitarku, beberapa wanita dengan pakaian yang sedikit terbuka. Menjelang pergantian tahun, musik berubah menjadi lebih ringan dan seorang MC yang berdiri di lantai atas memandu acara, disaat itu lampu menjadi lebih terang dan aku dapat melihat keberadaan teman-temanku. Lalu tidak jauh dari posisi MC berada, aku melihat wajah seorang wanita yang tidak asing. Hari ini aku melihatnya, tapi sebelumnya pakaian yang dia kenakan sangat rapih dengan make up yang natural. Aku tidak menyangka ternyata pakaian yang dia tutupi dari coat merah yang dikenakannya tadi adalah pakaian yang tidak kalah terbuka dari wanita-wanita lainnya.

"Noona." Gumamku

Pandanganku beralih pada seorang pria di sampingnya yang merangkul pinggang Noona dengan sangat erat. Keduanya tertawa dengan tanpa jarak. Aku hampir meledak ketika semua orang bersorak merayakan detik-detik awal tahun baru, tapi Noona dan pria itu justru berciuman. Mataku segera terbelalak dengan pemandangan yang sedang aku saksikan.

"Michin nom." Aku mengumpat, tentu tidak ada yang bisa mendengarnya di tengah alunan musik yang kembali keras.

Tanganku masih mengepal kuat ketika aku memutuskan keluar dari kerumunan orang dan kembali duduk, lalu mengambil minuman yang sudah aku pesan untuk kesekian kali. Aku berada di tengah keraguan. Apakah aku harus mendatangi mereka dan memukul pria itu atau mengabaikannya saja.

BAETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang