Newlywed

27 1 0
                                    

Hari ini aku dan Se Hyun kembali makan malam bersama keluarga ku. Ini adalah rutinitas kami sekali dalam sebulan dan ini merupakan permintaan Se Hyun. Setelah kami menikah dia ingin lebih dekat dengan orangtuaku, aku bisa memahaminya, karena selama ini Se Hyun tinggal jauh dari orangtuanya.

"Ho Jun-a waseo." Sapa Eomma, "Kami kira kau akan terlambat, Se Hyun juga baru datang." Ucap Eomma

Aku menyangkutkan jas di kursi makan.

"Dimana dia ?" Tanyaku

"Sepertinya masih di kamar mandi." Jawab Noona

Aku bermaksud mendatangi Se Hyun dan mengetuk pintu kamar mandi, namun tidak ada jawaban darinya. Dia tidak ada di sana dan juga tidak ada di setiap ruangan lantai bawah. Segera aku mencarinya ke lantai atas.

Dugaan ku benar, Se Hyun berada di dalam kamarku. Dia sedang berdiri menghadap lemari pakaian yang terbuka.

"Sedang apa ?" Aku menghampirinya

"Oh Ho Jun-a, Aku hanya sedang melihat-lihat pakaian lamamu."

"Setiap kali ke rumah ini pasti kau merapihkan kamar. Ini sudah sangat rapih." Aku berdiri di depan Se Hyun, mencoba untuk menutup pintu lemari.

Tiba-tiba Se Hyun memeluk dari belakang.

"Ho Jun-a, aku suka tinggal disini. Di tengah keluargamu. Apa tidak mungkin bagi kita untuk tinggal disini ? Kita bisa menempati kamar ini."

Se Hyun kembali mengulangi perkataan yang sama. Setiap kali ke rumah orangtuaku, dia selalu mendatangi kamar tidurku dan seakan-akan menyiapkan kamar itu untuk kami tempati.

"Aniya, kita bisa sesekali menginap namun tidak untuk tinggal." Aku memegang tangan Se Hyun yang masih melingkar di tubuhku

"Aku gagal lagi." Se Hyun melepaskan pelukannya

Aku membalikan tubuh untuk menatap wajah Se Hyun, kemudian aku merapihkan rambutnya yang tergerai.

"Sulit sekali memintamu untuk tinggal di sini." Keluh Se Hyun

"Ini demi kebaikan kita." Aku berusaha menyakinkan Se Hyun dengan memegang kedua bahunya

"Araseo."

Se Hyun berjalan meninggalkanku dengan ekspresi kecewa. Melihatnya berlalu begitu saja membuatku tidak nyaman, aku segera mengikuti langkah kakinya dan menutup pintu kamar sebelum dia sempat keluar.

Aku membalikkan tubuh Se Hyun untuk menghadap padaku dan mencium keningnya, aku berharap suasana hati dia menjadi lebih baik.

"Mianhae. Aku benar-benar mengusahakan yang terbaik untuk kita." Aku mengelus rambut Se Hyun

"Aku mengerti. Ayo kita turun, Eomma sudah memasak ayam goreng kesukaanmu."

Aku bisa melihat senyum Se Hyun yang dipaksakan, namun aku tidak ingin mempermasalahkannya, paling tidak kami berhasil menyelesaikan pembahasan ini lagi.

Lalu Se Hyun menuntunku keluar dan menuruni tangga.

Sebelum menuruni tangga, aku menoleh ke arah kamar Noona yang sedang tidak tertutup rapat. Aku tahu pemiliknya sedang di lantai bawah, namun aku tidak bisa memalingkan wajahku dari tempat itu.

Setibanya di apartemen, aku kembali disibukan dengan beberapa pekerjaan kantor hingga larut malam, sedangkan Se Hyun yang berada di ruang tengah melakukan video call dengan keluarganya yang berada di Swiss.

"Kalian sudah selesai ? Aku baru ingin menyapa orangtuamu." Aku duduk di samping Se Hyun

"Kau terlambat."

"Se Hyun-a, apa kau masih marah padaku ?"

"Ani." Jawabnya tanpa menatapku

Se Hyun sibuk mengutak-atik aplikasi di laptop nya. Aku menyadari sikapnya menjadi dingin sejak kami pulang dari rumah orangtuaku.

"Mianhae." Aku berusaha menangkap tatapan mata Se Hyun, "Se Hyun-a ?"

Aku masih berusaha agar Se Hyun menatapku, namun tidak ada respon dari Se Hyun.

"Apa bagimu aku tidak cukup ? Kenapa kau masih kesepian ?" Keluhku

Aku memejamkan mata dan menyandarkan tubuh di sofa.

"Bukan begitu." Se Hyun menoleh, "Ho Jun-a, gwencanha ?" Seketika nada bicara Se Hyun terdengar panik

"Gwencanha. Wae ?" Tanyaku bingung

"Wajahmu pucat sekali. Kau demam !" Se Hyun menempelkan punggung tangannya di keningku

"Ini tidak penting." Aku menarik tangan Se Hyun, "Jadi kau masih marah atau tidak ?" Aku meminta kepastian dari wanita di hadapanku

"Kau harus minum obat." Jawab Se Hyun yang mengabaikan pertanyaanku

Se Hyun hendak beranjak dari sofa, namun aku segera menahan tubuhnya.

"Jawabanmu bisa menjadi obat."

"Baiklah aku tidak marah lagi padamu." Ekspresi Se Hyun nampak khawatir

Aku memeluk Se Hyun.

"Tapi kau masih harus minum obat."

"Peluk aku." Ucapku pelan

"Ho Jun-a, jangan sakit." Se Hyun membalas pelukanku

Aku tidak menanggapi ucapan Se Hyun, namun perkataannya membuatku tenang dan rasanya sangat nyaman mengistirahatkan tubuhku dalam pelukannya. Se Hyun terus-menerus mengelus pundak ku.

"Ho Jun-a, aku akan buatkan teh chamomile untukmu." Se Hyun melepaskan pelukannya

"Ani." Aku menahan Se Hyun dalam pelukanku

"Berhenti mendahulukan pekerjaan, tubuhmu juga butuh istirahat !" Se Hyun menarik tubuhnya dengan sedikit paksaan, "Dengarkan perkataan ku kalau kau tidak ingin aku marah. Kau harus minum chamomile untuk meredakan insomnia mu." Kedua tangan Se Hyun memegang pipiku

"Araseo."

Aku mencium bibir Se Hyun.

"Neo.. Sudahlah, tunggu disini." Keluh Se Hyun dan hendak beranjak dari sofa lagi

Aku menahan tangan Se Hyun dan kembali mencium bibirnya.

"Ho Jun-a... Jebal..." Keluh Se Hyun

Aku kembali mencium bibir Se Hyun.

"Kau sedang sakit, tapi mau masih membuatku marah ?" Se Hyun mulai tersenyum

"Araseo." Aku tersenyum

Tanpa mengatakan apapun, Se Hyun masih menatap mataku sambil tersenyum.

"Mianhae." Aku segera menggendong Se Hyun dan membawanya ke dalam kamar

"Ya ! Turunkan aku." Ucap Se Hyun karena terkejut dengan tindakanku

"Ani. Aku ingin istirahat di sampingmu malam ini." Aku berbisik di telinga Se Hyun

Jelas Se Hyun mengerti maksud perkataanku dan dia hanya melingkarkan tangannya di leherku.

BAETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang