Foolish

20 0 0
                                    

Se Hyun berjalan dengan cepat meninggalkan lantai atas, sedangkan aku masih terdiam menyaksikan kepergiannya. Se Hyun sama sekali tidak menjawab pertanyaanku, namun tatapannya sudah menjelaskan bahwa dia mendengar percakapanku dengan Noona.

Aku meninggalkan kediaman keluargaku dengan tenang, Noona dan Eomma masih berada di dalam kamarnya masing-masing ketika aku memutuskan untuk kembali ke kantor. Sepanjang perjalanan aku terus memikirkan sejauh mana Se Hyun mengetahui rahasiaku, namun aku terlalu takut untuk bertanya melalui sambungan telefon. Aku juga terus mengutuk meeting kantor yang tidak bisa aku tinggalkan demi menemui Se Hyun.

"Se Hyun ! Se Hyun !"

Setibanya di rumah aku berteriak memanggil nama Se Hyun, namun dia tidak ada di setiap ruangan, aku bergegas ke luar rumah dan mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi menuju toko kuenya.

"Apa Se Hyun di sini ?" Tanyaku pada salah seorang karyawan

"Aniyeo, Sajangnim tidak datang hari ini." Jawab karyawan tersebut

"Kau tahu dimana dia ?"

"Mollaseoyeo." Jawabnya dengan ragu

"Araseo."

Aku segera kembali menuju mobil dan mengelilingi kota Seoul tanpa tujuan yang jelas.

'Sial, bukan ini yang aku mau. Kenapa Se Hyun harus mendengarnya.'

Akhirnya aku mencoba menelefon Se Hyun, namun tentu saja dia tidak menjawab panggilan dariku, hal itu membuatku semakin frustrasi.

Aku berinisiatif untuk mendatangi rumah lama Se Hyun, setibanya di pintu gerbang, aku segera menekan sandi pintu yang baru aku ketahui usai kami menikah.

Aku memasuki rumah yang masih sangat terawat itu, aku mencoba menyalakan setiap lampu ruangan yang aku sambangi. Rasanya sedikit ragu kalau Se Hyun benar-benar mendatangi rumahnya ini, karena tidak ada sedikitpun pencahayaan meski hari sudah sangat larut.

"Se Hyun !"

Aku berlari menghampiri Se Hyun yang tergeletak di lantai kamarnya, aku segera memindahkannya ke tempat tidur, berusaha untuk menyadarkannya.

Aku terus memberikan pertolongan pertama sambil berfikir untuk membawanya ke rumah sakit jika saja dia masih tidak sadarkan diri. Beruntung tidak butuh waktu lama untuk Se Hyun sadar, meski tubuhnya masih terlihat lemah aku sudah cukup lega.

"Ho Jun." Gumam Se Hyun ketika melihatku duduk di tepi ranjang tempat dia berbaring

"Bagaimana keadaanmu ? Apa kau mau ke rumah sakit ?" Tanyaku dengan rasa khawatir

Se Hyun berusaha bangun dari posisinya, dengan sigap aku mencoba membantu namun dia segera menarik tangannya menjauh dan tatapan Se Hyun nampak berbeda padaku.

"Gwencanha ?" Tanyaku lagi

'Plak'

Aku memegang pipiku yang baru saja ditampar oleh Se Hyun, tamparannya sangat keras namun alih-alih merasa marah muncul rasa bersalah dari dalam diriku usai tindakannya.

"Neon, hoksi ?" Ucapku ragu

"Ga ! Aku tidak ingin melihatmu lagi !"

"Se Hyun-a, aku..."

Aku tidak tahu harus berkata apa, namun sepertinya tidak benar jika aku hanya mengikuti perkataannya.

"Kenapa kau lakukan ini padaku ? Jika kau bermaksud menipuku, harusnya kau tetap berpura-pura sampai akhir." Se Hyun memukul lengan kiriku tanpa henti

"Mianhae." Aku tertunduk

"Ga ! Garago !"

Se Hyun terlihat begitu kacau, nada bicaranya penuh dengan amarah, kemudian dia memegang bagian kepalanya dan mengeluh kesakitan, namun disaat aku ingin menolongnya dia menghempaskan tanganku dengan kuat. Seakan-akan masih banyak tenaga yang tersisa untuk menolak kehadiranku.

Aku semakin bingung dengan apa yang harus aku lakukan, bahkan setiap kalimat yang akan keluar dari mulutku nampaknya akan tetap salah. Akhirnya aku hanya bisa berdiam diri dan terus memperhatikan Se Hyun.

"Pergilah dan temui Kakakmu itu ! Aku benci kalian !" Seru Se Hyun memalingkan wajahnya

"Dengarkan aku dulu."

"Aku sudah mendengar semuanya. Kau menjadikan aku mainan mu. Kau sungguh keterlaluan ! Aku pikir kita pasangan yang luar biasa karena tidak pernah bertengkar, aku berusaha untuk tidak mengeluh mengenai apapun yang kau lakukan, karena aku pikir kau juga bersikap seperti itu padaku, namun ternyata kau hanya tidak tertarik dengan apapun yang aku lakukan. Kenapa aku sangat bodoh, mengagumi sikap acuh mu padaku."

"Se Hyun-a..."

Se Hyun melihat ke arahku dan dia menatapku dengan tatapan dingin, meski begitu aku bisa melihat pipinya yang dipenuhi dengan air mata yang mengering.

"Mari kita akhiri semuanya, bukankah itu yang kau mau ? Baiklah, itu hadiah terakhir yang bisa aku berikan untukmu." Ucap Se Hyun dengan suara bergetar

"Mianhae."

Tidak ada yang bisa aku katakan selain permintaan maaf.

"Aku tidak bisa meninggalkanmu seperti ini." Sambungku

"Apa maksudmu ? Apa lagi yang kau mau dariku ? Sama seperti mantan kekasihmu, kau juga bisa meninggalkanku dengan selembar kertas." Ucap Se Hyun dengan mata yang berkaca-kaca

'Kalian berbeda, ini tidak semudah itu.'

"Baiklah aku akan menunjuk pengacara untuk mengurus hal ini. Aku tidak ingin melihatmu lagi, sekarang pergilah !" Ucap Se Hyun, "Jebal..." Suara Se Hyun terdengar semakin bergetar

Aku tidak tahu bagaimana harus bersikap di hadapan Se Hyun, hatiku berat untuk pergi meninggalkannya meski kaki ku akhirnya melangkah menjauh meninggalkan Se Hyun.

Setelah kembali ke mobil aku menelfon seseorang yang aku kenal dekat dengan Se Hyun di toko, aku tidak peduli jika Se Hyun sedang ingin sendiri, menurutku harus ada seseorang yang mendampinginya, aku khawatir terjadi sesuatu lagi padanya.

Sudah tiga malam Se Hyun tidak kembali ke apartemen, aku juga tahu dia tidak mungkin kembali, kecuali untuk mengambil barang miliknya, karena aku yakin dia akan melakukan itu mengingat banyak barang yang dia perlukan untuk keperluan bisnisnya, namun aku memutuskan untuk mengganti kode pintu apartemen, sehingga Se Hyun tidak bisa diam-diam ke apartemen kami. Bagaimana pun kami harus memiliki alasan untuk bertemu lagi, meski tidak tahu kapan.
















Hallo Readers !
Gomawo sudah mau lanjut membaca cerita ini, setelah ditinggal hiatus hampir sebulan.

Happy reading !
Ditunggu kelanjutannya ya !
Well, berharap banget kalian meninggalkan jejak di part ini hehehheehee

BAETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang