Can I ?

22 0 0
                                    

Keluarga Se Hyun datang ke Korea lebih dulu sebelum aku sempat membeli tiket secara diam-diam untuk menemui mereka di Swiss.

Di hari bersalju, kami mengadakan makan malam di sebuah restoran keluarga di daerah Gangnam. Eomma juga turut bergabung pada kesempatan ini, karena Orangtuaku dan Se Hyun tidak pernah bertemu lagi sesudah hari pernikahan kami.

"Aku dan Ho Jun akan pindah ke Singapore tahun depan, tepatnya sekitar bulan September."

"Ada apa ?"

"Aku di mutasi ke sana, Eomma."

"Lalu Eomma akan sendirian di sini."

Ada kekhawatiran di balik senyum tipis yang Eomma tunjukan, namun dia mampu menutupinya dengan kalimat yang menenangkan kami.

"Sekarang aku tahu bagaimana perasaan kalian berada jauh dari Se Hyun." Ucap Eomma sambil tersenyum pada kedua Orang tua Se Hyun

"Begitulah, tapi nampaknya sejak dulu Se Hyun lebih nyaman tinggal jauh dari kami." Ibu Se Hyun tertawa

"Kami sangat berterima kasih pada menantu Ho Jun, karena dia sudah menjaga putri tunggal kami dengan baik." Ucap Ayah Se Hyun

"Tapi bagaimana pun Ibu Cha tidak akan benar-benar kesepian, karena masih ada kakaknya Ho Jun." Ucap Ibu Se Hyun yang ditujukan pada Eomma

"Ah Hyo Rin." Ucap Eomma dengan tawa yang dipaksakan, "Dia juga sudah pindah meninggalkanku."

"Oh jeongmalyeo ? Eoddieseoyeo ?"

"Pekerjaannya juga menuntutnya harus pindah ke luar kota, sekarang dia berada di Jeonju."

"Ne ?" Sahutku

Se Hyun menoleh tepat setelah mendengar reaksiku, dengan sigap aku mencoba berdeham dan mengalihkan topik pembicaraan.

Aku tahu Noona akan pergi ke sana, aku yakin dia memang akan menerima tawaran pekerjaan dari Sunbae kenalannya, hanya saja aku masih terkejut mendengar kabar terbaru mengenai dia setelah kami hilang kontak.

"Kapan dia pindah ?"

Aku kembali memastikannya pada Eomma setelah mengikutinya keluar ruangan.

"Gamjakgiya." Eomma memegang dadanya karena terkejut melihat kemunculanku yang tiba-tiba

"Eomma, kapan dia pindah ?" Tanyaku tanpa menghiraukan Eomma

"Apa yang kau lakukan sekarang, meninggalkan Se Hyun dan keluarganya di dalam hanya untuk menanyakan dia. Dia bukan lagi kakak mu, bulan lalu Hyo Rin mengajukan penggantian nama."

"Eomma jebal. Kalian tahu pasti bagaimana kami tumbuh bersama, berbagi kebahagian dan bahkan rasa sakit. Aku tidak peduli jika Eomma tidak mempercayaiku, tapi setidaknya aku harus melepasnya dengan benar. Aku harus memastikan kondisinya untuk yang terakhir kali."

"Adeul sadarlah."

"Aku sangat sadar, jadi tolong jawab aku dan beritahu aku alamatnya." Ucapku dengan rasa putus asa, "Dimana Kakakku ?"

"Araseo."

Setelah acara makan malam selesai kami berpisah di depan pintu keluar restoran. Orang tua Se Hyun menaiki mobilnya sendiri, kemudian aku dan Se Hyun membantu Eomma mendapatkan taksi di depan restoran.

"Malam ini sangat dingin." Se Hyun merapatkan jaket yang dikenakannya

"Yeobo, bagaimana kalau malam ini kita tidak pulang ke apartemen ?"

"Apa maksudmu ?" Tanya Se Hyun

"Masuklah dulu ke dalam mobil."

Aku membukakan pintu mobil untuk Se Hyun lalu berkendara dengan kecepatan lambat keluar dari wilayah restoran.

"Tiba-tiba aku ingin main skiboarding." Aku membuka pembicaraan

"Kita akan ke sana ?"

"Ne, tapi karena kau tidak bisa ikut bermain denganku jadi kita akan tetap tinggal di dalam hotel dan memandang orang-orang yang bermain skiboarding."

"Yeobo, kau memiliki janji yang belum kau tepati sampai sekarang !" Ujar Se Hyun

"Apa itu ?"

"Dulu saat kita hiking kau bilang kita akan pergi hiking lagi di tahun-tahun berikutnya." Ucap Se Hyun

"Ah itu, kenapa kau masih mengingatnya ? Mian."

"Ingatanku sangat bagus."

Aku dan Se Hyun memesan kamar hotel dengan pemandangan terbaik. Kami bisa melihat orang bermain skiboarding dari jendela kamar kami.

"Eotte ?" Aku menghampiri Se Hyun yang masih sibuk menyaksikan pemandangan di luar jendela

"Aku rindu pergi bermain lagi. Aku juga ingin pergi bermain ski, hiking atau untuk sekedar olahraga di gym."

Aku tersenyum melihat wajah kecewa Se Hyun lalu berusaha mengambil kesempatan itu untuk memeluknya. Aku memeluk Se Hyun dari belakang, mengaitkan kedua tanganku di pundaknya dan mencium puncak kepala Se Hyun.

"Kau memiliki banyak waktu untuk melakukan itu setelah anak kita lahir."

"Tetap saja masih butuh waktu untuk melakukannya."

"Jika nanti kau melakukan semua kegiatan itu, tolong ajak aku." Ucapku dengan tenang

"Tentu saja. Aku tidak ingin melakukannya sendirian lagi."

"Gomawo." Aku kembali mencium puncak kepala Se Hyun

"Apa ada lagi yang ingin kau minta dariku ?" Se Hyun membalikan tubuhnya

"Yeobo." Ucapku sambil berfikir, "Bolehkan aku pergi ke Kota Jeonju menemui Noona ?"

Se Hyun tersenyum dengan tatapan penuh arti.

"Aku hanya ingin berpamitan padanya. Sungguh, tidak ada maksud lain. Sejak kecil kami sangat dekat, dia--"

"Aku tidak ingin mendengar kisah kalian lagi. Aku benci ketika mendengar kau mengasihaninya." Se Hyun memotong ucapan ku

"Mianhae." Jawabku dengan tenang, "Aku butuh izin darimu. Hanya sekali ini saja. Ada yang ingin aku sampaikan padanya."

"Kau bisa menyampaikan itu melalui telefon."

"Ah maja." Jawaban Se Hyun menyadarkan ku akan cara lain

"Geundae, aku tahu kau sudah tidak menyimpan nomernya lagi, aku tahu kalian tidak saling menghubungi sampai saat ini, tapi bisakah aku mempercayaimu ? Jika aku mengizinkanmu, apa kau bisa kembali lagi padaku ?"

"Ikutlah bersamaku ke Kota Jeonju."

BAETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang