[ Vote & Komen ya terimakasih]
•••
"Jane, lo ngapain sih mondar-mandir gini?" tanya Mino yang mulai jengah melihat adiknya seperti orang kebingungan.
"Gue benci sama lo dan semua cowo yang ada di dunia ini!"
"Iya gue tau, terus ngapain lo mondar-mandir gini ha?"
"Kenapa harus ada laki-laki di dunia ini?!"
Spontan Mino menyandung kaki Jane agar ia berhenti.
Mereka sedang berada di ruang keluarga, orang tua mereka sedang pergi menghadiri sebuah acara.
Jaemin juga ada, tapi dia memilih diam dan hanya memperhatikan kakaknya yang terus mondar-mandir.
"Kalau gak ada cowo, lo gak akan bisa tercipta. Lagian kan nanti juga lo bakal punya suami dan suami lo PASTI cowo."
"Gue tau lo benci sama laki-laki tapi lo nggak boleh menyalahi kodrat Jane, makhluk hidup itu berpasangan. Laki-laki dan perempuan," lanjutnya.
Jaemin mengangguk, menyetujui wejangan dari Kakak pertamanya.
"Nggak, lo nggak ngerti Kak! gimana rasanya jadi gue!"
"Gue ngerti Jane, karena itu tunggu sebentar lagi."
Jane mengerutkan keningnya. "Maksud lo?"
"Setelah lulus kuliah,gue mau ambil hak asuh kalian dari Papa Mama."
Spontan Jane dan Jaemin membulatkan mata mereka.
"Gila lo?! Papa kan pengacara terkenal, mana bisa lo ngalahin Papa!"
"Iya gue tau, tapi gue udah cape ngeliat lo yang nggak dihargai sama mereka Jane! gue juga nggak mau lo semakin benci sama laki-laki karena nggak semua laki-laki kayak gitu."
"Gue juga nggak suka saat lo ngehina diri lo sendiri cuma karena terlahir sebagai perempuan! perempuan itu berharga Jane, kalian spesial."
Jane terdiam, rasa percaya kembali muncul. Tapi juga ada keraguan, rasanya terlalu menyakitkan kalau Jane harus berharap pada kata-kata Mino.
"Gu... gue, maaf." Mino bangkit dan memeluk adik perempuannya, Jaemin juga bergabung dalam pelukan mereka.
Keluarga ini baik-baik aja tanpa kalian! batin Mino.
• you never know •
"Irene, gimana? kamu udah siapin berkas pindahan kamu?"tanya Dara sambil menyiapkan makan malam suaminya.
"Ma... Mah, boleh nggak Irene kuliah di sini aja?"
Pergerakan Dara berhenti, matanya beralih menatap putri sulungnya.
"Kamu nggak denger kemarin Tante Nathalie bilang apa? Vernon yang satu tahun lebih muda dibawah kamu aja kuliah di Jepang! masa kamu di Indonesia!"
"Iya, bener kata Mama kamu. Lagian kenapa sih kamu jadi pengen kuliah di Indonesia? kayaknya dari dulu kamu nurut- nurut aja mau sekolah dimana," tambah sang Papa.
Sooya dan Jeno hanya diam, lagipula sebentar lagi mereka juga pasti akan menjadi sasaran selanjutnya.
"I... itu, Irene--- ."
"Dia punya pacar," adu Sooya.
Nilai ujian Sooya kemarin sangat kecil, dia harus melakukan ini agar tak mendengar cacian dari orang tuanya.
Irene memberikan tatapan tajam kepada Sooya, tapi Sooya hanya mengeluarkan smirknya.
Ini bukan pertama kalinya, Irene dan Jeno juga pernah melakukannya.
Hubungan mereka lebih terlihat sebagai saingan ketimbang sebuah persaudaraan.
"Apa?! kamu pacaran?! Mama kan udah bilang berkali-kali! jangan pacaran sebelum lulus! kalau nilai kamu rendah gimana?! apalagi sampai ngulang kelas?! Irene kamu itu bikin Mama pusing aja!"
"Sini nomor pacar kamu! biar Mama yang putusin!"
"Ma... Mah tapi--- ."
"Irene! kasih handphone kamu ke Mama, atau kamu mau Papa usir dari rumah ini?! jangan bikin malu keluarga!"
Dengan terpaksa Irene memberikan ponselnya. " Siapa namanya di kontak kamu?!"
"Su... Suho."
Dara mengotak-atik ponsel milik Irene, memblokir semua akun sosial media milik Suho.
Dara juga sudah mengirim pesan, mengatasnamakan Irene.
"Nih,udah Mama blokir semua, awas kalau kamu sampai macam-macam! lusa kamu pindah ke Sidney, nggak perlu tes tapi bilang ke Oma kalau kamu udah tes disana."
Irene mengangguk pasrah, tidak ada gunanya melawan Dara. Dia tidak akan menang.
~~~
Irene menarik masuk Sooya ke dalam kamarnya, lalu menyudutkannya ke tembok.
"Maksud lo apa ngadu ke Mama Papa ha?!"
Sooya mengeluarkan smirknya," kenapa? enak di gituin? itu belum seberapa Kak!"
"BELUM SEBERAPA APANYA?! GUE PUTUS GARA-GARA LO BAJINGAN!"
Oh ya, semua kamar di rumah itu di pasang kedap suara agar semua anak fokus belajar.
"Iya! emang belum seberapa! lo nggak inget?! atau lo pura-pura lupa?! gue masih berbaik hati ya, ngaduin lo ke Mama bukan langsung ke Oma!"
Sooya mendorong tubuh Irene agar menjauhinya lalu segera keluar dari kamar Irene.
Irene yang sadar pun mengikuti Sooya, menahan lengan Sooya sebelum dia masuk ke kamarnya.
"Soo, gue udah minta maaf soal kejadian itu. Gue bener- bener gatau harus apa saat itu, gue kepepet."
"Kepepet? lo pikir gue peduli?! lo yang mulai Kak, lo juga harus ngerasain apa yang gue rasain dulu!"
BRAK
"ARGHHH!"
Tenang Soo, tenang. Jangan Lo inget lagi.
Sooya mengambil beberapa pil obat di tas sekolahnya. Lalu meminum obat-obat itu tanpa mengkhawatirkan dosis.
• you never know •
--------------------------------
Alur dan tokoh cerita ini hanya fiktif belakang, tolong jangan di bawa bawa ke dunia nyata apa lagi sampai menghina/ membenci cast (idol) di dunia nyata.
vote dan komennya kakak!
TBC❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
You Never Know [ COMPLETED ]
Teen FictionIni hanya tentang empat kehidupan yang menginginkan kebahagiaan, entah benar-benar kebahagiaan atau dengan kematian. ---------------------------- Semua hanya fiktif belakang, jangan di bawa ke dunia nyata. Semua sifat karakter hanyalah khayalan Riri...