[ Vote & Komen ya terimakasih]
•••
Perkataan Papanya tak main-main, dia benar-benar mengangkut mobil Rosie dari parkiran apartemennya. Entah dengan apa, yang pasti ketika Rosie turun mobilnya sudah tak berada ditempat yang seharusnya.
Jeffrey juga begitu, dia melaksanakan janjinya dengan memaksa Rosie untuk berangkat bersamanya. Beruntung saat mereka sampai tak ada seorangpun di parkiran.
Saat ini,Rosie juga sedang berada di dalam mobil Jeffrey, pria itu memaksanya untuk pulang bersama.
Mau tak mau Rosie harus ikut, lagipula sepenglihatannya tadi Sooya pulang jalan kaki dengan Yuta sedangkan Jane naik motor bersama Nathan.
Lalice juga sedang tak masuk jadi memang dia tak punya pilihan lagi.
"Mau beli makan dulu?"
Rosie menggeleng. "Gue bisa pesen sendiri."
Pria itu mendengkus, seingatnya Rosie tak pernah melewatkan sesuatu yang berkaitan dengan makanan.
"Lo harus makan, kalo lo lemah kayak gini gimana bisa menghadapi bokap lo?"
"Nasi goreng seafood jumbo, ayam teriyaki sama capcay seafood."
Jeffrey mengangguk lalu membelokkan setirnya ke arah lain.
Rosie tak pernah melupakan makanan, kalaupun iya itu adalah saat dimana tak ada satupun orang yang bisa menahannya lagi.
Makanan adalah tempat dimana Rosie menyalurkan segala jenis emosinya, dari marah,sedih, kecewa, bahagia sampai berduka.
Ketika dia sampai tak peduli lagi dengan makanan, itulah saat dimana titik kesabaran Rosie sudah habis.
Sudah sebelas tahun berlalu tapi Rosie masih berada di level kesabaran yang cukup tinggi. Meski, saat ini levelnya sudah cukup menurun.
Tapi setidaknya gadis itu masih mengingat makanan, buktinya saat ini Rosie sedang mengacak-acak isi tasnya. Mencari sebuah permen berbentuk lollipop.
"Ah, ketemu!"
Jeffrey menggeleng kecil melihat tingkah Rosie, baru saja gadis itu terlihat murung seolah melupakan makanan tapi kini dia seperti anak kecil yang kegirangan karena permennya berhasil ditemukan.
"Lo mau? nggak kan? gue makan ya!"
Jeffrey terkekeh, melihat Rosie membuatnya sangat gemas dan ingin mencubit pipi gadis itu.
Tapi tidak bisa, mereka harus berhenti karena lampu merah.
Tok tok
Rosie menoleh ke jendela mobil, ada seorang gadis kecil yang sepertinya ingin menawarkan sesuatu.
Rosie pun berhenti membuka bungkus permennya dan menurunkan kaca jendela mobil.
"Kak aku jualan bunga, mau beli nggak Kak? aku butuh uang untuk adikku berobat."
Mata anak itu berkaca-kaca, membuat Rosie merasa iba.
"Adik kamu sakit apa? orang tua kalian kemana?"
"Papa sama Mama udah punya keluarga masing-masing, kami tinggal sama nenek tapi tahun lalu nenek udah meninggal jadi kami tinggal berdua."
Hati Rosie seperti tertancap besi panas, bagaimana orang tua mereka bisa meninggalkan anak sekecil ini.
"Dek, sini bunganya. Kakak beli semua," ujar Jeffrey pada gadis kecil itu.
"Serius Kak?!"
"Iya, jadi berapa?"
"Em... empat ratus ribu," ujarnya sambil menundukkan kepala.
Itu terlalu mahal untuk beberapa tangkai bunga yang dijual ditengah jalan seperti ini, tapi Rosie dan Jeffrey paham. Gadis kecil itu sedang membutuhkan uang jadi Jeffrey tetap memberikannya.
"I... ini Kak." Rossie mengambil bunga gadis kecil itu dan meletakkannya di kursi belakang, sedangkan Jeffrey memberikan uangnya kepada si gadis penjual bunga.
Gadis kecil itu menatap uang pemberian Jeffrey, dia belum beranjak tapi Rosie sudah menaikkan kaca jendelanya karena dia pikir sebentar lagi lampu jalanan akan berubah.
Tapi sebelum itu terjadi, gadis kecil penjual bunga itu kembali mengetuk kaca jendela ditempat Rosie. Dan tentu saja Rosie membukanya.
Gadis kecil itu menyodorkan kembali uang Jeffrey, anak itu berbicara dengan nada seperti ingin menangis.
"Ka... kata Nenek, Cantika nggak boleh jadi anak pembohong na... nanti tuhan marah hiks."
Cantika, gadis itu mengembalikan tiga lembar uang milik Jeffrey dan menyimpan sisanya.
Rosie tentu saja tercengang, betapa jujurnya gadis kecil ini. Jika dia, mungkin Rosie sudah mengambil semua uang itu untuk pengobatan adiknya.
"Kata Nenek, Cantika nggak boleh makan uang haram nanti sakit perut hiks."
"Kata Nenek, hiks nggak papa miskin, dihina, asal hati Cantika kaya."
"Ka... kata Nenek, roda itu berputar. Cantika yakin apapun yang udah terjadi, yang sedang terjadi ataupun yang belum terjadi, itu semua udah di atur. Cantika nggak bisa milih mau lahir di keluarga kayak gimana, Cantika yakin suatu saat Papa sama Mama akan pulang jemput Cantika sama Louis hiks."
Rosie menangis, sama seperti gadis kecil di hadapannya. Kehidupan mereka mirip tapi Rosie lebih beruntung, tidak dia jauh lebih beruntung.
Cantika, Rosie bisa menebak umurnya sekitar sebelas tahun. Tapi diusia sekecil itu, Cantika sudah bisa berpikir dengan sangat dewasa. Rosie merasa malu karena sering berpikir untuk mengakhiri hidupnya.
Jeffrey tidak mengambil uang yang dikembalikan Cantika, pria itu justru kembali membuka dompetnya. Mengambil enam lembar uang berwarna merah dan memberikannya kepada Cantika.
"Simpen aja, kan kotaknya juga Kakak bawa. Anggep aja harga bunganya seratus, harga kotak itu sisanya. Kamu bikin sendiri kan?" Cantika mengangguk sambil menghapus jejak air matanya.
"Ta... tapi, itu cuma kardus biasa."
Jeffrey tersenyum, " kardusnya emang biasa, tapi tangan kecil kamu yang luar biasa. Dengan tangan itu kamu berhasil merawat diri kamu sendiri dan adik kamu dengan sangat baik. Orang tua kalian akan menyesal karena udah meninggalkan dua malaikat kecil untuk tumbuh sendirian."
Cantika menangis, gadis itu sangat berterimakasih pada Jeffrey dan Rosie.
"Cantika janji, suatu saat Cantika akan jadi orang yang hebat hiks!"
Tepat saat itu warna lampu lalu lintas turun, berganti dengan warna kuning. Dengan segera Rosie memberikan satu-satunya camilan yang ia punya.
"Cantika ini buat Louis! belajar yang rajin ya!" Cantika yang tadinya sudah beranjak untuk pergi ke tepi jalan, menghentikan langkahnya dan mengambil lollipop pemberian Rosie.
"MAKASIH DUA KAKAK MALAIKAT! SEMOGA KALIAN BERJODOH YA!"teriaknya sambil berlari ke tepi jalan.
• you never know •
--------------------------------
Alur dan tokoh cerita ini hanya fiktif belakang, tolong jangan di bawa bawa ke dunia nyata apa lagi sampai menghina/ membenci cast (idol) di dunia nyata.
vote dan komennya kakak!
Tbc❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
You Never Know [ COMPLETED ]
Fiksi RemajaIni hanya tentang empat kehidupan yang menginginkan kebahagiaan, entah benar-benar kebahagiaan atau dengan kematian. ---------------------------- Semua hanya fiktif belakang, jangan di bawa ke dunia nyata. Semua sifat karakter hanyalah khayalan Riri...