mensonges

761 98 1
                                    

[ Vote & Komen ya terimakasih]
•••

Brak

Nafas Jeffrey menggebu-gebu saat tahu bahwa Rosie menghilang sejak istirahat.

Sampai akhirnya dia berhasil menemukan Rosie di toilet berkat suara tangisan Rosie yang sampai ke telinga Jeffrey.

Tadi, Sooya, Jane, Lalice, Yuta, Nathan, dan Niel mencari gadis itu tanpa memberitahu Jeffrey tapi karena tak kunjung ditemukan akhirnya mereka menelpon Jeffrey yang sudah berada di apartemen.

Jeffrey yang baru saja berganti pakaian langsung mengangkat teleponnya dan berbohong jika Rosie sudah pulang bersamanya, hanya saja tas gadis itu tertinggal.

Jane dan Niel awalnya tidak percaya sampai Jeffrey mengatakan bahwa dia tidak peduli mau mereka percaya atau tidak.

Setelah mematikan telepon, Jeffrey bergegas kembali ke sekolah untuk mencari gadis itu. Jeffrey tahu jelas kenapa Rosie bisa sampai menghilang dan benar saja, Jeffrey menemukan Rosie di toilet yang masih berusaha melukai tubuhnya sendiri.

Jeffrey mendekati gadis itu, menyamakan tingginya dengan Rosie yang sedang duduk.

"Kenapa?" tanyanya lembut.

"Kalian bohong."

Jeffrey mengerutkan keningnya. "Ke dokter ya?"

Rosie menggeleng lemah. "Kalian bohong... kalian sama aja kayak Papa Mama hiks."

"Maaf."

"Untuk apa?"

Jeffrey nampak berpikir, sebenarnya dia tak tahu 'kalian' siapa yang Rosie maksud.

"Kalo aku ada salah," jawabnya lembut.

"Hiks kalian semua pembohong," lirih Rosie sembari mendorong pelan tubuh Jeffrey.

Tidak menyerah, Jeffrey dengan sigap menggendong Rosie ala bridal style. Meski mendapat sedikit penolakan tapi akhirnya Jeffrey berhasil membawa Rosie sampai ke dalam mobil.

"Kita ke dokter."

~~~

"Dia nggak mau bicara sama sekali padahal sudah saya pancing, tapi sekarang dia udah lumayan tenang," jelas seorang psikolog.

"Apa Rosie harus punya jadwal konsul tetap Dok?" Dokter itu mengangguk.

"Iya, tapi yang paling dia butuhkan supaya bisa survive itu dukungan dari orang-orang terdekatnya. Saya liat dia punya kepribadian yang ceria, dia cuma perlu seseorang yang bisa diajak bicara."

"Dokter?"

"Nggak semua pasien itu terbuka, saya akan coba pelan-pelan tapi kamu juga harus coba bicara sama dia. Mungkin dia akan lebih terbuka kalo sama kamu."

Jeffrey mengangguk kecil. "Makasih Dok."

Jeffrey beralih ke Rosie, gadis itu hanya merenung tapi kini tatapannya sudah tak lagi kosong.

"Ayo pulang?" ajaknya.

"Maaf."

Jeffrey tersenyum. "Nggak apa-apa,gue ngerti."

Nggak, lo nggak ngerti Jef, batin Rosie.

Jeffrey pun memapah Rosie sampai ke dalam mobil. "Mau mampir buat beli makan?"

You Never Know [ COMPLETED ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang