[ Vote & komen ya terima kasih]
•••
Matanya terpejam menikmati angin malam di balkon apartemennya, Rosie duduk tanpa memperdulikan gedoran pintu yang sedang ia dengar.
"Bokap lo di luar."
Rosie meringis, " tau kok, biarin aja."
Matanya tetap terpejam, dia tahu kalau pria yang mengajaknya bicara berasal dari balkon apartemen sebelah.
Tanpa Rosie sadari, pria itu mengeluarkan smirknya.
"Lo denger? bokap lo udah kayak orang kesetanan, gak kasihan?"
"Lo tau Jef, lo tau perihal masalah keluarga gue."
Pria itu tersentak. "Yang gue tau cuma nyokap lo yang ternyata masih hidup, gue gak sekepo itu."
"Bukannya itu menggambarkan semuanya? muak banget gak sih mereka?"
"Iya mereka emang orang yang memuakkan," tukasnya.
"Lo, keluarga lo gimana?"
Jeffrey tersenyum. "Nggak serumit lo, tapi patut dijauhi anak-anak."
"Iya-ya? kalo nggak, ngapain juga lo beli apartemen di sini. Hidup emang lucu, kadang kita yang merasa punya segalanya malah jadi terasa nggak punya apa-apa."
"Bukan terasa tapi kita emang udah nggak punya apa-apa, yang salah para orang tua tapi yang menanggung justru kita para anak, gak adil ya?"
Rosie membuka matanya, pandangannya beralih menatap Jeffrey, "iya, lo bener. Mereka yang salah tapi kita yang selalu kena imbasnya."
Jeffrey tersenyum, entah apa arti senyumannya yang pasti dia merasa puas.
"Mungkin mobil gue akan diderek sama Papa."
Rosie bisa mendengar ancaman Papanya dari luar tapi tetap enggan membukakan pintu.
Dan kini sudah hening, Papanya pasti merasa lelah.
"Bareng gue, besok dan seterusnya."
"Kenapa lo baik sama gue?"
"Lo tau rasanya baik ke orang yang kita suka?"
Pipi Rosie memerah, nggak, mana mungkin dia suka sama gue? pikir Rosie.
"Jam setengah tujuh udah siap."
Jeffrey bangkit dan bersiap untuk masuk. "Udah larut, mending lo masuk juga."
Rosie yang salah tingkah lantas mengikuti perintah Jeffrey.
Rosie, gadis itu menyimpan perasaan nyaman pada pria tadi. Pelukan Jeffrey tempo lalu membuatnya sadar, kehangatan bukan hanya berasal dari keharmonisan sebuah keluarga. Orang yang semula asing juga bisa memberikan kehangatan untuk Rosie.
Kehangatan yang berbeda, jantung Rosie bekerja diluar kendalinya.
Rosie menyandarkan tubuhnya di pintu kamar. "Nggak Chi, nggak mungkin dia suka sama anak broken home kayak lo!"
Pikiran itu datang lagi, insecure berlebihan memenuhi kepala Rosie. Membuatnya melakukan self-harm karena rasa insecure nya itu.
Over thinking, insecure, hal itu yang menjadi penyebab Rosie melakukan self-harm.
Dia butuh seseorang yang membatunya survive, agar tak jatuh terlalu dalam.
Tapi jangan sampai ia memilih orang yang salah, bisa jadi orang itu hanya akan memanfaatkan kelemahan Rosie sebagai senjatanya.
Perut Rosie sudah dipenuhi luka sayatan hasil karyanya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Never Know [ COMPLETED ]
Teen FictionIni hanya tentang empat kehidupan yang menginginkan kebahagiaan, entah benar-benar kebahagiaan atau dengan kematian. ---------------------------- Semua hanya fiktif belakang, jangan di bawa ke dunia nyata. Semua sifat karakter hanyalah khayalan Riri...