Hari sudah gelap, Lalice sedang dalam kondisi yang tidak baik.
Kekuatan yang selama ini dia bangun, kini musnah.
Lalice harus menerima kenyataan pahit tentang asal-usul keberadaannya.
Dia anak haram. Lalice anak dari perselingkuhan Ayahnya, itulah alasan kenapa sang Ibu sangat membenci dirinya.
Lalice absen, dia melupakan pekerjaannya. Rasanya egois jika dia tetap masuk kerja.
"Kamu itu cuma anak haram! gak usah berharap kasih sayang dari saya!"
"Dasar anak gak tau diri! bisa-bisanya kamu nyembunyiin uang sebanyak ini!"
Lalice memijat pelipisnya, semua uang miliknya telah diambil. Dia juga tak berani untuk pulang.
Luka memar ditubuhnya, juga membuat Lalice takut untuk berkeliaran disisi jalan.
Janexnathan🤝
Jane
| Chi, mau gelud?Ochi
|Gamau, Jane galak🙃Sooya
| Ayo gelud, aku suka keributan.You
Boleh nginep ditempat kalian|
ga?Ochi
|Boleh kok, tapi lo kenapa
Lice?Jane
| Otw, lo dimana? gue jemput.You
Taman deket rumah|Sooya
| Gue skip.Lalice menghela nafas, dia tahu jika Sooya masih marah padanya.
Dia ingin minta maaf, tapi masalahnya dia sedang dalam mood yang kurang baik.
Lalice menunggu, hingga akhirnya Jane datang dengan mobilnya.
Itu mobil lama milik Mino, sudah tak dipakai jadi Jane mengajukan diri untuk merawatnya.
Mereka dalam perjalanan menuju apartemen milik Rosie. "Kenapa lagi?"
Lalice menatap kosong kearah jalan. "Gue bukan anak Mama, gue anak haram dari Papa sama wanita jalang."
Jane tersenyum tapi tetap menghadap depan. "Bukan nyokap kandung lo yang jalang, bokap lo yang bajingan."
Anggap lah Lalice benar, tapi Jane sangat tak menyukai kata-kata Lalice barusan.
"Gak ada yang mengharapkan gue lahir Jane hiks," lirihnya.
"Diantara kita berempat, cuma Sooya satu-satunya orang yang masih diharapkan sama orang tuanya Lice."
"Lo gak sendiri, masih ada yang nasibnya lebih buruk dari kita," lanjutnya.
"Gue sakit Jane." Lalice menangis sejadi-jadinya, Jane mengusap kepala Lalice.
~~~~
Mereka sudah berkumpul di apartemen Rosie. Sekeras apapun Sooya, dia masih peduli pada ketiga sahabatnya.
Sooya bahkan sudah sampai lebih dulu, daripada Jane dan Lalice.
"Huaa Sooya, gue kira lo masih marah!" Lalice langsung memeluk Sooya.
"Emang, tapi... ya udahlah."
Ya udahlah, toh ngapain juga marah cuma karena nilai, pikir Sooya.
Mereka berempat akhirnya saling mengobrol, menghilangkan ketegangan yang semula ada kini menjadi canda tawa bersama.
Hingga pagi tiba, mereka memilih untuk bolos satu hari. Lagipula tak ada yang mencari mereka.
Sooya awalnya menolak tapi akhirnya dia ikut juga.
Kini mereka hanya bersantai dengan kegiatannya masing-masing. Sampai Rosie mengutarakan ide yang sudah ia pikirkan sejak tadi.
"Gimana kalo kita tinggal bareng aja?"
Lalice agak ragu tapi dia pikir itu bukan rencana buruk, lagipula dia juga masih takut untuk pulang.
"Boleh."
"Gue enggak deh, kayaknya abis ini juga gue diomelin sama Mama."
Jane mengangguk, menyetujui ucapan Sooya.
"Ya udah Lalice aja!"
"Btw gue laper, beli sarapan kek."
"Lah kan ini apartemen lo, kok jadi nyuruh kita," tukas Sooya.
"Iya-iya! gue yang beli, pada mau sarapan apa? go food aja lah biar gampang."
"Nasi uduk."
Rosie, Jane, dan Lalice langsung menatap Sooya.
"Cie, inget Atuy ya?" goda Lalice mengingat Sooya yang sedang dekat dengan Yuta.
"Apa sih! orang lagi pengen nasi uduk juga!"
KAMU SEDANG MEMBACA
You Never Know [ COMPLETED ]
Teen FictionIni hanya tentang empat kehidupan yang menginginkan kebahagiaan, entah benar-benar kebahagiaan atau dengan kematian. ---------------------------- Semua hanya fiktif belakang, jangan di bawa ke dunia nyata. Semua sifat karakter hanyalah khayalan Riri...