6 • EQUANIMITY

542 96 5
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

.

       Bagi Jimin, memperhatikan Raisya yang sedang makan adalah satu kepuasan. Ia bisa melihat Raisya makan dengan baik saat ini. Memakan sup krim jagung hangat ke dalam mulutnya sambil sesekali menolehkan kepala ke kanan dan kiri.

       Jimin memesan menu makanan yang sama dengan si gadis dengan satu cangkir teh hangat.

       Raisya sendiri sebenarnya tahu jika Jimin terus memperhatikan dirinya, tapi seolah mulutnya hanya sibuk makan, ia bahkan tidak mengeluarkan sepatah katapun kendati mulutnya gatal ingin berbicara.

       Suasana hening. Sangat hening kendati rumah makan sederhana ini cukup ramai.

       Raisya masih ingat percakapan dirinya dan Jimin beberapa Minggu lalu di cafe Jiwo yang berujung dirinya pergi menembus hujan yang dingin. Meminta Jimin agar tetap di tempatnya dan tidak mengikutinya.

       Selama itu pula, yang ia lihat Seulgi semakin mencoba mendekati Jimin. Membawakan makan siang untuk pria itu, dan datang hampir setiap hari ke kantor untuk menemui Jimin.

       Raisya cemburu tentu saja, dia masih mencintai Jimin. Hanya saja egonya masih kuat bertahan dalam dirinya membuat Raisya seolah hanya bisa diam dan menyaksikan kehancurannya sendiri.

      "Raisya? Maafkan aku atas insiden tadi," ucap Jimin yang akhirnya membuka suara.

       Raisya menatap Jimin sesaat sebelum kembali mengalihkan pandangannya, "Tidak apa, saya mengerti," jawab Raisya.

        Jimin menghembuskan napasnya, meski Raisya berkata seperti itu, bukan tidak mungkin jika gadis itu juga kesal padanya. Kadang manusia menampilkan sesuatu yang berbeda dibanding perasaan dan pemikirannya. Berkata tidak apa-apa padahal kondisinya tidak baik-baik saja.

        Terlebih perempuan adalah makhluk yang pandai menyembunyikan perasaannya, dan Jimin mengerti jika sebenarnya Raisya tidak habis pikir dengan dirinya.

       "Omong-omong, apakah kau akan kembali menerbitkan bukumu? Ada produser yang berniat menjadikan bukumu sebagai film, tapi karena ending dan beberapa hal yang mungkin belum kau jelaskan di buku pertama itu, membuat produsernya meminta dirimu untuk melanjutkan naskahmu," ucap Jimin.

       Ya, ada beberapa produser film yang langsung menjumpai Jimin untuk mengatakan hal itu.

        "Mereka juga bilang jika kau sebenarnya tidak perlu menerbitkan bukumu lagi, kau hanya harus kembali menulis kelanjutannya agar bagian akhir menjadi kejutan, tapi semuanya kembali padamu," jelas Jimin lagi.

       Raisya jelas terdiam. Memikirkan keuntungan yang jelas akan membludak. Raisya ingin, tapi ia ragu.

       "Saya akan memikirkannya," jawab Raisya.

EQUANIMITY S2 ✴ PJM ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang