Tidak ada kebahagiaan yang abadi dan kekal. Semuanya bersifat sementara. Iya, semua hal yang kau rasakan itu hanya perasaan sesaat yang tidak lama lagi akan tersapu ombak perasaan yang lain.
Hatimu terus diberi guyuran ombak rasa yang satu-persatu mulai hadir. Memporak-porandakan dirimu karena perubahan suasana. Rasanya ingin menangis saja. Tapi sadar jika menangis jelas bukan hal yang bagus untuk dilakukan sekarang.
Park Jimin, pria itu tengah berada di atasnya. Dengan tubuh yang terselimuti oleh keringat yang membasahi tubuhnya. Sexy sekali. Tapi Raisya juga tidak terlalu banyak mampu menikmati wajah Jimin di atasnya.
Jika Jimin sibuk, maka dirinya juga sibuk. Sibuk sekali sampai ia merasa jika dirinya tidak menikmati hal ini. Padahal pasangan baru menikah lainnya tengah menanti dan menikmati. Tapi Raisya hanya merasakan rasa sakit yang teramat. Seperti dirobek.
"Kau ingin aku berhenti?"
Pertanyaan itu jelas membuat Raisya yang semula menutup maniknya rapat kini terbuka kembali. Suara Jimin terdengar sangat berat. Jika ia meminta Jimin mengakhiri ini, tidak akan ada yang diuntungkan. Jimin tidak mendapatkan kepuasannya dan ia juga tidak mendapatkan apa yang ia ingin rasakan selain rasa sakit.
Raisya menatap Jimin. Dua tangannya berpergangan erat pada pundak Jimin. Pipinya merona saat melihat bekas tanda keunguan di leher dan dada pria itu. Cantik sekali. Hasil mahakarya dirinya yang juga Jimin ciptakan di tubuhnya. Impas.
"Ini sakit. Sakit sekali. Jika kau melepasnya, kita hanya akan sama-sama tidak puas. Kau bilang jika dirimu akan memberikan aku perasaan yang aku inginkan, cobalah untuk melakukannya."
Keputusan berat. Tapi Raisya tidak ingin menyesal karena tidak melakukannya. Toh ini sudah kepalang tanggung. Raisya tidak ingin Jimin melepaskannya begitu saja.
Jimin semakin merapatkan tubuhnya. Merapatkan inti tubuh mereka sampai Raisya merasa penuh dan sesak. Rasa sakit itu masih menjalar. Mencoba terbiasa karena selanjutnya ia akan sering melakukan hal ini bersama Jimin.
Pria itu mengecupi kedua kelopak manik Raisya yang menutup dan mencium bibir wanitanya. Wanitanya ya? Ingin sekali Jimin terus mendengar dan mengulang kalimat itu. Raisya sudah menjadi wanitanya. Iya, wanita milik Park Jimin.
Jimin mulai menggerakkan pinggulnya. Perlahan agar Raisya bisa terbiasa dengan hal ini. Wanitanya itu pasti kesakitan. Ia tahu dirinya telah mengambil hal yang selama ini wanitanya jaga. Bahkan inti tubuhnya seperti diremas erat. Di cengkeram kuat oleh inti tubuh wanitanya.
Jimin sibuk mengerang dan Raisya sibuk menetralisir rasa sakit yang mendera tubuhnya. Tidak lama, karena pada saat Jimin mempercepat temponya, rasa sakit itu mulai tergantikan. Ada sesuatu yang membuat Raisya merasa hal yang berbeda. Tidak seperti makanan, tapi Raisya rasa ini dapat dikategorikan sebagai rasa nikmat. Ia menikmatinya.
Tidak banyak mendesah. Ia malu, jadi menggigit bibir adalah pilihannya. Mendengar Jimin menggeram membuat ia dilanda rasa yang luar biasa. Park Jimin menggeram seperti kucing di atas tubuhnya dengan dua tangan yang menumpu di sisi kanan dan kiri tubuhnya. Ini hebat, rasanya juga hebat. Jimin berhasil memberikannya perasaan itu. Sampai akhirnya keduanya terengah dan Jimin berhenti bergerak. Menggulingkan tubuhnya ke samping dengan dadanya yang naik turun.
Menatap istrinya yang berkeringat dengan bagian tubuh atas yang terekspos sedang bagian bawa mereka tertutup selimut.
Jimin memeluk istrinya dari samping. Meletakkan wajahnya di bagian ceruk leher istrinya dengan tangan kanan yang merengkuh bagian pinggang sang istri yang tidak mengenakan pakaian.
"Kau tahu? Tadi hebat sekali."
BbbbRaisya masih bergemuruh. Dadanya naik turun, dan sedikit geli karena Jimin memeluk tubuhnya yang polos tanpa pakaian kecuali selimut yang sama sekali tidak membatasi. Meremang karena Jimin kini bernapas tepat di ceruk lehernya.
KAMU SEDANG MEMBACA
EQUANIMITY S2 ✴ PJM ✓
Fanfiction[C O M P L E T E D] Sixth story' by : Jim_Noona Setelah semuanya terungkap, Raisya menghukum pria itu dengan hubungannya yang tidak jelas. Raisya tidak pergi dan juga tidak kembali. Raisya membiarkan Jimin tersiksa karena ia merasa jika itu adalah h...