16 • LOVE, LOYALTY AND HONESTY

457 88 10
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

.

          Si gadis mengerjapkan maniknya. Menetralisir cahaya matahari yang merongrong, membentur kelopak maniknya siang ini.

          Raisya menatap langit-langit kamar apartemennya. Hanya ada warna putih yang menyapa maniknya saat ini.

          Si gadis menghembuskan napasnya. Menolehkan kepalanya ke samping dan menemukan sosok pria yang kini tertidur di sofa sambil terduduk dan memangku laptop yang sepertinya masih menyala. Terlihat sedikit cahaya yang menyembur ke wajah si pria.

          Raisya tersenyum. Bangkit dari posisinya dan melangkah mendekati si pria yang sama sekali tidak terusik dari tidurnya.

            Raisya mengambil laptop yang ada di pangkuannya lantas meletakkannya di atas meja. Membiarkan laptop itu menyala begitu saja sementara dirinya kini mencoba menyusun bantal agar nyaman sebelum berusaha agar membuat pria itu tidur berbaring di sofa yang sebenarnya tidak cukup nyaman jika digunakan untuk berbaring.

           Jika dipandangi, wajah Jimin itu sangat imut. Pipinya cukup chubby tapi rahangnya sangat tajam. Seolah kau akan terluka jika menyeret telunjukmu di atasnya.

          Raisya tersenyum. Menyibak surai blonde Jimin sebelum akhirnya menarik diri agar menjauh dari si pria.

          Namun kini gerakannya terhenti karena agaknya Park Jimin itu mencekal lengannya.

           Raisya tersenyum. Tidak mau banyak drama karena hidupnya sudah penuh dengan drama, Raisya kini terduduk di hadapan Jimin yang masih menyampingkan tubuh ke arahnya.

           Maniknya sudah terbuka, tapi masih terlihat sangat mengantuk.

          "Tidurlah lagi, kenapa malah bangun?" Tanya Raisya yang kini mengusap surai lembut Jimin.

          "Kau sudah bangun, untuk apa aku tidur?" Ucap Jimin serak. Suara dan jiwanya masih belum terkumpul sepenuhnya. Jimin masih mencoba mengambil alih kendali dirinya sendiri.

           "Kau harus tidur Sajang-nim, aku akan membuatkan makanan untukmu, ini sudah pukul 2 siang, dan kita belum makan siang. Kau tidak lapar?"tanya Raisya.

          Jimin masih menggenggam erat pergelangan tangan si gadis, menariknya lebih dalam hingga punggung tangan Raisya ada di bawah pipi si pria. Menyangga pipinya agar tidak tumpah ruah.

           "Di sini saja," ucap Jimin sambil menggesekkan pipinya di sana.

          Raisya tersenyum. Jimin manis sekali sampai rasanya Raisya ingin menjawil gemas pipi si pria yang minta di gigit.

EQUANIMITY S2 ✴ PJM ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang