29 • DOES NOT FADE

524 94 3
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

.

       Raisya terdiam dalam beberapa waktu yang krusial. Rupanya kejadian dini hari di mana Kim Seokjin mengunjunginya? Oh? Raisya pikir itu buka waktu yang tepat untuk berkunjung juga sebenarnya.

        Raisya mendudukkan dirinya, membiarkan kedua kakinya menggantung di pinggiran ranjang sementara ia kini duduk tepat di depan Jimin, di atas brankarnya dengan tangannya yang masih menggenggam tangan Jimin erat.

        "Baiklah, aku akan menceritakan semuanya. Dari awal. Aku dan Seokjin oppa tak memiliki hubungan apapun. Dia adalah pria yang datang saat jenazah ayah di kremasikan. Dia yang meminjamkan bahunya untukku, dia yang memelukku dan berkata aku temannya saat aku tak memiliki siapapun. Jangan salah paham, dia mengatakan jika dia akan menemaniku. Dia pikir jika aku tidak boleh hidup sendirian, jadi dia berniat untuk menemaniku."

        Jimin mendengarkan apa yang Raisya katakan tanpa berniat untuk menatap gadis itu. Jimin sibuk memilah informasimasi yang Raisya berikan. Ia sibuk berpikir apakah yang Raisya katakan adalah benar atau tidak.

        "Dia memintaku untuk memberikan nomor ponselku padanya, tapi aku tak langsung memberikannya. Dia orang asing saat itu, jadi aku meminta waktu untuk berpikir. Aku meminta dirinya untuk datang menemuiku keesokan harinya di sebuah kursi di dekat area pemakaman, namun ia tak kunjung datang meski aku sudah tujuh hari menunggunya. Dia menghilang dan kupikir aku juga tak perlu memikirkannya, bukan?"

        "Mungkin kau melihat rekaman cctv, Seokjin oppa datang ke apartemenku pukul tiga pagi. Aku terkejut, orang yang berjaga di luar juga sempat meminta agar Seokjin menemuiku besok saja, tapi akhirnya aku mengizinkan karena Jung Daepyo-nim pasti takkan mengizinkan aku untuk pergi tanpanya. Aku membiarkan dia masuk. Ini salahku, harusnya aku tak membiarkan Seokjin oppa masuk. Tapi dia bilang jika ia merindukan aku, dia suda berussha mencariku, tapi tak kunjung bertemu denganku. Aku juga mengatakan jika diriku menunggunya. Aku memang menunggunya, tapi itu dulu, bukan sekarang. Aku bahkan tak berharap jika harus bertemu dengan dirinya lagi. Aku bahkan sudah hampir lupa dengan sosok itu. Aku benar-benar tidak memiliki hubungan apapun, aku berani mengorbankan diriku jika aku berbohong."

      Raisya bicara panjang lebar dan Jimin perlahan mengerti. Namun rasa mengertinya tak sebanding dengan rasa kesalnya saat melihat gadisnya di rengkuh oleh orang lain. Namun Jimin masih memiliki pemikiran apakah ia harus percaya dengan gadis di hadapannya? Bisa saja Raisya mengarang cerita karena mau bagaimanapun gadis ini adalah seorang penulis. Tidak menutup kemungkinan jika ia mengarang cerita itu supaya ia lengah bukan?

      Tapi, apakah Raisya selicik itu untuk membohonginya?

       Raisya menyentuh rahang Jimin, sedikit mengangkatnya agar pria itu mau menatapnya, memberikan satu senyuman pada prianya yang salah paham.

EQUANIMITY S2 ✴ PJM ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang