.
.
.
Raisya terdiam di apartemennya. Mengecek buku tabungan serta saldo rekening yang ia miliki. Jelas uangnya tidak cukup untuk membayar kompensasi yang tidak kecil jumlahnya.
Raisya memijat keningnya. Ada banyak biaya juga yang harus ia bayar untuk kuliahnya bulan ini. Raisya tidak tahu harus melakukan apa sekarang.
Ia tidak tahu harus bagaimana karena semuanya jadi berantakan. Hatinya, fisiknya, bahkan pemikirannya ikut kacau. Jadi, menangis adalah hal yang Raisya lakukan. Berharap agar penat yang ia rasakan mengurang meski nyatanya tidak begitu. Raisya tahu ini hanya sebuah harapan, tapi Raisya tetap menangis keras.
Menangisi hidupnya yang kembali kacau setelah sekian lama ia hidup cukup. Ia jadi memikirkan renovasi rumahnya yang pasti belum selesai. Raisya pusing sampai rasanya ingin berhenti.
Mau tidak mau, Raisya harus memutuskan pendidikannya, mencari pekerjaan adalah hal yang harus Raisya lakukan. Setidaknya ia masih sanggup menjadi pegawai dengan gelar sarjananya.
Raisya kini memikirkan semuanya sampai akhirnya ada satu pesan masuk kedalam ponselnya.
Sajang-nim
Aku ada di depan apartemenmu. Keluar sebentar, kita harus meluruskan semuanya. Aku menunggumu sampai kau keluar dari sana.Raisya meletakkan ponselnya. Mengelap air matanya lantas bangkit dari posisinya. Ia tidak mengharapkan belas kasihan dari Jimin, tapi pria itu nekat. Bisa-bisa ia tidak pergi dari sana dan menunggunya hingga besok.
Raisya mengeratkan mantel birunya dan keluar dari apartemennya. Masuk ke dalam lift yang isinya hanya ada dirinya dan menekan tombol lantai dasar.
Raisya tidak ingin berpikir macam-macam, setidaknya untuk saat ini.
Raisya kini melangkahkan kakinya keluar dari lobi apartemen dan menemukan Jimin yang mengenakan colour-block knitted cardigan dan juga kaos putih di dalamnya. Mengenakan Manhattan sneakers putih dan juga kupluk di kepalanya.
Raisya terdiam di depan pintu keluar gedung apartemennya. Menatap Jimin yang kini juga tengah menatap dirinya sendu. Raisya bisa melihat raut kesedihan itu pada wajah Jimin. Raisya tahu keputusannya untuk pergi adalah salah, tapi ia juga tidak bisa menjadi egois dan jahat untuk orang lain.
Jimin perlahan berjalan mendekat ke arah Raisya hingga ia berada tepat di depan si gadis yang kini sedikit mendongakkan kepalanya untuk menatap dirinya.
"Raisya," panggil Jimin parau.
Maniknya sudah berkaca-kaca, menatap Raisya yang hanya diam menatap dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
EQUANIMITY S2 ✴ PJM ✓
Hayran Kurgu[C O M P L E T E D] Sixth story' by : Jim_Noona Setelah semuanya terungkap, Raisya menghukum pria itu dengan hubungannya yang tidak jelas. Raisya tidak pergi dan juga tidak kembali. Raisya membiarkan Jimin tersiksa karena ia merasa jika itu adalah h...