Pagi ini, gantian Andri yang berangkat sekolah dengan menggunakan motor kesayangan miliknya. Sementara Vania di jemput oleh Azka. Itu kesempatan bagi Andra untuk membawa mobil. Bukannya orang tua mereka tak ingin membelikan mereka mobil masing-masing satu, hanya saja itu pemborosan. Andra dan Andri sudah minta dibelikan motor. Sementara Vania tidak bisa mengendarai motor.
Sesampainya di rumah Cia, Andra berpamitan pada keluarga Cia. Setelah itu, ia pergi berangkat ke sekolah bersama gadis itu dengan menggunakan mobilnya.
"Kak, Cia baru ingat. Kemarin, waktu di kantin, kok Kak Andra ada dua?"
Andra terkekeh, "itu kembaran Kakak, namanya Andri. Dan perempuan yang kemarin ngomong sama Cia, kembaran Kakak juga, namanya Vania."
"Andri, Andra, Vania," gumamnya sambil menghitung menggunakan jari. "Berarti, kembar tiga dong," lanjutnya.
"Kak," panggil Cia.
"Iya Sayang?"
"Lah, kok Kakak bilang sayang? Biasanya yang panggil Cia sayang itu cuma mama, papa, sama abang."
"Gak boleh ya?"
"Boleh kok. Cia juga sayang sama Kak Andra. Kak Andra kan sudah baik banget sama Cia, kek abang. Terus Kak Andra perhatian sama Cia, jagain Cia, mau jadi teman Cia. Terus ...."
"Terus?"
"Terus ... Gak tau, Cia lupa mau ngomong apa hehe ..." ucap Cia dengan tatapan polosnya. Andra hanya tersenyum melihat tingkah gadis mungil itu.
Sesampainya di sekolah, tatapan orang-orang masih sama. Ada yang mendukung kedekatan Andra dengan Cia, ada juga yang tidak suka karena stok most wanted di sekolah semakin berkurang. Namun, Cia tidak tau sama sekali dengan orang-orang disekelilingnya ada yang mengaguminya, ada juga yang tidak suka padanya.
"Kakak ngapain ikutin Cia?" tanya gadis itu saat Andra terus mengikutinya yang ingin berjalan menuju kelasnya.
"Anterin Cia lah."
"Gak usah, Cia udah tau kelas Cia yang mana. Kalo Cia gak tau, baru deh Kakak anterin."
"Gak gitu maksudnya Sayang." Andra geram sekali melihat ocehan gadis itu. Tanpa ba-bi-bu lagi, Andra merangkul Cia dan berjalan menuju kelas gadis itu.
Sesampainya di kelas 10, Andra mengantarkan Cia hingga ke bangkunya seperti seorang ayah yang mengantarkan anaknya yang baru masuk sekolah.
"Belajar yang rajin, jangan deket-deket sama cowok, jangan keluar kelas sendirian, ngerti?"
Cia menganggukkan kepalanya, benar-benar seperti anak yang nurut pada ayahnya. "Tapi-tapi, Cia boleh temenan sama Heru?"
"Heru siapa lagi?"
"Dia itu yang sering ajakin Cia ngobrol kalo Cia lagu duduk sendiri, hampir sama kek Miko."
"Enggak. Siapapun itu, gak boleh. Kalo mau ada urusan sama cowok, jangan berduaan doang." Andra posesif? Tidak. Ia tau jika gadis dihadapannya ini begitu amat sangat polos. Takutnya gadis itu termakan gombalan dan rayuan laki-laki komodo. Apalagi Cia yang gampang sekali nurut.
"Oke," ucap Cia sambil tersenyum manis. Sepertinya itu andalan Cia jika sudah benar-benar nurut. Ia hanya mengatakan 'Oke' dengan senyum manis yang menampakkan gigi gingsulnya.
•••
Ketika jam istirahat, Vania memutuskan untuk bertemu dengan Azka di perpustakaan. Mereka mengambil posisi duduk di bagian pojok agar tidak terdengar berisik oleh penjaga perpustakaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rivandra (Sequel Cuek? Bodo amat!!)
Short Story[TAHAP REVISI] Mempunyai dua saudara kembar laki-laki, memang cukup menyebalkan. Namun, bagaikan dikawal oleh dua bodyguard. Kembar, namun berbeda. Bagaimana jadinya, jika tiga saudara kembar yang sama menyebalkannya, dipersatukan? Akankah tetap da...