Setelah shalat isya' dan makan malam bersama, Andra dan Cia kembali ke kamar. Cia sangat senang melihat banyak kado yang diberikan. Sejak tadi, ia sibuk membahas itu. Ia begitu semangat untuk membuka kado-kado pernikahan itu.
"Mas suami sini deh," panggil Cia, menyuruh Andra untuk turun dari sofa yang ada di kamarnya. Andra pun ikut duduk di lantai dengan alas karpet bulu berwarna putih. "Cia boleh buka gak?" tanyanya pada Andra.
"Boleh Sayang, buka aja."
Cia mengambil dan membuka kado, mulai dari yang paling kecil hingga yang paling besar. Andra hanya tertawa saat melihat Cia yang heboh sendiri dengan isi kadonya.
"Mas suami, ini apa?" tanyanya sambil memperlihatkan lingerie.
"Dari siapa?"
"Dari ... Saudara kembar yang paling cantik dan manis, Vania," ucapnya sambil membaca nama yang tertulis panjang tersebut. "Emangnya ini apa? Baju ya? Kok gini. Pabriknya kalo gak ada bahan bikin baju, kenapa maksa banget sih buat bikin," gerutu Cia. Andra tertawa mendengar penuturan istrinya itu.
"Udah, simpan aja, mending lanjut buka kado yang lain," ucapnya sambil mengusap kepala Cia.
Cia pun menganggukkan kepalanya lalu membuka kado-kado yang lain. "Nah, ini baru Cia suka. Couple lagi bajunya. Ini satunya buat Mas suami kan," ucapnya.
"Iya. Masa iya kamu yang pakai."
Cia terus membuka kado-kadonya hingga selesai. "Akhirnya ... Selesai juga," ucapnya sambil merenggangkan otot-ototnya. "Kalo nikah dapat kado banyak ya. Gimana kalo besok nikah lagi?"
"Mana bisa gitu. Nikah itu, cuma sekali."
"Oh ... Gitu ya. Hehe ... Maaf, Cia gak tau."
"Ya udah gapapa."
"Jam berapa Mas suami?"
"Jam sembilan kurang seperempat."
Cie berjalan ke atas kasurnya, kemudian berbaring. Kasurnya memang benar-benar tempat ternyaman untuk melepas lelah, pikirnya.
Andra mengikuti Cia yang sudah berbaring di kasurnya. Ia ikut berbaring di samping Cia, sambil melihat langit-langit kamar. Kedua tangannya ia letakkan dibawah kepalanya.
"Sayang," panggilnya.
"Iya, kenapa?"
"Kamu ingat gak, kamu pernah minta beliin dedek bayi?" tanyanya sambil menolehkan kepalanya ke arah Cia. Cia pun ikut menoleh ke arah Andra membuat wajah mereka hanya berjarak beberapa sentimeter.
"Iya, Cia ingat. Kenapa? Mas suami mau beliin ya," jawabnya dengan sumringah.
"Enggak."
"Yah ...." Cia yang tadinya bahagia, kini berubah menjadi murung.
"Jangan ngambek," ucapnya Andra yang mengubah posisinya menjadi duduk. "Sini deh, duduk." Cia pun ikut duduk, berhadapan dengan Andra.
"Mas suami emangnya gak suka ya, sama dedek bayi? Kok Mas suami gak mau beliin."
"Kalo beli, gak asik. Mending bikin sendiri aja," ucap Andra sambil tersenyum penuh arti.
"Caranya gimana? Boleh deh, biar hemat uang."
"Mau tau caranya?" tanya Andra dan diangguki oleh Cia. Andra pun tersenyum dan menatap gadis mungil itu dengan lembut. Ya, masih gadis untuk beberapa menit kedepan.
•••
Di kediaman Andri, Felisya yang saat ini mengandung anaknya yang sudah berusia 8 bulan tiba-tiba saja menginginkan sesuatu. Aneh, padahal usia kandungannya sudah besar, tapi tiba-tiba saja Felisya ingin sekali makan mie ayam yang biasanya di jual di depan sekolahnya dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rivandra (Sequel Cuek? Bodo amat!!)
Conto[TAHAP REVISI] Mempunyai dua saudara kembar laki-laki, memang cukup menyebalkan. Namun, bagaikan dikawal oleh dua bodyguard. Kembar, namun berbeda. Bagaimana jadinya, jika tiga saudara kembar yang sama menyebalkannya, dipersatukan? Akankah tetap da...