Fakta

196 37 7
                                    

Bersyukurlah atas apa yang telah kamu miliki saat ini. Karena, mungkin saja, ada orang yang ingin merasakan berada di posisimu.

»Fathia Maharani
______________________________________________

Tepat jam 2 malam, Felisya terbangun dari tidurnya. Ia keluar dari tenda dan duduk di depan api unggun yang masih menyala. Tak lama setelah itu, ia merasakan ada seseorang yang duduk disebelahnya. Ternyata orang itu adalah Zain.

"Lagi banyak pikiran," ucap Zain dengan maksud bertanya.

Felisya diam sesaat, "gue-- gak tau kenapa, akhir-akhir ini ngerasa aneh aja."

"Aneh kenapa?"

"Gak tau."

"Kalo gitu, gue mau ngomong serius sama lo. Tapi, gue minta banget, setelah gue cerita, lo jangan marah, kesal, ataupun menjauh dari gue." Felisya melihat ke arah Zain dengan tatapan bertanya. "Gue-- sebenarnya ... Gue, sayang sama lo." Hal itu tentu saja membuat Felisya terkejut.

"Maksud lo?"

"Lo jangan salah paham dulu. Kalo lo gak percaya sama apa yang mau gue jelasin, lo bisa tanya langsung ke bokap lo." Zain berhenti sejenak. Ia harus menjelaskannya pada gadis itu. "Lo, percaya, kalo lo itu, adik kandung gue?" tanya Zain.

Felisya terdiam, antara yakin dan tidak yakin. Setelah itu ia hanya sedikit tertawa, "udah malam Zain, becanda mulu," ucapnya.

"I'm not kidding. Gue serius."

"Ya, enggak lah. Apa buktinya kalo gue adik kandung lo?"

Zain mengeluarkan sebuah kertas, lalu memberikannya pada Felisya. "Itu, hasil tes DNA lo sama nyokap."

Felisya melihatnya dengan tatapan tak percaya. "Enggak, pasti ini akal-akalan lo doang, buat ngerjain gue. Iya, 'kan?"

"Terserah lo mau bilang apa. Intinya, gue gak mungkin bohong soal pembahasan serius gini."

Felisya diam, menatap langit. Beberapa menit mereka hanya saling diam. Tidak lama setelah itu, Felisya menangis. "Beberapa tahun lalu, gue sempat dengar pembicaraan papa yang bikin gue curiga. Tapi, waktu itu gue belum cukup dewasa untuk ngerti dengan apa yang papa bilang. Tapi, gue gak mau terus-terusan curiga." Ucapannya terhenti, ia menghapus air matanya yang mengalir. Felisya berusaha untuk tetap tersenyum. "Ternyata, kecurigaan gue selama ini benar. Lo tau, alasan di balik semua ini?" tanyanya sambil melihat ke arah Zain.

"Alasannya, karena Mama lo. Dia punya riwayat penyakit jantung. Bokap lo gak mau kalo sampai nyokap lo tau, anak mereka yang sebenarnya meninggal sesudah beberapa menit dilahirkan."

"Kenapa Mama bisa gak tau?"

"Dia pingsan sesudah ngelahirin anaknya. Hari itu, bertepatan dengan hari lo lahir. So, demi keselamatan nyokap lo, bokap lo sampai bohong." Zain sedikit tertawa, "dan, karena hal itu juga, mama dan kakak gue berantem."

"Kenapa?"

"Karena kakak gue tau soal ini, dan mama gak percaya kalo lo masih hidup. Karena pihak rumah sakit bilang, kalo lo gak bisa diselamatkan. Ternyata, itu cuma rencana mulus bokap lo."

Felisya diam, ia melihat ke arah Zain, "lo, benci sama bokap gue sekarang?"

"Enggak, gak ada gunanya. Kesal iya, karena gara-gara itu, keluarga gue yang awalnya harmonis, jadi berantakan. Cuma, ya, udah terjadi, mau gimana lagi." Zain melihat ke arah Felisya. "Lo sendiri, gak marah sama bokap lo, karena udah bohongin lo?" tanyanya.

Rivandra (Sequel Cuek? Bodo amat!!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang