Mas suami

167 26 4
                                    

Setelah 2 minggu lalu lamaran Andra diterima, hari ini adalah hari pernikahan Andra dan Cia. Akhirnya Cia benar-benar menjadi miliknya. Tak ada yang boleh menganggu istri mungilnya itu. Andra pastikan orang itu akan berurusan dengannya jika berani menganggu istrinya.

Tepat beberapa jam lalu, Cia sudah sah menjadi istri Andra. Kini mereka sedang menyambut tamu undangan. Tidak begitu ramai, hanya keluarga, rekan bisnis orang tua mereka, tetangga mereka dan teman-teman mereka saja.

"Kak Andra, Cia capek," keluh Cia pada Andra karena merasa lelah. Ditambah lagi dengan gaunnya yang lebar, membuatnya menjadi gerah.

"Sabar ya, Sayang. Sebentar lagi acaranya selesai kok," ucap Andra dengan lembut. Cia pun menganggukkan kepalanya, meskipun wajahnya tampak sangat kelelahan.

"Ih, kalian jahat sama Vania. Masa Vania sendirian yang belum nikah."

"Loh, Kak Zain juga belum loh, Van," ucap Felisya menggoda Vania, sementara Zain berdiri bersama mereka.

"Apaan sih, Kakak ipar gak boleh gitu."

Felisya terkekeh melihat ekspresi sahabat sekaligus adik iparnya itu. "Oh iya, selamat ya buat kalian. Semoga jadi keluarga yang sakinah mawadah warahmah, terus cepat dikasih keturunan," ucap Felisya pada Andra dan Cia.

"Gue tunggu karya buatan lo," ucap Andri mengejek Andra.

"Gak usah gitu lo, entar kaget lihat karya gue lebih lucu dibanding karya lo." Mereka yang mengerti arah pembicaraannya pun tertawa, kecuali Cia.

"Kak Andra punya karya apa? Melukis, kerajinan tangan, atau apa?" tanya Cia.

"Karya internasional," ucap Andra.

"Oh ... Nanti Cia lihat ya, pasti bagus."

"Iya, kan Cia bantu bikin juga."

"Emang boleh?"

"Harus." Cia menganggukkan kepalanya. Sementara yang lain hanya diam karena tau Cia tak mengerti maksud dari ucapan Andra.

"Feeling gue nih, Kak Andra bakal menang banyak. Secara kan, bininya polos banget tuh, diapain aja kalo dibohongin juga bakal percaya."

"Ya gapapa, bini juga bini gue." Lagi-lagi mereka tertawa.

Namun, ada yang berbeda dari Zain. Pandangannya terfokus pada wanita cantik, putih, tinggi, mancung, bermata kebiruan yang sedang menikmati hidangan yang disediakan. Wanita itu sama seperti Felisya yang berpakaian syar'i. Ia rasa wanita itu belum mempunyai pasangan, semoga.

Setelah beberapa lama lelah menyambut tamu, akhirnya acara pun selesai. Andra dan Cia memutuskan pergi ke kamar untuk bersih-bersih lalu istirahat. Andra melihat Cia yang benar-benar kelelahan. Ia memasuki kamar Cia yang sudah dihias sedemikian rupa menjadi kamar pengantin. Ralat, kamar mereka. Karena acara dilangsungkan di rumah Cia.

"Kak, bantuin dong lepasin ini, susah tau," ucap Cia pada Andra, meminta bantuan untuk melepas peniti yang ada di jilbabnya. Semenjak setahun lalu, Andra menyuruh Cia untuk berhijab. Untungnya semakin lama gadis itu semakin terbiasa dengan hijabnya.

Setelah beberapa waktu membantu Cia, Andra memutuskan untuk membersihkan dirinya. Tubuhnya terasa benar-benar lengket saat ini.

"Kak, mau kemana?" tanya Cia.

"Mau mandi, gerah banget."

"Cia dulu, Cia juga gerah. Ini bantuin lepasin resletingnya, Cia mau mandi." Andra lupa, masa iya tidak mau mengalah dengan Cia. Karena efek kelelahan, ia lupa jika istrinya itu juga lelah. Benar kata Cia, lebih baik Cia dulu yang mandi.

Rivandra (Sequel Cuek? Bodo amat!!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang