Jadi lebih baik, tidak harus menjadi orang lain. Tetap jadi diri sendiri dan berusahalah untuk menjadi lebih baik. Karena, menjadi orang lain hanyalah sebuah kepalsuan.
»Fathia Maharani I
______________________________________________Pagi ini, sepertinya tak akan ada keributan. Andra sedang tidak ingin menjahili Vania. Baru saja kemarin sore baikan, tidak mungkin Andra membuat Vania marah lagi padanya. Bahkan, semua fasilitas mereka sudah dikembalikan oleh Arkan.
Selama perjalanan ke sekolah, mereka sibuk pada aktifitas masing-masing. Vania yang sibuk dengan grup OSIS-nya. Andra sibuk memakan roti yang belum sempat ia makan ketika sarapan, dan Andri yang fokus menyetir.
"Van, mau gak?" tanya Andra sambil menyodorkan setengah roti miliknya.
"Enggak ah, gue udah tadi."
"Ayolah, gue kenyang, Van. Tega banget lo sama gue."
"Gue juga kenyang, Kak Andra yang gentengnya melebihi Justin Bieber ...."
"Vania sayang, mau, ya?" bujuk Andra.
Vania yakin jika Andra akan terus membujuknya hingga ia mau. Sudahlah, lebih baik ia mengalah. "Ya udah, sini," putus Vania.
"Gitu dong, adik baik," ucap Andra sambil tersenyum manis. Percaya atau tidak, senyuman itu hanya ia berikan pada orang yang berarti baginya. Andra dan Andri pun termasuk laki-laki yang dingin. Dengan terpaksa, Vania menghabiskan setengah potong roti milik Andra yang sudah ia potong menjadi dua bagian.
Setelah sampai di sekolah, Vania bertemu dengan Felisya yang baru saja sampai di antar oleh sopir pribadinya.
"Sya!" panggil Vania. Felisya yang dipanggil pun menoleh ke arah Vania. Vania berjalan menghampiri Felisya, diikuti oleh Andri dan Andra.
"Lo, buru-buru ke sekolah?" tanya Felisya.
"Enggak, kenapa emang?"
"Itu, di bibir lo, ada selai," ucap Felisya sambil menunjuk ke arah sudut bibir Vania.
Belum sempat Vania mengelap sudut bibirnya, sudah di lap oleh Andri menggunakan sapu tangan miliknya. Tentu saja hal itu terlihat jelas oleh Felisya. Andaikan ia yang diperlukan seperti itu oleh Andri, pasti ia akan merasa menjadi orang paling beruntung di dunia. Namun sayang, Felisya pun tak ingin berharap terlalu tinggi. Karena ia sadar, itu hanya akan membuatnya sakit yang begitu mendalam.
"Thanks, Kak," ucap Vania pada Andri dan hanya di jawab deheman oleh Andri.
"Jam istirahat, gue tunggu lo di perpustakaan," ucap Andri yang tertuju pada Felisya. Setelah mengatakan itu, Andri pergi lebih dulu ke kelas diikuti oleh Andra.
Setelah kepergian Andri dan Andra, Felisya melihat ke arah Vania. Vania mengerti maksud dari tatapan Felisya. Namun ia juga tidak tahu mengapa Andri tiba-tiba bicara seperti itu. Vania pun hanya mengedikkan bahunya saat mendapat tatapan bertanya-tanya dari Felisya.
Mereka pun memutuskan untuk lanjut berjalan menuju kelas. Sementara di lain sisi, Andra ikut bingung dengan maksud dari ucapan Andri. Atau jangan-jangan, Andri sudah mulai suka pada Felisya dan ingin menyatakan perasaannya?
"Ada urusan apa, lo sama Felisya?" tanya Andra hati-hati agar Andri tak curiga.
"Cuma mau ngomongin sesuatu. Tenang aja, gue gak ada rasa apa-apa sama Felisya. Gue juga tau kalo lo diam-diam suka sama tuh anak, 'kan?" Andra gelagapan, ia tidak tahu harus menjawab apa. Andri hanya terkekeh melihat perubahan sikap Andra. Tidak biasanya seorang Andra menjadi gagu seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rivandra (Sequel Cuek? Bodo amat!!)
Storie brevi[TAHAP REVISI] Mempunyai dua saudara kembar laki-laki, memang cukup menyebalkan. Namun, bagaikan dikawal oleh dua bodyguard. Kembar, namun berbeda. Bagaimana jadinya, jika tiga saudara kembar yang sama menyebalkannya, dipersatukan? Akankah tetap da...