Mood booster?

153 34 1
                                    

1 bulan berlalu. Challenge yang mereka lakukan pun sudah tak berlaku. Namun, Felisya tidak mau melepas kerudungnya, ia sudah terlanjur nyaman. Bukan hanya Felisya, semuanya merasa jadi jauh lebih baik setelah ikut challenge tersebut. Hanya saja, sampai sekarang Vania masih belum mengetahui apa penyakit Azka.

Akan tetapi, orang-orang sudah mengetahui hubungan antara Felisya dan Zain. Namun soal kepastian, masih belum Andra dapatkan. Sepertinya sebentar lagi ia akan mendapatkan jawabannya. Kini Felisya mengajaknya bertemu di taman belakang sekolah.

"Kak," panggil Felisya yang merasa sedikit canggung.

"To the point aja, Dek."

Felisya menarik napasnya perlahan, "maaf, Feli gak bisa."

4 kata itu, cukup sebagai jawabannya. Andra hanya tersenyum tipis. Ia sudah menduga apa jawaban gadis itu.

"Felisya mohon, Kak Andra jangan benci sama Felisya. Felisya gak bisa karena memang Felisya pengen berubah. Felisya gak mau pacaran dulu, Kak."

"Santai aja Dek, gue ngerti. Gue juga gak mungkin benci sama lo, karena itu hak lo buat nolak. Kalo gitu, gue duluan ya." Felisya mengangguk canggung mendengar penuturan Andra. Apakah ia salah jika mengatakan yang sejujurnya? Ia tak ingin membohongi perasaannya.

Andra berjalan menyusuri koridor sekolah. Sebenarnya hatinya sedikit sakit, namun cinta tak bisa dipaksakan. Itu sudah menjadi pilihan gadis itu, ia harus menghargainya.

Di tengah lamunannya, Andra tidak sengaja menabrak seseorang. Seorang gadis dengan tubuh mungil, namun gadis itu sangat cantik. Gadis yang ditabrak tersebut pun meringis kesakitan. Andra pun mengulurkan tangannya untuk membantu gadis itu berdiri. Namun, gadis itu hanya memberikan tatapan heran.

"Sorry, sini gue bantuin," ucap Andra yang masih mengulurkan tangannya.

"Cia boleh sentuh tangan Kakak?" tanyanya.

"Ya iyalah, tangan gue bersih." Gadis itu pun menerima uluran tangan Andra.

"Makasih ya Kak," ucap gadis itu.

"Lo, anak baru?"

Gadis itu menggeleng cepat. "Enggak, udah lama."

"Berapa lama?"

"Gak tau, lupa. Intinya Cia udah berapa bulan di sini, tapi Cia lupa kapan awal Cia masuk."

"Lo, masih kelas sepuluh?" Gadis itu menganggukkan kepalanya. "Itu namanya lo masih baru," geram Andra.

"Cia udah lama, Kak. Baru itu, kalo Cia baru semingguan gitu di sini."

"Terserah." Masa bodo dengan gadis di hadapannya, Andra masih pusing atas kejadian beberapa menit lalu.

Andra memutuskan untuk pergi dari hadapan gadis itu. Namun, tiba-tiba saja ia menghentikan langkahnya saat mendengar ringisan gadis itu. Andra kembali melihat ke arah belakang. Ternyata siku gadis itu sedikit terluka. Mungkin bagi Andra itu biasa saja, namun tidak bagi gadis itu. Sepertinya itu karena tadi gadis itu menopang tubuhnya menggunakan sikunya saat ditabrak oleh Andra.

"Hiks ... Tangan Cia luka," gumamnya sedikit menangis, tanpa tau jika Andra mendengarnya.

"Dasar cengeng," ucap Andra setelah menghampiri gadis itu. Gadis itu menatap Andra dengan mata berbinar. Hal itu tentu saja membuat Andra jadi tak tega untuk mengatainya lagi. "Sakit?" tanya Andra dan diangguki oleh gadis itu.

"Mau kemana?" tanya Cia saat Andra menarik tangannya pelan.

"UKS."

"Gak! Cia gak mau, lepasin!"

Rivandra (Sequel Cuek? Bodo amat!!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang