Hari demi hari berlalu, semua berjalan dengan baik-baik saja. Tentang Chelsea, entah mengapa wanita itu tak pernah muncul lagi di hadapan Andri. Itu lebih baik bagi Andri, daripada ia harus bertemu Chelsea. Wanita itu hanya mengganggu hidupnya saja.
"Udah hampir setengah tahun, tapi gue belum dapat kabar sama sekali soal kak Azka," ucap Vania pada Felisya sambil tersenyum getir.
"Sabar ya, Van. Mungkin, mereka sekarang masih fokus untuk kesembuhan kak Azka. Jadi gak sempat ngabarin."
"Gue rindu kak Azka, Sya."
Felisya berusaha menenangkan Vania. Bahkan, sampai mereka sudah semester 2 pun Azka belum memberi Vania kabar. Vania ingin tau keadaan manusia kulkas itu. Vania ingin mendengar kabar bahwa laki-laki esnya baik-baik saja. Vania rindu perlakuan Azka yang membuatnya bahagia dengan cara Azka sendiri.
"Mm ... Kak Vania, Kak Felisya, Cia boleh gabung?" tanya Felisya yang datang sendirian ke tempat Vania dan Felisya. Saat ini mereka sedang berada di kantin. Sementara Andri dan Zain tidak ikut mereka. Namun, mereka tidak tau kemana Andra. Pasalnya, biasanya Andra selalu bersama Cia.
"Boleh kok, gabung aja," ucap Felisya.
Cia pun duduk dengan mereka, "makasih ya Kak," ucapnya. Felisya dan Vania hanya menganggukkan kepalanya sambil tersenyum sebagai jawaban.
"Lo, tumben gak sama Andra?" tanya Vania.
"Gapapa, Cia-- Cia cuma lagi pengen sendiri aja," ucapnya setelah terhenti sesaat.
"Cia, tau gak, kak Andra tuh paling gak suka sama orang yang suka bohong," ucap Vania. Vania tau sekali jika Cia sedang berbohong. Gelagat Cia sudah seperti bocah SD yang berbohong karena menyembunyikan sesuatu.
"Enggak, Cia gak suka bohong. Cia baru dua kali bohong kok. Pertama sama abang, dan yang kedua sekarang," ucapnya dengan cepat. Vania tertawa, dalam hitungan detik pun Cia langsung ketahuan jika sedang berbohong.
"Tuh kan, Cia bohong. Cia kenapa gak sama kak Andra?" Vania mengulangi pertanyaannya.
"Tadi, Cia lihat kak Andra jalan bareng cewek. Tapi, Cia gak tau itu siapa. Cia gak suka," ucapnya yang kemudian menangis. "Cia gak suka lihat kak Andra jalan sama cewek lain hiks ...." Tanpa Cia sadari, seseorang tengah berdiri di belakangnya. Langsung saja orang itu duduk di samping Cia, lalu mengarahkan wajah Cia ke arahnya dan menghapus air mata Cia. "K-kak Andra. Kok, Kakak--"
"Stt ... Nanti aja ngomongnya. Kenapa nangis? Gara-gara lihat Kakak jalan sama cewek?" tanya Andra yang tau alasan Cia menangis karena ia mendengar apa yang Cia katakan. Cia menganggukkan kepalanya mengiyakan pertanyaan Andra. Andra terkekeh, "Cia, tadi itu Kak Andra jalan di sebelah bu Nela. Kak Andra disuruh tolongin bu Nela angkatin buku," jelas Andra. Pasalnya, guru tersebut memang sedang menggunakan baju kaos dan celana training, karena ia adalah guru olahraga kelas 10. Vania dan Felisya pun ikut tertawa. Bisa-bisanya Cia cemburu dengan guru.
"Gokil sih. Lo cemburu sama bu Nela, Dek?" tanya Vania yang sudah kembali ceria.
"Cemburu itu apa?" tanya Cia. Vania lupa jika Cia masih sama seperti dulu, polosnya gak ketulungan.
"Cemburu itu, kek waktu Cia gak suka lihat Kak Andra dekat-dekat sama cewek lain."
"Jadi, itu namanya cemburu?"
"Iya Cia." Cia menganggukkan kepalanya.
Sampai saat ini pun, masih tak ada yang mau menerima Cia sebagai teman dekatnya. Paling mentok, mereka hanya memanfaatkan kepintaran Cia dalam belajar. Namun, Cia tak peduli akan hal itu. Lagian, ia sudah punya teman, meskipun tidak seusianya. Selain dengan Andra, Cia sudah sangat dekat dengan Vania, Felisya, Andri, dan Zain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rivandra (Sequel Cuek? Bodo amat!!)
Nouvelles[TAHAP REVISI] Mempunyai dua saudara kembar laki-laki, memang cukup menyebalkan. Namun, bagaikan dikawal oleh dua bodyguard. Kembar, namun berbeda. Bagaimana jadinya, jika tiga saudara kembar yang sama menyebalkannya, dipersatukan? Akankah tetap da...