Challenge

181 35 5
                                    

Apapun kenyataannya, terima saja. Semua yang telah terjadi adalah atas kehendak-Nya. Percayalah bahwa Dia akan selalu memberikan yang terbaik, meski harus melalui berbagai rintangan.

»Fathia Maharani
______________________________________________

Senin pagi, Vania sudah rapih dengan seragamnya. Namun, sepertinya ada yang salah dengan dirinya. Akan tetapi, ia tidak tahu pasti, apa itu. Vania mencoba mengingat-ingat apa yang salah dengan dirinya.

"Challenge berlaku mulai hari ini, " sindir Andri saat mereka berpapasan menuju meja makan.

"Iya, tau."

"Terus, tuh kerudung, kenapa masih disilang ke bahu?"

Vania melihat ke arah kerudungnya, "astaghfirullah, gue lupa hehe ..." ucapnya. Vania pun menjulurkan kerudungnya. "Aneh gak, kalo gue gini?" tanyanya pada Andri saat sudah merapikan kerudungnya agar menutupi dada.

"Lebih aneh kalo kek sebelumnya." Setelah mengatakan itu, Andri lanjut berjalan ke arah meja makan.

Setelah selesai sarapan, Andri, Andra, dan Vania pun berangkat ke sekolah. Aura pagi ini sepertinya lebih baik dari sebelum-sebelumnya. Rasanya hari ini lebih damai, tidak ada keributan antara mereka, terutama antara Vania dan Andra.

Sesampainya di sekolah, Vania melihat Zain yang sepertinya berbicara dengan seseorang di dalam mobil. Vania rasa Zain sedang bicara dengan Felisya. Ternyata dugaannya benar. Vania pun menghampiri Felisya dan Zain.

Vania terdiam sesaat saat melihat Felisya. Felisya begitu cantik saat mengenakan kerudung. Bahkan, ia jauh lebih cantik dari biasanya. "Sya, kok masih di sini?" tanya Vania.

"Gue malu, Van. Gue takut aja nanti jadi bahan omongan orang-orang. Terutama kakak kelas," ucapnya. Dan itu alasan mengapa Zain berdiri di samping pintu mobil. Zain terus mengajak Felisya untuk keluar, namun gadis itu tetap saja merasa malu.

"Sya ... Lo jangan suudzon, gak baik. Seriusan, deh, lo cantik banget pakai kerudung."

"Apa gue bilang. Lo gak percaya, sih," sambung Zain.

"Tapi, Van--"

"Udah ... Yuk, ke kelas," ucap Vania, lalu menarik tangan Felisya agar keluar dari dalam mobil.

Akhirnya Felisya pun nurut dan keluar dari dalam mobil. Setelah itu, ia berjalan dengan perasaan takut-takut menuju kelasnya. Zain memutuskan untuk berjalan di depan mereka. Jaga-jaga jika ada yang nyinyir dan malah membuat Felisya sakit hati.

Setelah sampai di kelas, Felisya berhenti di ambang pintu. "Udah, lo ke kelas, gih," ucap Felisya pada Zain.

"Ya udah, gue ke kelas. Jam istirahat gue ke sini. Kalo ada yang ganggu lo, bilang sama gue."

"Iya ... Udah, sana," ucap Felisya, lalu tersenyum.

Zain pun pergi ke kelasnya setelah mengantar Felisya. Sebenarnya ia tau jika ada yang melihat aneh ke arah Felisya. Namun, orang itu tidak berani komentar saat tau ada Zain bersama Felisya. Mereka juga tahu jika Zain telah memberi peringatan di kantin, waktu itu.

Saat jam istirahat, Zain pergi ke kelas Felisya. Zain yang dulu, sangat jauh berbeda dengan Zain yang sekarang. Sepertinya Zain sudah benar-benar berubah. Zain menghampiri Felisya yang masih duduk di bangku di kelasnya.

Namun, tak ada Vania di sana. Felisya pun tampak tak seceria biasanya. Gadis itu lebih banyak diam. Atau mungkin ia masih belum terbiasa dengan kerudungnya? Atau karena ia takut malah jadi bahan omongan orang-orang?

Rivandra (Sequel Cuek? Bodo amat!!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang