Kehilangan

201 35 2
                                    

Hargai setiap orang yang hadir dalam hidupmu. Karena, kau tak tahu kapan ia pergi. Entah itu untuk sesaat, atau selamanya.

»Fathia Maharani
______________________________________________

BRAK!

Terjadi kecelakaan antara mobil truk dan mobil Toyota Fortuner. Kejadian itu terjadi dari arah yang berlawanan di simpang tiga. Zain dan Felisya melihat jelas kejadian itu. Kejadiannya cukup hebat dan membuat orang yang ingin melintas menghentikan kendaraannya.

Zain dan Felisya memilih untuk keluar mobil dan menuju ke tempat kejadian. Kondisi kedua mobil itu sangat parah. Bahkan sepertinya, kecil kemungkinan orang yang mengalami kecelakaan tersebut dapat diselamatkan.

Felisya mematung, firasatnya tidak enak. Felisya melihat ke arah plat mobil tersebut. Seketika tubuhnya lemas, matanya memanas.

"PAPA!" teriaknya sambil berlari ke arah mobil tersebut. Ternyata benar, mobil itu adalah mobil orang tuanya.

Felisya menangis histeris saat kedua orang tuanya berhasil dikeluarkan dari dalam mobil. Ternyata juga terdapat Mamanya di sana. Zain pun ikut menghampiri Felisya untuk menguatkan gadis itu. Zain tak menyangka jika korban kecelakaan itu adalah orang tua angkat Felisya.

"MA! PA! JANGAN TINGGALIN FELI," ucapnya yang masih histeris. Sungguh, Zain tak sanggup melihat kesedihan gadis itu. Felisya benar-benar menyayangi kedua orang tua angkatnya sudah seperti orang tua kandungnya.

"Fel--"

"Zain! Ini mimpi, kan, Zain?! Ini gak nyata, kan?!"

Zain menarik gadis itu ke dalam pelukannya untuk menenangkannya. Felisya menangis sejadi-jadinya di pelukan Zain, sambil sesekali memukul dada bidang Zain dan berkata bahwa itu adalah mimpi. Akan tetapi, itu semua bukanlah mimpi.

"Ma! ... Pa! ... Bangun! Jangan tinggalin Feli," ucapnya lagi. Namun, orang tuanya meninggal di tempat kejadian.

"Zain! Kenapa lo diam aja?! Mama sama Papa masih hidup, kan, Zain? Jawab!"

Zain tak mampu berbicara. Jika pun ia menjelaskan, gadis itu masih syok dan tidak akan percaya jika itu nyata. "Fel, lo tenang dulu," ucap Zain.

"Gimana gue bisa tenang, hah?! Gimana gue bisa tenang, Zain," ucapnya dengan suara yang melemah. Felisya benar-benar rapuh saat ini. Ia kembali menangis di dekapan Zain. Tak lama setelah itu, gadis itu pingsan.

Zain membawa Felisya ke rumah sakit, tempat dimana ambulance membawa korban kecelakaan, termasuk kedua orang tua angkat Felisya. Zain benar-benar tidak menyangka atas semua ini. Wajar saja jika gadis itu berharap ini semua adalah mimpi.

Setelah menghubungi Andri tentang hal itu agar diberitahukan pada Vania, Zain menatap wajah gadis itu. Ia tau betapa sedihnya adiknya itu. Meskipun bukan orang tua kandung, pasti Felisya benar-benar menyayangi orang tua angkatnya. Ia tidak tau bagaimana harus membuat gadis itu percaya jika itu nyata, nantinya.

Selang beberapa menit, Vania datang bersama Andri dan Andra. Ternyata mereka putar balik dan juga belum sampai ke rumah setelah pulang sekolah.

"Zain, Felisya gimana?" tanya Vania yang khawatir dengan sahabatnya itu.

"Dia cuma syok karena gak nyangka sama kejadian itu."

"Jadi, benar, orang tuanya meninggal karena kecelakaan itu?" Zain menganggukkan kepalanya. "Innalillahi wainnailaihi rojiun ...."

Vania menatap sendu ke arah Felisya. Bagaimana perasaan sahabatnya itu. Sudah pasti sangat sedih karena ditinggal kedua orang tuanya sekaligus. Apalagi yang Vania tau bahwa Felisya adalah anak tunggal.

Rivandra (Sequel Cuek? Bodo amat!!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang