Sesampainya di rumah pak Nas, aku turun di depan gerbang. Aku tak menoleh ke belakang. Sementara Siti, Siti selalu melihat di belakangku. Ada apa sih.
Seketika dia mengucapkan. "Selamat sore om," dan disitulah akupun menoleh ke belakang. Oh ada om Pierre ternyata.
"Sore," jawabnya terdengar sangat ramah.
"Ya sudah saya pulang dulu ya Di."
"Eh iya, hati-hati di jalan."
"Iya. Om saya pamit pulang dulu ya, marii."
"Iya, hati-hati," setelah memastikan Siti sudah pergi, barulah aku masuk. Di teras depan, om menghampiriku. Mencegahku masuk.
"Ada apa om?"
"Darimana saja?" Sepertinya om mulai menginterogasi diriku.
"Perpustakaan."
"Dari perpustakaan, pulang dengan tangan kosong?"
"Oh iya, soalnya di sana bukunya nggak ada yang menarik."
"Mosok ndak ono buku sing bagus?"
"Kalau bagus banyak, tapi nggak ada yang memikat hatiku."
"Memangnya buku yang seperti apa yang kamu mau?" Apakah aku harus mengatakan? Sementara buku yang ku minati adalah buku biografi milik seseorang yang sekarang berada di depanku ini. Mana mungkin aku mengatakannya.
"E-itu aku lupa judulnya."
"Loh piye to, mosok mau pinjam buku lupa judul."
"Hehe, ya kan aku bisa tau kalau dicari, tapi tadi aku cari buku itu tidak ada."
"Oalah begitu to."
"He'em."
"Oh ya, saya punya buku yang menurut saya itu bagus, siapa tau kamu minat membacanya."
"Boleh tu om."
"Baiklah, kalau begitu tunggu sebentar, saya ambilkan dulu."
"Emm, oke," tak apalah aku tak dapat membaca buku biografinya. Setidaknya aku bisa membaca buku kesukaannya.
Om keluar dengan sebuah buku. Menyerahkan buku tersebut kepadaku. "Ini bukunya."
"Wih bagus sepertinya, baiklah terima kasih om."
"Iya sama-sama," aku berlari gembira masuk ke kamar. Tentu sudah salam. Duduk di ranjang. Membuka lembar perlembar buku yang dipinjamkannya. Membaca bait perbait. Kata perkata. Ku cermati, ku dalami semua makna yang tertera.
~~~~
Ketika sedang asik membaca, tiba-tiba ada yang berteriak memanggil seseorang. Siapa lagi kalau bukan pak Nas yang memanggil om Pierre.
"PIERRE," teriaknya. Seketika aku ikut keluar melihat ada apa di sana. Lah kenapa pak Nas pakai baju olahraga dan bawa raket tenis. Aku kira teriak buat urusan pekerjaan. Eh ternyata mau ngajak main tenis.
HAHAHA.
Dan yang dipanggilpun menghampiri pemanggil. Aku yang berdiri di belakang pak Nas, ketahuan sama om.
"Maudi, kenapa kamu sembunyi dibelakang bapak?" Tanyanya.
Pak Nas yang tadi tidak menyadari kini menoleh ke belakang. Aku tertawa malu. Hehe.
"Maudi, kamu ikut kamu main saja," tawar pak Nas.
"E-ta-tapi saya gak bisa mainnya pak."
"Kan ada Pierre."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamu Dan Segala Kenangan [REVISI]
Historical FictionCerita ini bergenre fiksi sejarah, namun tidak pure 100% berisi fakta sejarah. Hanya 20% saja kisah sejarah yang tercantum didalamnya, sisanya berdasarkan imajinasiku. Cerita yang mengusung tema tentang sejarah kelam yang pernah terjadi di Negara ki...