Sesampainya di rumah Jenderal Nasution, om memasukan mobilnya ke halaman rumah. Kira-kira sekarang waktu sudah menunjukkan pukul enam pagi. Selesai membenarkan mobilnya, kami berdua turun menemui pemilik rumah.
Betapa bahagianya aku. Bagaimana tidak, aku bahkan tidak pernah datang kesini, dan kali ini aku datang disaat semua penghuni rumah masih lengkap.
Dan baru ku buka pintu mobil sedikit, sudah ku rasakan udara sejuk kota Jakarta yang belum tercemar. Sungguh suasana yang tak bisa di lupakan.
Saat om telah selesai dengan mobilnya, tanpa aba-aba ia menggandeng tanganku. "Eh," refleks aku mengatakan hal demikian.
Kami berdua jalan bersama menuju pintu utama. Mengetok pintu, dan dibuka nya pintu tersebut. Ku dapati seorang ibu yang cantik. Siapa lagi kalau bukan Bu Johanna.
"Eh Yer, sebentar bapak masih berkemas."
"Bukan itu tujuan saya kesini bu."
"Lah trus apa to Yer?"
"Ini loh bu saya mau memperkenalkan ibu dengan-" Kalimatnya tergantung saat bu Nas tiba-tiba memotongnya.
"Dengan siapa Yer, jangan bilang itu anak gadis."
Mendengar itu, om pun terkejut, dan tertawa kecil agar bu Nas tidak curiga, kemudian barulah ia menjelaskannya.
"Bu dia memang anak gadis, tapi tenang dia bukan siapa-siapa saya bu. Saya akan tetap setia pada Rukmini," jelasnya. Agak nyesek sih, tapi itulah kenyataannya.
"Siapa dia Yer?"
"Oh ini bu, perkenalkan namanya--aduh siapa yo tadi. Haa! Maudi, lengkapnya Maudi Freya. Namanya memang susah bu," ejanya dengan sedikit terbata. Karena memang nama Maudi ini terdengar begitu asing untuk orang-orang di tahun itu.
Saat itu juga aku menyalami tangan bu Johanna dengan sopan. Bu Johanna membalas salamanku dan diiringi senyum manisnya.
"Cantik juga ya."
"Maudi ini saya temukan tersesat di hutan, jadi saya bawa saja kesini, soalnya saya juga bingung mau bawa dia kemana."
"Oalah, kamu tersesat ya?"
"Iya bu, untungnya ada om Pierre yang datang menolong saya, kalau tidak entah bagaimana nasib saya."
"Kalau kamu mau menginap, boleh-boleh saja. Tapi sebentar ya, ibu tanya dulu pada bapak."
"Siap menunggu bu."
"Ya sudah, kalian berdua masuk dulu."
Kami masuk ke dalam, duduk di ruang tamu. Menunggu bapak dan ibu Nasution datang. Tak perlu waktu lama, pak Nas pun muncul.
"Itu lo pak, yang mau menginap di rumah kita."
Dengan senyum ramah aku mencium tangannya. Dan pak Nas juga membalas senyumanku.
"Oh ini, cantik juga."
"Hehe makasih pak."
"Jadi tadi kamu tersesat? Terus ditolong Pierre?"
"Iya pak, tadi saya tersesat, saya juga bingung kenapa saya ada di sana. Padahal sebelumnya saya ada di-" Teringat sesuatu aku pun memutuskan untuk tidak melanjutkan kalimatku. Aku tak ingin mereka bertanya-tanya jika aku mengatakan yang sebenarnya. Lagian baru awal kisah juga aku disini.
"Ada di?" Tanya pak Nas mengulangi.
"A-ada di jalan, ya saya sedang berjalan-jalan tiba-tiba tersesat masuk ke dalam hutan," bohong ku. Karena mau bagaimana lagi? Hanya itu yang bisa ku lakukan untuk saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamu Dan Segala Kenangan [REVISI]
Historical FictionCerita ini bergenre fiksi sejarah, namun tidak pure 100% berisi fakta sejarah. Hanya 20% saja kisah sejarah yang tercantum didalamnya, sisanya berdasarkan imajinasiku. Cerita yang mengusung tema tentang sejarah kelam yang pernah terjadi di Negara ki...