16 Agustus 1965
Siang ini pulang sekolahku bersama Siti menaiki sepeda. Karena pagi tadi om sudah bilang kalau hari ini dirinya tidak bisa menjemputku, karena ada tugas banyak. Sebenarnya om sudah berpesan, kalau nanti yang menjemputku adalah pak Hamdan. Namun aku menolak, aku memilih pulang bersama Siti.
Kami berdua, bersenang-senang menikmati cuaca siang hari yang tidak terlalu terik. Pemandangan yang menyilau. Matahari sudah bergeser. Seketika mataku melirik kearah penjual aksesoris, yang berdagang menggunakan gerobak.
"Eh Siti, bentar ya, berhenti disini dulu."
"Eh mau kemana?"
"Bentar doang." Aku memarkirkan sepeda dipinggir jalan. Barulah berlari kearah si penjual.
"Permisi pak."
"Eh iya mbak?"
"Emm, gelang tali ada pak?"
"Sebentar saya carikan dulu."
"Baik pak."
"Oh ini ada mbak, satu bungkus ini pasangan mbak, jadi isinya dua."
"Ohh, kira-kira satu pasang ini berapa ya pak?"
"250 aja mbak."
"Ha?"
"Kenapa mbak?"
"Eh nggak papa pak."
Kebetulan tadi aku diberi uang saku oleh bu Nas. Ya cukuplah. Dulu itu semua serba murah ya, kalau menurutku. Tapi ya itu, pekerjaan dulu juga upahnya kecil, jadi menurut mereka harga-harga ini mahal.
Namun bagi kita itu cukup murah, karena sekarang orang seenaknya saja menghambur-hamburkan uangnya untuk keperluan yang tidak ada faedahnya. Mending beli yang diperlukan saja, sisanya ditabung.
Memang uang saku yang diberikan bu Nas, tidak melebihi gelang yang ingin ku beli, malahan pas. Aku diberi uang saku 2.000, bagi mereka segitu sudah banyak.
Dulu aja ongkos angkutan sekitar segituan. Lagian aku juga punya tabungan dirumah. Aku sengaja beli gelang ini, tuk ku berikan pada teman yang sudah ku cintai. Untuk kenang-kenangan, karena aku tidak akan lama disini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamu Dan Segala Kenangan [REVISI]
Historical FictionCerita ini bergenre fiksi sejarah, namun tidak pure 100% berisi fakta sejarah. Hanya 20% saja kisah sejarah yang tercantum didalamnya, sisanya berdasarkan imajinasiku. Cerita yang mengusung tema tentang sejarah kelam yang pernah terjadi di Negara ki...