6 Oktober 1965
20.00Saat mataku sudah mulai bisa terpejam, seketika gedoran pintu berbunyi. Aku tau itu siapa dan membawa berita apa. Ya Pak Hamdan yang akan memberi kabar duka.
Aku sudah tau, maka dari itu sedari tadi aku tak bisa tidur. Dan saat aku mulai memejamkan mata, dan saat itulah gedoran pintu berbunyi.
Aku segera beranjak dari tempat tidur, membukakan pintu untuk Pak Hamdan. Dengan wajah tertunduk lesu tak ingin menampakan genangan air dimataku.
"Maudi Ade-"
"Saya sudah tau pak." Potong Maudi dengan suara lirih. "Saya tau kalau Ade-." Ia tak bisa mengatakan kalimat tersebut, mulutnya seketika terkunci.
"Kita ke rumah sakit sekarang."
"Iya pak."
Setibanya di rumah sakit aku melihat banyak sekali orang disini. Diruangan Ade pun telah banyak orang berdatangan yang ingin melihat Ade. Kabar ini seolah-olah sangat cepat tersebar. Merayap-rayap agar bisa masuk ke ruangan.
"Ade." Ucapku lirih.
Kakiku melangkah menuju brankar Ade. Tubuhnya sudah tertutup selimut. Sangat tak menyangka Maudi akan merasakan ini. Maudi duduk di samping ranjang Ade. Mengelus keningnya yang sudah tertutup selimut.
"Ade sayang, katanya mau main lagi. Kok sekarang gini? Ade kenapa bohong sama kakak? Kakak pengen main lagi sama Ade."
Sebenernya Maudi sudah tau jika ini akan terjadi. Tapi ia tidak akan menyangka bahwa ia akan merasakannya langsung. Dan benar-benar sesak rasanya.
"Adeeee bangun sayang. Kita main lagi yuk. Main sepeda lagi. Ade mau dibelikan apa? Es krim? Coklat? Kakak belikan, asal Ade bangun dulu ya sayang."
"Maudi." Ucap seseorang memegangi pundaknya.
Maudi menoleh melihat siapa disana. Setelah tau bahwa itu adalah bu Nas. Maudi langsung berdiri dan memeluk bu Nas erat, sangat erat sekali. Meluapkan kesedihannya dipelukan hangat bu Nas. Ia tau bahwa bu Nas juga sangat merasa kehilangan. Namun beliau benar-benar kuat. Bu Nas sangat tangguh menghadapi hal ini. Bu Nas tentu saja menangis. Namun ia tidak terlalu menampakkan kesedihannya. Walaupun begitu hatinya pasti sedang menangis keras didalam sana.
"Bu Nas, Ade buuuu. Om Pierre udah pergi dan sekarang Ade. Hiks."
"Nak, Allah sangat sayang sama Ade. Allah gak mau lihat Ade kesakitan. Makanya Allah panggil Ade terlebih dahulu dari kita."
"Bu Nas kuat sekali."
"Saya sangat terpukul menghadapi hal ini. Saya sangat merasa kehilangan. Namun saya harus ikhlas, karena saya tidak melihat Ade kesakitan lagi. Saya sangat sedih saat lihat Ade terbaring tak berdaya menahan sakit. Dan saya berusaha untuk kuat, karena masih ada Yanti yang membutuhkan penguat saat keadaan seperti ini. Saya sangat-sangat merasa kehilangan seorang bidadari kecil dalam hidup saya. Suara nyaringnya saat memanggil saya tidak akan pernah saya dengar lagi setelah ini. Baru Februari kemarin ia menginjak umur 5 tahun. Saya yakin Allah telah menempatkan Ade di Surga-Nya."
Mendengar ucapan bu Nas yang begitu amat tegar Maudi tak bisa berkata-kata lagi. Ia terus menerus memeluk bu Nas dengar erat. Seketika Maudi mendengar suara sesenggukan disampingnya. Kemudia ia melepaskan pelukan bu Nas dan melihat siapa yang menangis itu. Dan benar saja itu adalah Yanti. Maudi datang menghampirinya. Dan Yanti yang menyadari kedatangan Maudi didepannya spontan memeluk Maudi erat. Menangis dipelukan Maudi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamu Dan Segala Kenangan [REVISI]
Narrativa StoricaCerita ini bergenre fiksi sejarah, namun tidak pure 100% berisi fakta sejarah. Hanya 20% saja kisah sejarah yang tercantum didalamnya, sisanya berdasarkan imajinasiku. Cerita yang mengusung tema tentang sejarah kelam yang pernah terjadi di Negara ki...