9. Sekolah

502 50 1
                                    

Seperti yang dikatakan bu Nas semalam, kalau hari ini aku harus ikut dengannya untuk mendaftarkan diri ke sekolah.

Ya bu Nas sudah membelikan aku seragam, jadi aku ke sekolah sudah dengan seragam, namun belum ada atribut dan identitas.

Aku, dan bu Nas pergi ke sekolah menggunakan mobil dinas. Dengan pak Hamdan, sebagai supirnya. Sesampainya di sekolah, aku dan bu Nas masuk ke dalam untuk menemui kepala sekolah.

Sesaat turun dari mobil tadi, aku tak henti-henti memandangi sekitar sekolahan ini. Sejuk suasananya, beda dengan saat di duniaku. Di sini masih banyak pepohonan rindang, suasana sejuk walau waktu sudah menunjukkan pukul 06.30, namun masih berasa seperti pukul 05.00.

"Ayo Maudi, kita temui kepala sekolah dulu."

"Eh iya bu."

Sesampainya di depan ruang kepala sekolah, bu Nas mengetuk pintu dan mengucap salam. Setelah mendapat jawaban dan izin untuk masuk, kami memasuki ruangan. Kami di persilahkan duduk di sofa yang sudah di sediakan.

"Eh bu Johanna," sapa bu kepala sekolah.

"Iya bu."

"Ada perlu apa ya?"

"Oh jadi begini bu, kedatangan saya kesini, saya ingin mendaftarkan Maudi di sekolah ini."

"Emm, kalau boleh tau, Maudi ini siapanya ibu ya?"

"Maudi ini sudah saya anggap seperti anak saya sendiri bu."

Seketika aku menatap bu Nas, kaget akan ucapannya. Ternyata bu Nas sangat menyayangiku. Sampai-sampai aku sudah dianggap seperti anaknya sendiri, padahal baru dua hari sejak kedatanganku di sini. Aku tersenyum ramah kepadanya.

"Oh ya kalau boleh tau, kalian bertemu di mana ya?"

"Jadi gini ceritanya bu, Maudi ini tersesat di tengah hutan waktu subuh-subuh, dan Alhamdulillah nya Pierre menemukan dirinya, dan Pierre membawa Maudi pulang ke rumah. Nah semenjak itulah saya sudah menganggapnya seperti anak, soalnya anak-anak saya juga sangat menyukai Maudi," jelas bu Nas.

"Oh jadi Lettu Pierre yang menemukannya?"

"Iya bu."

"Jadi bagaimana, bisakah Maudi masuk di sekolah ini?" Lanjut bu Nas.

"Tentu bisa bu."

"Alhamdulillah...terima kasih bu."

Aku hanya tersenyum dan mengucap syukur. Bahagia tentunya.

"Ini atributnya, dan untuk nama besok baru jadi," ucap bu kepala sekolah.

"Emm baik bu," jawabku.

"Untuk hari ini kamu memakai seragam ini dulu saja tidak apa, besok atribut baru dipasang, dan untuk identitas juga," jelas bu kepala sekolah

"Maudi, kalau begitu atributnya biar ibu bawa dulu ya," ucap bu Nas.

"Iya bu."

"Ya sudah, ayo Maudi, biar ibu tunjukam dimana kelasmu," ajak bu kepala sekolah.

"Kalau begitu Maudi pamit dulu ya bu Nas."

"Iya sayang, belajar yang bener ya, buat ibu bangga kepadamu."

"In sya Allah bu."

"Ya sudah sana masuk," aku mencium tangan bu Nas, lalu pergi mengikuti bu kepala sekolah. Dan bu Nas pulang ke rumah.

Seneng banget akutu. Keluarga pak Nas baik-baik semua. Impianku yang pengen sekali jadi bagian dari anggota keluarga pak Nas, akhirnya terwujud.

Walau lewat mimpi tak masalah. Asal aku bisa bertemu dengan pak Nas, bu Johanna, om Pierre, Ade Irma, dan Yanti juga. Kalau di sini aku memanggilnya Yanti, namun kalau di duniaku, aku memanggilnya ibu Yanti. Ya kalik aku di sini manggilnya ibu Yanti, yang ada nanti pada bingung lagi.

Kamu Dan Segala Kenangan [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang